Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7594 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, RR 25, spo2 90%. DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 GDS 474 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI DO UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan informasi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Etiologi:
1. Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis (pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, ventilator, dan Central Venous Catheter)
2. Intake nutrisi tidak adekuat (pasien tidak dapat makan per oral)
3. Aktivitas fisik tidak adekuat (pasien dalam kondisi kritis di bed rest)
4. Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kadar Glukosa Darah Terkontrol
a. Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
- Hasil pemantauan glukosa darah menunjukkan stabilitas
b. Intervensi yang Diperlukan:
- Monitor kadar glukosa darah secara rutin (misal 4-6 jam sekali)
- Berikan insulin sesuai kebutuhan untuk mencapai target kadar glukosa darah
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian dosis insulin atau pemberian obat antidiabetes lainnya
- Bantu pasien menjaga asupan makanan dan cairan yang sesuai
- Anjurkan aktivitas fisik ringan sesuai kondisi pasien
2. Tidak Terjadi Komplikasi Akibat Ketidakstabilan Kadar Glukosa
a. Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akut seperti hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, atau hiperosmolar hyperglycemic state
- Tidak terjadi kerusakan organ seperti nefropati, neuropati, atau retinopati
b. Intervensi yang Diperlukan:
- Monitor tanda-tanda vital dan komplikasi akut secara ketat
- Berikan penanganan komplikasi akut segera sesuai prosedur
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan komplikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pencegahan komplikasi jangka panjang
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Ketidakstabilan Kadar Glukosa" dipilih karena pasien memiliki hasil laboratorium menunjukkan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (474 mg/dL), serta terdapat tanda-tanda klinik yang sesuai, seperti pasien tampak demam dan mukosa mulut kering, yang dapat disebabkan oleh ketidakstabilan kadar glukosa.
Etiologi yang diidentifikasi mencakup stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, intake nutrisi tidak adekuat, aktivitas fisik tidak adekuat, serta peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis. Hal-hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Kadar Glukosa Darah Terkontrol dan Tidak Terjadi Komplikasi Akibat Ketidakstabilan Kadar Glukosa. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin, kolaborasi dengan dokter, pengaturan asupan makanan dan cairan, serta pengawasan tanda-tanda vital dan komplikasi akut.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu menstabilkan kadar glukosa pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 7595 | 02 Dec 2024
Klinis : GANGGUAN CITRA TUBUH
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan untuk kondisi "GANGGUAN CITRA TUBUH" dengan nada akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi "GANGGUAN CITRA TUBUH" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Gangguan Citra Tubuh
Definisi: Persepsi atau gambaran mental yang tidak akurat atau tidak menyenangkan tentang ukuran, bentuk, atau penampilan fisik seseorang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran sebagai berikut:
1. Citra Tubuh Positif
a. Definisi: Persepsi yang akurat dan penerimaan diri yang positif terhadap ukuran, bentuk, dan penampilan fisik.
b. Kriteria Hasil:
i. Pasien mengungkapkan penerimaan terhadap tubuhnya.
ii. Pasien dapat menggambarkan tubuhnya secara realistis.
iii. Pasien menunjukkan perilaku yang mencerminkan penerimaan diri.
iv. Pasien menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri yang tinggi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran "Citra Tubuh Positif", perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Terapi Perilaku Kognitif
a. Definisi: Intervensi yang membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir, keyakinan, dan perilaku yang maladaptif terkait dengan citra tubuh.
b. Aktivitas:
i. Membantu pasien mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang negatif terkait citra tubuh.
ii. Membantu pasien mengembangkan pemikiran dan keyakinan yang lebih positif tentang citra tubuhnya.
iii. Melatih pasien untuk menerapkan strategi kognitif dan perilaku yang sehat dalam meningkatkan citra tubuh.
2. Terapi Kelompok
a. Definisi: Intervensi yang melibatkan pasien dalam kelompok untuk saling berbagi pengalaman, dukungan, dan pembelajaran terkait citra tubuh.
b. Aktivitas:
i. Memfasilitasi diskusi kelompok tentang citra tubuh dan permasalahannya.
ii. Mendorong pasien untuk saling berbagi pengalaman dan memberikan dukungan.
iii. Membantu pasien mengembangkan strategi untuk meningkatkan citra tubuh yang positif.
3. Edukasi Kesehatan
a. Definisi: Intervensi yang memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang citra tubuh, faktor yang mempengaruhi, dan cara meningkatkannya.
b. Aktivitas:
i. Memberikan informasi tentang citra tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dampaknya terhadap kesehatan.
ii. Mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik untuk meningkatkan citra tubuh yang positif.
iii. Mendorong pasien dan keluarga untuk menerapkan strategi yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Citra Tubuh Positif" dan mengatasi permasalahan terkait gangguan citra tubuh yang dialaminya. -
Article No. 7596 | 02 Dec 2024
Klinis : GANGGUAN CITRA TUBUH
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Gangguan Citra Tubuh" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
Definisi:
Gangguan Citra Tubuh adalah persepsi, keyakinan, dan sikap individu yang negatif terhadap tubuhnya, yang dapat mengganggu fungsi dan penyesuaian sosial.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Utama:
- Pernyataan negatif tentang penampilan fisik
- Perilaku penghindaran terhadap situasi yang dapat menunjukkan tubuh
- Kecemasan yang terkait dengan penampilan fisik
2. Faktor Berhubungan:
- Perubahan kondisi fisik atau fungsi tubuh
- Penilaian negatif dari orang lain terhadap penampilan fisik
- Pengalaman traumatis atau stres yang terkait dengan penampilan fisik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang Diharapkan:
- Klien dapat mengekspresikan penerimaan terhadap citra tubuhnya
- Klien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelebihan diri
- Klien dapat meningkatkan penampilan diri sesuai dengan kemampuan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Terapi Kelompok: Membimbing klien untuk membahas dan berbagi pengalaman terkait citra tubuh
- Terapi Kognitif: Membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pemikiran negatif tentang penampilan fisik
- Manajemen Stres: Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengatasi kecemasan terkait penampilan fisik
Penerapan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk membantu klien meningkatkan penerimaan diri, mengelola stres, dan mengembangkan citra tubuh yang positif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan fungsi sosial klien. -
Article No. 7597 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, RR 25, spo2 90%. DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 GDS 474 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DO UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Saya akan memberikan analisis dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Pola Nafas Tidak Efektif
Etiologi:
1. Fatigue otot pernapasan akibat penurunan kesadaran dan peningkatan suhu tubuh.
2. Sekret berlebih di jalan napas akibat infeksi.
3. Gangguan pertukaran gas akibat penurunan oksigenasi (SpO2 90%).
DO (Domain dan Kelas):
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 4: Pergerakan dan Koordinasi
Kode: 00032 Pola Nafas Tidak Efektif
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan perbaikan pola napas dengan tanda-tanda vital dalam batas normal dalam waktu 2-3 hari.
2. Pasien akan menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) mencapai > 95% dalam waktu 1-2 hari.
3. Pasien akan menunjukkan penurunan tanda-tanda distress pernapasan (retraksi dada, penggunaan otot bantu napas) dalam waktu 1-2 hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas).
3. Berikan oksigen melalui ventilator sesuai kebutuhan.
4. Lakukan suction jalan napas secara rutin untuk mengeluarkan sekret.
5. Berikan terapi bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi.
6. Dorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan dan mobilisasi dini.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator dan evaluasi status cairan/elektrolit.
8. Berikan dukungan psikologis dan edukasi kepada pasien/keluarga.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Nafas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami penurunan kesadaran, demam, dan gangguan pertukaran gas (hipoksemia). Etiologi terkait dengan fatigue otot pernapasan, sekret berlebih, dan gangguan pertukaran gas. Luaran yang diharapkan mencakup perbaikan pola napas, peningkatan oksigenasi, dan penurunan tanda-tanda distress pernapasan. Intervensi keperawatan berfokus pada pemantauan status pernapasan, dukungan oksigen, manajemen jalan napas, terapi farmakologis, mobilisasi, serta kolaborasi dengan tim medis dan edukasi kepada pasien/keluarga.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 7598 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, PERNAPASAN 25X/MENIT, spo2 90%. DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 GDS 474 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DO UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan: Pola nafas tidak efektif
Etiologi:
1. Penurunan kesadaran: Pasien mengalami penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pernapasan.
2. Demam: Demam dapat meningkatkan kebutuhan metabolik dan oksigen sehingga mempengaruhi pola napas.
3. Dehidrasi: Mukosa mulut yang kering mengindikasikan adanya dehidrasi yang dapat mempengaruhi kerja otot-otot pernapasan.
4. Terpasang ETT dan Ventilator: Pasien terpasang alat bantu pernapasan berupa ETT (Endotracheal Tube) dan ventilator, yang dapat mempengaruhi pola napas.
DO (Rencana Keperawatan):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan suhu.
2. Observasi status pernapasan pasien, seperti irama, kedalaman, dan upaya napas.
3. Lakukan suction ETT secara teratur untuk mempertahankan jalan napas.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan dan penyesuaian ventilator sesuai kebutuhan pasien.
5. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kebutuhan oksigen pasien.
6. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium, terutama pH, pCO2, dan pO2.
7. Berikan cairan/elektrolit sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
8. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan pola napas.
9. Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
10. Lakukan fisioterapi dada dan suction sekret sesuai kebutuhan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien mempertahankan pola napas yang efektif, dengan frekuensi pernapasan 12-20 kali per menit, kedalaman napas yang adekuat, dan irama yang teratur.
2. Pasien mempertahankan saturasi oksigen (SpO2) di atas 92% dengan atau tanpa bantuan oksigen.
3. Pasien mempertahankan nilai pH, pCO2, dan pO2 dalam rentang normal.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan suhu tubuh normal.
5. Pasien menunjukkan tanda-tanda berkurangnya gejala dehidrasi, seperti mukosa mulut yang lembab.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan respirasi
3. Pengelolaan jalan napas
4. Pemberian oksigen
5. Manajemen ventilasi mekanik
6. Pemantauan hasil laboratorium
7. Manajemen cairan
8. Kolaborasi pemberian obat-obatan
9. Posisioning
10. Fisioterapi dada
Penjelasan rinci:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan suhu tubuh, bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan pasien dan respons terhadap intervensi yang diberikan.
2. Pemantauan respirasi meliputi observasi irama, kedalaman, dan upaya napas, serta pengkajian tanda-tanda distress pernapasan, untuk mendeteksi adanya gangguan pola napas.
3. Pengelolaan jalan napas, termasuk suction ETT, bertujuan untuk mempertahankan jalan napas pasien agar tetap bersih dan bebas dari sekret.
4. Pemberian oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan menjaga saturasi oksigen dalam rentang normal.
5. Manajemen ventilator, melalui kolaborasi dengan tim medis, bertujuan untuk menyesuaikan pengaturan ventilator dengan kebutuhan pasien.
6. Pemantauan hasil laboratorium, terutama pH, pCO2, dan pO2, berguna untuk mengevaluasi status asam-basa dan oksigenasi pasien.
7. Manajemen cairan, dengan pemberian cairan/elektrolit yang sesuai, bertujuan untuk mengatasi dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan.
8. Kolaborasi pemberian obat-obatan, seperti bronkodilator atau kortikosteroid, dapat membantu meningkatkan pola napas yang efektif.
9. Posisioning pasien dalam posisi semi-fowler dapat memfasilitasi ventilasi dan mengurangi beban kerja pernapasan.
10. Fisioterapi dada, termasuk suction sekret, bertujuan untuk membantu mengeluarkan sekret dan mempertahankan jalan napas yang bersih. -
Article No. 7599 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40, PERNAPASAN 25X/MENIT, spo2 90%. DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 GDS 474 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola Nafas Tidak Efektif
Etiologi:
1. Obstruksi jalan napas, ditandai dengan pasien terpasang ETT (Endotracheal Tube) dan ventilator.
2. Hipoventilasi, ditandai dengan pernapasan 25x/menit dan penurunan oksigenasi (SpO2 90%).
3. Gangguan pertukaran gas, ditandai dengan hasil lab pH 7,40, pCO2 21,4, pO2 78,6, dan HCO3 12,5.
Data Objektif:
1. Pasien tampak demam dengan suhu 40°C, menandakan adanya infeksi yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan pernapasan.
2. Mukosa mulut kering, menandakan dehidrasi yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
3. Terpasang ventilator dengan mode SIMV (Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation), menandakan adanya gangguan ventilasi.
4. Tanda-tanda vital: TD 160/80 mmHg, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2 detik, menandakan adanya gangguan hemodinamik yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
5. Kadar gula darah sewaktu 474 mg/dL, menandakan adanya gangguan metabolik yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ventilasi Spontan: Pasien mampu bernapas secara spontan dengan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan yang adekuat.
2. Status Oksigenasi: Pasien menunjukkan kadar oksigen dalam darah yang normal (SpO2 ≥ 95%).
3. Sensasi Pernapasan: Pasien melaporkan rasa nyaman saat bernapas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas:
a. Mempertahankan jalan napas yang paten dengan tindakan suctioning dan posisi semi fowler.
b. Memantau ventilasi mekanik dan mengoptimalkan parameter ventilator sesuai kondisi pasien.
2. Manajemen Oksigenasi:
a. Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan SpO2 ≥ 95%.
b. Memantau parameter gas darah untuk mengevaluasi efektivitas ventilasi dan oksigenasi.
3. Manajemen Tanda Vital:
a. Memantau tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
b. Mengkaji faktor-faktor yang dapat memengaruhi tanda-tanda vital, seperti demam, gangguan metabolik, dan hemodinamik.
4. Manajemen Cairan:
a. Mengkaji kebutuhan cairan pasien dan memberikan cairan sesuai kebutuhan untuk mencegah dehidrasi.
b. Memantau intake dan output cairan serta keseimbangan cairan.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Nafas Tidak Efektif" didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, demam, dan gangguan oksigenasi yang ditandai dengan SpO2 90%. Pasien juga terpasang ventilator dengan mode SIMV, yang menunjukkan adanya gangguan ventilasi. Hasil laboratorium menunjukkan ketidakseimbangan gas darah, yaitu pH 7,40, pCO2 21,4, dan pO2 78,6, serta adanya hiperglikemia (GDS 474 mg/dL).
Etiologi dan data objektif yang mendukung diagnosa ini mencakup obstruksi jalan napas (terpasang ETT), hipoventilasi (frekuensi napas 25x/menit), dan gangguan pertukaran gas (hasil gas darah). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini, seperti infeksi (demam), dehidrasi (mukosa mulut kering), dan gangguan hemodinamik (TD, denyut nadi), juga teridentifikasi.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat bernapas secara spontan dengan frekuensi, kedalaman, dan irama yang adekuat, mencapai kadar oksigen normal dalam darah (SpO2 ≥ 95%), dan melaporkan rasa nyaman saat bernapas. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini mencakup manajemen jalan napas, oksigenasi, tanda vital, dan cairan, dengan tujuan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal dan mencegah komplikasi. -
Article No. 7600 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, etiologi, data objektif, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Pola Nafas Tidak Efektif
Etiologi:
1. Obstruksi jalan napas akibat terpasang ETT (Endotracheal Tube)
2. Penurunan kekuatan otot pernapasan akibat penurunan kesadaran
3. Peningkatan metabolisme tubuh akibat demam
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi (mukosa mulut kering)
Data Objektif:
1. Pasien tampak terpasang ETT dan Ventilator (On Verit Mode SIMV)
2. Pasien tampak demam (suhu 40°C)
3. Mukosa mulut kering
4. Retraksi dada (-)
5. Pernapasan 25 kali/menit
6. Saturasi oksigen (SpO2) 90%
7. Hasil lab: pH 7,40, pCO2 21,4 mmHg, pO2 78,6 mmHg, HCO3 12,5 mmol/L
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit, irama regular, dan SpO2 ≥95%.
2. Pasien menunjukkan status oksigenasi yang adekuat, dengan nilai pH 7,35-7,45, pCO2 35-45 mmHg, dan pO2 80-100 mmHg.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan TD 120-140/70-90 mmHg, nadi 80-100 kali/menit, dan suhu 36,5-37,5°C.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara rutin.
2. Tatalaksana oksigenasi sesuai dengan kondisi pasien, seperti penyesuaian parameter ventilator dan pemberian oksigen tambahan.
3. Lakukan suction endotrakeal untuk membersihkan jalan napas dari sekret.
4. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
5. Berikan terapi farmakologis untuk menurunkan demam, seperti antipiretik.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk optimalisasi penatalaksanaan pasien.
7. Lakukan edukasi dan dukungan psikologis bagi keluarga pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Nafas Tidak Efektif" dipilih karena pasien memiliki tanda-tanda seperti penurunan kesadaran, demam, dan hasil laboratorium yang menunjukkan ketidakseimbangan gas darah, yang dapat menyebabkan pola napas tidak efektif. Etiologi dan data objektif yang dijabarkan sesuai dengan kondisi pasien dan mendukung diagnosa keperawatan tersebut.
Luaran yang diharapkan mencakup pemulihan pola napas yang efektif, status oksigenasi yang adekuat, dan stabilitas tanda-tanda vital. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memantau, menatalaksana, dan mengoptimalkan kondisi pernapasan serta mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pola napas tidak efektif. -
Article No. 7601 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF BUAT ETIOLOGI NYA BERURUTAN SAMPE KE AKHIRNYA DIA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Pola Nafas Tidak Efektif.
Etiologi untuk Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif:
1. Gangguan pertukaran gas
- Pasien mengalami penurunan kesadaran, yang dapat menyebabkan penurunan kontrol terhadap mekanisme pernapasan.
- Pasien tampak demam, yang dapat meningkatkan metabolisme sel dan kebutuhan oksigen.
- Mukosa mulut kering, yang dapat menghambat proses pertukaran gas.
- Hasil laboratorium menunjukkan penurunan nilai pH (7,40), penurunan nilai pCO2 (21,4 mmHg), dan penurunan nilai HCO3 (12,5 mmol/L), yang mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan asam-basa.
- Hasil laboratorium juga menunjukkan peningkatan nilai glukosa darah (474 mg/dL), yang dapat menyebabkan peningkatan produksi asam, sehingga mempengaruhi pertukaran gas.
2. Obstruksi jalan napas
- Pasien terpasang Endotracheal Tube (ETT), yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
3. Kelelahan otot pernapasan
- Pasien terpasang Ventilator mode SIMV, yang menunjukkan adanya kebutuhan bantuan pernapasan mekanis.
- Pasien memiliki tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti peningkatan denyut nadi, peningkatan laju pernapasan, dan penurunan saturasi oksigen, yang dapat mengindikasikan kelelahan otot pernapasan.
Data Objektif:
- Pasien mengalami penurunan kesadaran
- Pasien tampak demam
- Mukosa mulut kering
- Retraksi dada (-)
- Pasien terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), dan CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra
- Tanda-tanda vital: TD 160/80 mmHg, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40°C, laju pernapasan 25 kali/menit, SpO2 90%
- Hasil laboratorium: GDS 474 mg/dL, Hb 13,3 g/dL, Ht 39%, pH 7,40, pCO2 21,4 mmHg, pO2 78,6 mmHg, HCO3 12,5 mmol/L, Aseton 5,1 mmol/L
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas normal
- Pasien menunjukkan pola napas teratur dengan frekuensi pernapasan 12-20 kali/menit
- Pasien menunjukkan pergerakan dada dan abdomen yang simetris saat inspirasi dan ekspirasi
- Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) ≥94% tanpa alat bantu oksigen
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Memantau status pernapasan dan oksigenasi
- Mempertahankan jalan napas paten
- Mengatur mode dan pengaturan ventilator sesuai kebutuhan
2. Manajemen oksigenasi
- Memantau saturasi oksigen dan nilai-nilai laboratorium terkait oksigenasi
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen ventilasi
- Memantau pola dan frekuensi pernapasan
- Memantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Mengatur pengaturan ventilator sesuai kebutuhan
4. Manajemen kelelahan
- Memantau tanda-tanda kelelahan otot pernapasan
- Mengatur periode istirahat yang cukup bagi pasien
5. Manajemen cairan
- Memantau status cairan dan elektrolit
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas, dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 7602 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 LEBIH BAIK AMBIL GANGGUAN PERTUKARAN GAS ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah "Pola Napas Tidak Efektif" yang ditandai dengan penurunan kesadaran, retraksi dada yang negatif, serta hasil laboratorium yang menunjukkan adanya gangguan asam basa (asidosis metabolik dengan kompensasi respiratorik).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas: Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, ditandai dengan:
- Irama napas teratur
- Kedalaman napas dalam batas normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen dalam batas normal (SpO2 ≥ 95%)
2. Status Pertukaran Gas: Pasien akan menunjukkan pertukaran gas yang membaik, ditandai dengan:
- pH darah arteri dalam batas normal (7,35-7,45)
- pCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg)
- pO2 dalam batas normal (80-100 mmHg)
- HCO3- dalam batas normal (22-26 mEq/L)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mengatur ventilasi mekanik:
- Lakukan pengaturan parameter ventilator sesuai kondisi pasien (mode SIMV, FiO2, RR, Vt, PEEP)
- Pantau dan evaluasi respons pasien terhadap pengaturan ventilator
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian pengaturan ventilator jika diperlukan
2. Manajemen oksigenasi:
- Pantau status oksigenasi pasien (SpO2, PaO2)
- Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan terapi oksigen yang tepat
3. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Monitor intake dan output cairan pasien
- Monitor hasil lab (elektrolit, asam basa)
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien
4. Manajemen demam:
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan intervensi penurun demam sesuai indikasi (misalnya kompres dingin, antipiretik)
5. Manajemen nyeri:
- Identifikasi sumber nyeri dan skala nyeri pasien
- Berikan intervensi manajemen nyeri sesuai indikasi (misalnya analgesik, terapi non-farmakologis)
Penjelasan yang rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 7603 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak demam, mukosa mulut kering, retraksi dada (-). pasien terlihat terpasang ETT, Ventilator (On Verit Mode SIMV), CVC (Central Venous Catheter) Triple Lumen di Jugularis Dextra. Dengan tanda-tanda vital : td 160/80, denyut nadi radial 95 kali/menit, denyut nadi karotis 105 kali/menit, CRT >2, suhu 40C, PERNAPASAN 25 kali/menit, spo2 90%, DENGAN HASIL LAB : GDS : 474. HB 13,3 HT 39 PH 7,40 pCO2 21,4 pO2 78,6 HCO3 12,5 ASETON 5,1 BUATKAN ETIOLOGI & DATA OBJEKTIF UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola Nafas Tidak Efektif
Etiologi:
1. Penurunan tingkat kesadaran akibat kondisi kritis pasien.
2. Adanya obstruksi jalan napas oleh ET-Tube.
3. Penyakit dasar yang mendasari seperti kemungkinan sepsis, dehydrasi, atau asidosis.
Data Objektif:
1. Pasien tampak somnolen dengan GCS 10 (E2V2M6).
2. Pasien terpasang ETT dan ventilator (on Verit Mode SIMV).
3. Tanda-tanda vital: TD 160/80 mmHg, nadi radial 95 x/menit, nadi karotis 105 x/menit, CRT >2 detik, suhu 40°C, respirasi 25 x/menit, SpO2 90%.
4. Hasil laboratorium: GDS 474 mg/dL, pH 7,40, pCO2 21,4 mmHg, pO2 78,6 mmHg, HCO3 12,5 mEq/L, aseton 5,1.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan perbaikan pola napas selama 72 jam, ditandai dengan:
- Irama napas reguler.
- Frekuensi napas 12-20 x/menit.
- Kedalaman napas adekuat.
- SpO2 ≥95%.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau status respirasi pasien secara berkala, meliputi frekuensi, kedalaman, irama, dan karakteristik napas.
2. Kaji status hemodinamik pasien, meliputi tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang adekuat.
5. Lakukan suction jika terdapat sekret berlebih di jalan napas.
6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk menjaga status hidrasi.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai, seperti antibiotik, antiviral, atau kortikosteroid.
8. Lakukan perawatan jalan napas untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi.
9. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien dan edukasi mengenai kondisi pasien.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Nafas Tidak Efektif" tepat untuk kondisi pasien ini karena ada beberapa faktor yang berkontribusi, seperti penurunan kesadaran, obstruksi jalan napas, dan kondisi kritis pasien yang mendasari seperti kemungkinan sepsis, dehidrasi, atau asidosis. Tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan kondisi klinis pasien mendukung diagnosa ini.
Luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola napas dalam 72 jam, dengan irama napas yang reguler, frekuensi napas 12-20 x/menit, kedalaman napas yang adekuat, dan saturasi oksigen ≥95%. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan status respirasi, penatalaksanaan hemodinamik, pemberian oksigen, pengaturan ventilator, manajemen sekret, dan terapi farmakologis yang sesuai, serta perawatan jalan napas dan edukasi keluarga.