Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7604 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi di atas adalah:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Etiologi:
1. Gangguan mekanik pernapasan akibat intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
2. Peningkatan kebutuhan oksigen karena proses patologis (demam).
3. Penurunan kesadaran yang menyebabkan penurunan kontrol neurologi terhadap pernapasan.
Data Objektif:
1. Pasien terpasang ETT (Endotracheal Tube) dan ventilator (On Verit Mode SIMV).
2. Tanda-tanda vital: Suhu 40°C, pernapasan 25 kali/menit, SpO2 90%.
3. Laboratorium: pH 7,40, pCO2 21,4 mmHg, pO2 78,6 mmHg, HCO3 12,5 mEq/L.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Pasien menunjukkan adekuasi ventilasi yang ditandai dengan nilai gas darah normal.
3. Pasien menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pertahankan jalan napas yang paten dengan memantau posisi ETT dan kondisi jalan napas.
3. Atur ventilator sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
4. Lakukan fisioterapi dada dan suction untuk membantu pengeluaran sekret.
5. Berikan oksigen tambahan jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya bronkodilator, kortikosteroid) jika diperlukan.
7. Evaluasi hasil intervensi secara berkala dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Pada kasus ini, pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (mukosa kering). Hal ini menunjukkan adanya proses patologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Selain itu, pasien juga terpasang ETT dan ventilator, yang dapat menyebabkan gangguan mekanik pernapasan. Penurunan kesadaran juga dapat menyebabkan penurunan kontrol neurologi terhadap pernapasan. Oleh karena itu, diagnosa Pola Napas Tidak Efektif sangat sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, adekuasi ventilasi yang ditandai dengan nilai gas darah normal, dan saturasi oksigen yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, perawatan jalan napas, pengaturan ventilator, fisioterapi dada, pemberian oksigen tambahan, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan. Evaluasi hasil intervensi secara berkala dan penyesuaian jika diperlukan juga merupakan hal yang penting. -
Article No. 7605 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN Penurunan curah jantung SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Penurunan Curah Jantung
Etiologi:
- Efek penurunan volume darah sirkulasi (dehydrasi)
- Gangguan fungsi jantung (aritmia, iskemia, infark)
- Gangguan mekanisme kontrol jantung (peningkatan afterload, penurunan preload)
Data Objektif:
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi karotis
- Peningkatan CRT (>2 detik)
- Penurunan SpO2 (90%)
- Peningkatan GCS (6)
- Penurunan volume urin
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Curah jantung meningkat
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Perfusi jaringan membaik
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan organ
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kaji status cairan dan elektrolit
- Atur posisi semi-fowler untuk meningkatkan preload
- Berikan cairan/vasopressor sesuai indikasi
- Monitor EKG untuk mendeteksi aritmia
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan inotropik/vasopressor
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Penurunan Curah Jantung dipilih berdasarkan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, demam, dehidrasi, dan perubahan tanda-tanda vital yang menunjukkan gangguan fungsi kardiovaskular. Etiologi dan data objektif yang diperiksa mendukung diagnosis ini. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan curah jantung, normalisasi tekanan darah, dan perbaikan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular dan mengatasi penyebab penurunan curah jantung. -
Article No. 7606 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN Penurunan curah jantung SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Penurunan Curah Jantung
Etiologi:
1. Efek dari demam tinggi (40°C) yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan peningkatan metabolisme yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
2. Cairan intravasal yang berkurang akibat dehidrasi yang ditandai dengan mukosa mulut kering.
3. Adanya gangguan ventilasi/oksigenasi yang ditandai dengan penurunan SpO2 (90%).
4. Peningkatan beban kerja jantung akibat denyut nadi karotis yang cepat (105 kali/menit).
Data Objektif:
1. Pasien tampak demam (40°C).
2. Mukosa mulut kering.
3. Retraksi dada (-).
4. Terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra.
5. Tanda-tanda vital: TD 160/80 mmHg, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, pernapasan 25 kali/menit, SpO2 90%.
6. Hasil lab: GDS 474 mg/dL, Hb 13,3 g/dL, Ht 39%, pH 7,40, pCO2 21,4 mmHg, pO2 78,6 mmHg, HCO3 12,5 mmol/L, aseton 5,1 mmol/L.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan peningkatan TD, denyut nadi, dan CRT.
2. Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi/oksigenasi yang ditandai dengan peningkatan SpO2.
3. Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh ke dalam batas normal.
4. Pasien menunjukkan perbaikan status cairan dan elektrolit yang ditandai dengan normalisasi glukosa darah dan keseimbangan asam-basa.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (TD, denyut nadi, CRT, suhu, pernapasan, SpO2).
2. Atur posisi pasien semi fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan SpO2 dalam batas normal.
4. Lakukan tindakan pengelolaan demam, seperti pemberian antipiretik dan kompres hangat.
5. Lakukan pemantauan cairan dan elektrolit, serta koreksi bila terjadi ketidakseimbangan.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi cairan, elektrolit, dan kortikosteroid sesuai kebutuhan.
7. Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan rencana perawatan.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, demam tinggi, dehidrasi, dan gangguan ventilasi/oksigenasi, diagnosis keperawatan yang tepat adalah "Penurunan Curah Jantung". Etiologi dan data objektif yang dijabarkan di atas mendukung diagnosis tersebut. Luaran yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang direncanakan ditujukan untuk meningkatkan curah jantung, memperbaiki ventilasi/oksigenasi, menurunkan suhu tubuh, serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pendekatan ini dilakukan secara komprehensif untuk mengatasi permasalahan kesehatan pasien. -
Article No. 7607 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mual dan muntah serta pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan kadar cairan dan/atau elektrolit yang dapat memengaruhi fungsi sel, jaringan, dan/atau organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor intake dan output cairan
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Manajemen mual dan muntah
4. Terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi
5. Edukasi terkait manajemen cairan dan elektrolit
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu mual, muntah, dan pusing, risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai. Hal ini karena kondisi tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat memengaruhi fungsi sel, jaringan, dan/atau organ. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan intake dan output cairan, pemantauan kadar elektrolit serum, manajemen mual dan muntah, pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai indikasi, serta edukasi terkait manajemen cairan dan elektrolit. -
Article No. 7608 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, etiologi dan data objektif, luaran/output, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Etiologi:
1. Penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan penurunan asupan makanan dan cairan
2. Demam yang dapat meningkatkan metabolisme dan kebutuhan insulin
3. Dehidrasi yang ditandai dengan mukosa mulut kering
4. Stress fisiologis akibat penyakit kritis yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
Data Objektif:
1. Penurunan kesadaran (GCS 6)
2. Suhu tubuh tinggi (40°C)
3. Mukosa mulut kering
4. Kadar glukosa darah tinggi (474 mg/dL)
5. Ketosis (aseton 5,1)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-180 mg/dL)
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
3. Tidak ada komplikasi akibat hiperglikemia (seperti ketosis, asidosis, atau ketoasidosis)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring tanda-tanda vital secara ketat, termasuk suhu tubuh, denyut nadi, dan pernapasan
2. Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi
3. Pemberian insulin (intravena atau subkutan) sesuai protokol untuk menstabilkan kadar glukosa darah
4. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur (setiap 2-4 jam)
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen diabetes
6. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi insulin
7. Pemantauan tanda-tanda komplikasi akibat hiperglikemia, seperti kekeringan mulut, poliuria, dan penurunan kesadaran
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Hal ini didasarkan pada adanya gejala penurunan kesadaran, demam, dehidrasi, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (474 mg/dL).
Etiologi dan data objektif yang diidentifikasi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien ini antara lain penurunan asupan makanan dan cairan, peningkatan metabolisme akibat demam, dan stres fisiologis akibat penyakit kritis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi, dan tidak mengalami komplikasi akibat hiperglikemia, seperti ketosis atau asidosis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut mencakup monitoring tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian insulin, pemantauan kadar glukosa darah, edukasi kepada pasien dan keluarga, kolaborasi dengan dokter, serta pemantauan tanda-tanda komplikasi. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk menstabilkan kadar glukosa darah, mencegah dehidrasi, dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan pasien. -
Article No. 7609 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal: 70-120 mg/dL
b. Tidak terjadi komplikasi akibat ketidakstabilan kadar glukosa darah, seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia.
c. Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
d. Pasien dapat memahami pentingnya memantau kadar glukosa darah secara rutin.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Pantau kadar glukosa darah secara teratur (misalnya setiap 4-6 jam) untuk memastikan kadar glukosa dalam rentang normal.
b. Berikan insulin sesuai kebutuhan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, dengan memperhatikan kondisi pasien dan mengikuti protokol pengelolaan glukosa darah di rumah sakit.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatur pola makan dan pemberian nutrisi yang sesuai untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya memantau kadar glukosa darah, memahami tanda-tanda hipo/hiperglikemia, serta pengelolaan kadar glukosa darah yang tepat.
e. Pantau tanda-tanda komplikasi akibat ketidakstabilan glukosa darah, seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia, dan lakukan intervensi yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, dan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (474 mg/dL), serta adanya ketoasidosis (aseton 5,1 mmol/L), yang menunjukkan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Kondisi ini memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengendalikan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi, dan mempertahankan stabilitas glukosa darah pasien. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah". Luaran yang diharapkan adalah tercapainya kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, edukasi pasien dan keluarga, serta pemantauan tanda-tanda komplikasi. -
Article No. 7610 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, GCS 6, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN ketidakstabilan kadar glukosa darah SECARA BERURUTAN DAN DIA SUDAH MENGALAMI KETOASIDOSIS DM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu 474 mg/dL dan kadar aseton 5,1 mmol/L.
2. Intake nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan mukosa kering.
3. Aktivitas fisik tidak adekuat berhubungan dengan penurunan kesadaran, ditandai dengan pasien terpasang ETT dan ventilator.
4. Hipertermia berhubungan dengan infeksi, ditandai dengan suhu 40°C.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah:
a. Kadar glukosa darah dalam kisaran normal
b. Tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia atau hipoglikemia
c. Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil
2. Intake nutrisi adekuat:
a. Asupan nutrisi oral/enteral/parenteral mencukupi kebutuhan
b. Tidak terjadi defisiensi nutrisi
c. Tidak terjadi dehidrasi
3. Aktivitas fisik adekuat:
a. Tidak terjadi komplikasi akibat imobilitas
b. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai kemampuan
c. Pasien dapat mempertahankan massa otot dan fungsi fisik
4. Suhu tubuh dalam kisaran normal:
a. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Kenyamanan pasien meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah:
a. Monitor kadar glukosa darah secara berkala
b. Lakukan pemberian insulin sesuai dengan protokol
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola terapi insulin
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes
2. Intake nutrisi adekuat:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori
b. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet
d. Pantau tanda-tanda dehidrasi dan kelola cairan
3. Aktivitas fisik adekuat:
a. Kaji kemampuan fisik dan tingkat aktivitas pasien
b. Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi
c. Berikan bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
4. Manajemen hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh secara berkala
b. Berikan tindakan penurun panas sesuai prosedur
c. Identifikasi dan tangani penyebab hipertermia
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7611 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.1
- Deskripsi: Mati batang otak
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Pemasangan ventilator, tidak terspesifikasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi yang mengarah pada diagnosis Mati batang otak (G93.1) dan telah diberikan terapi berupa bantuan ventilator (96.70). Selain itu, perawat juga telah meminta keluarga untuk berdiskusi dan memberikan dukungan spiritual bagi pasien.
Dari perspektif Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
- Risiko Kematian Imminent
- Distres Spiritual
Sementara itu, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang dapat diterapkan adalah:
- Harapan
- Kenyamanan
Dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan adalah:
- Dukungan Spiritual
- Perawatan Paliatif
Dengan penjelasan yang lebih detail, dokter dan perekam medis dapat memberikan penilaian yang komprehensif atas kondisi pasien dan penanganan yang diberikan. -
Article No. 7612 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi.
- Kode SDKI: 10030
- SLKI: Mempertahankan Kesadaran
- SIKI:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan bantuan ventilator.
- Kode SDKI: 00030
- SLKI: Ventilasi Efektif
- SIKI:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan Skor CPOT 2.
- Kode SDKI: 00133
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Risiko Berduka berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan reaksi sedih suami terhadap kondisi pasien.
- Kode SDKI: 00172
- SLKI: Proses Berduka Efektif
- SIKI:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mempertahankan Kesadaran: Pasien mempertahankan kesadaran pada tingkat optimal.
2. Ventilasi Efektif: Pasien mempertahankan ventilasi yang efektif.
3. Manajemen Nyeri: Pasien bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
4. Proses Berduka Efektif: Keluarga dapat mengekspresikan perasaan duka dan menerima dukungan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mempertahankan Kesadaran:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Ventilasi Efektif:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Proses Berduka Efektif:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Penjelasan rinci:
Pasien dengan kondisi Mati Batang Otak memerlukan perawatan yang komprehensif untuk mempertahankan fungsi vital dan memberikan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi mencakup penurunan kesadaran, gangguan pertukaran gas, nyeri kronis, dan risiko berduka. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, perawatan jalan napas, pengaturan ventilator, manajemen nyeri, dan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kesadaran optimal, ventilasi efektif, nyeri terkontrol, dan keluarga dapat melalui proses berduka secara efektif. -
Article No. 7613 | 02 Dec 2024
Klinis : No DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH 1. DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) BUATKAN SIKI DAN SLKI NYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
Definisi:
Fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal yang dikaitkan dengan penyakit atau kondisi medis tertentu.
Etiologi:
1. Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis
2. Intake nutrisi tidak adekuat
3. Aktivitas fisik tidak adekuat
4. Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis
5. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (L.0227)
- Rentang glukosa darah dalam batas normal (70-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
- Nilai glukosa darah terkontrol sesuai target
- Tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Kadar Glukosa Darah (I.0127)
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala (sesuai indikasi)
- Adjustasi terapi insulin atau obat antidiabetes sesuai hasil pemantauan
- Evaluasi efektivitas terapi dalam mempertahankan kadar glukosa darah
2. Manajemen Nutrisi (I.0142)
- Asesmen kebutuhan nutrisi berdasarkan kondisi klinis
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Evaluasi asupan nutrisi dan penyesuaian regimen nutrisi
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat (I.0129)
- Perencanaan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Pemberian intervensi untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
4. Manajemen Stres (I.0151)
- Identifikasi sumber stres dan respons pasien terhadap stres
- Implementasi teknik relaksasi dan manajemen stres
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengelola stres pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" didasarkan pada data-data yang menunjukkan adanya fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal, disertai gejala-gejala terkait seperti penurunan kesadaran, demam, dan mukosa mulut kering. Etiologi yang mendasari kondisi ini mencakup stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, intake nutrisi tidak adekuat, aktivitas fisik tidak adekuat, peningkatan kebutuhan energi, dan ketidakstabilan kadar glukosa darah itu sendiri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah stabilitas kadar glukosa darah, dengan rentang yang normal (70-180 mg/dL), tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, nilai glukosa darah terkontrol sesuai target, serta tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah. Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang meliputi monitoring kadar glukosa darah, manajemen nutrisi, manajemen aktivitas dan istirahat, serta manajemen stres. Masing-masing intervensi memiliki tujuan dan implementasi yang rinci untuk membantu menstabilkan kadar glukosa darah pasien.