Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7547 | 02 Dec 2024
Klinis : Sesak dan batuk sudah 3 minggu, hasilnthorax edema pulmonal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus pasien dengan kondisi sesak nafas dan batuk selama 3 minggu, dengan hasil foto toraks menunjukkan edema pulmonal, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Sekresi berlebihan, kerusakan struktur pernapasan, keterbatasan kemampuan batuk.
- Gejala dan Tanda: Pola napas tidak efektif, bunyi napas tambahan, retraksi dinding dada, sputum berlebih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bersihan jalan napas efektif, pola napas normal, tidak ada retraksi dinding dada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Monitor pola napas, auskultasi suara napas, monitor status oksigenasi, lakukan tindakan pembersihan jalan napas (fisioterapi dada, suction, dan lain-lain).
Persona: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai diagnosa keperawatan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien ini. -
Article No. 7548 | 02 Dec 2024
Klinis : Bicara cedal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output yang diharapkan, dan Intervensi Keperawatan untuk kondisi bicara cedal, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang perawat pakar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi bicara cedal:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi bicara cedal berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Komunikasi Verbal". Gangguan Komunikasi Verbal didefinisikan sebagai "Keterbatasan kemampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal secara efektif".
Karakteristik definisi ini mencakup:
a. Kemampuan menyampaikan pesan verbal terbatas
b. Kemampuan menerima pesan verbal terbatas
c. Komunikasi verbal tidak efektif
Kondisi bicara cedal merupakan salah satu bentuk dari Gangguan Komunikasi Verbal, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas dan lancar.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kondisi bicara cedal, diharapkan dapat tercapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Komunikasi Verbal: Pasien mampu menyampaikan pesan verbal dengan jelas dan lancar.
b. Kemampuan Berkomunikasi: Pasien mendemonstrasikan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
c. Interaksi Sosial: Pasien terlibat dalam interaksi sosial yang memuaskan.
Indikator pencapaian Luaran/Output tersebut dapat diukur melalui observasi langsung, wawancara, dan penilaian kemampuan komunikasi verbal pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan pada pasien dengan kondisi bicara cedal, diperlukan beberapa Intervensi Keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), antara lain:
a. Terapi Wicara: Melakukan latihan artikulasi, pengucapan, dan pembentukan suara untuk memperbaiki kemampuan berbicara pasien.
b. Terapi Komunikasi: Memberikan latihan komunikasi verbal, mengidentifikasi strategi komunikasi alternatif, dan meningkatkan pemahaman pasien terhadap proses komunikasi.
c. Bimbingan Keluarga: Memberikan edukasi dan dukungan kepada keluarga untuk membantu pasien dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif.
d. Stimulasi Kognitif: Memberikan stimulasi dan latihan untuk meningkatkan fungsi kognitif yang terkait dengan kemampuan berbicara.
e. Konseling: Memberikan konseling dan dukungan psikologis untuk membantu pasien dalam beradaptasi dengan kondisi bicara cedal.
Implementasi Intervensi Keperawatan tersebut harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti terapis wicara, untuk mencapai tujuan Luaran yang diharapkan.
Dalam praktik keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Luaran/Output, dan Intervensi Keperawatan saling terkait dan merupakan bagian integral dari Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan kondisi bicara cedal. Perawat harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep-konsep tersebut untuk memberikan perawatan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 7549 | 02 Dec 2024
Klinis : Bicara cedal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Bicara Cedal:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F80.1
- Deskripsi: Gangguan artikulasi bahasa
Penjelasan:
Bicara cedal, atau gangguan artikulasi bahasa, dikategorikan dalam Kode ICD-10 F80.1. Kondisi ini melibatkan kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang benar, yang dapat disebabkan oleh kelainan anatomis, neurologis, atau faktor lainnya. Pasien dengan kondisi ini biasanya mengalami kesulitan dalam menghasilkan konsonan tertentu atau menunjukkan substitusi, distorsi, atau penghilangan suara dalam ucapannya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.41
- Deskripsi: Terapi bicara, bahasa, dan pengucapan
Penjelasan:
Dalam kasus bicara cedal, penatalaksanaan yang sering dilakukan adalah terapi bicara, bahasa, dan pengucapan, yang tercatat dalam Kode ICD-9-CM 92.41. Terapi ini melibatkan intervensi oleh terapis wicara atau ahli bahasa untuk membantu pasien memperbaiki pola pengucapan, meningkatkan kemampuan artikulasi, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang lebih baik. -
Article No. 7550 | 02 Dec 2024
Klinis : kejang, stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kejang dan stroke:
1. Kejang:
a. Diagnosa Keperawatan: Resiko Cedera
b. Definisi: Risiko individu untuk mengalami cedera fisik akibat kejang.
c. Faktor Risiko: Perubahan pada fungsi saraf pusat, kondisi neurologis, dan penggunaan obat-obatan.
2. Stroke:
a. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Serebral
b. Definisi: Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Faktor Risiko: Hipertensi, diabetes, merokok, dan faktor risiko kardiovaskular lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kejang:
a. Luaran: Pemulihan Setelah Cedera
b. Definisi: Individu mencapai pemulihan optimal setelah mengalami cedera, dengan tidak ada komplikasi atau kerusakan permanen.
c. Kriteria Hasil:
i. Tidak terjadi cedera selama episode kejang.
ii. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat kejang.
iii. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari.
2. Stroke:
a. Luaran: Pemulihan Setelah Stroke
b. Definisi: Individu mencapai pemulihan optimal setelah mengalami stroke, dengan tidak ada komplikasi atau kerusakan permanen.
c. Kriteria Hasil:
i. Tidak terjadi komplikasi akibat stroke.
ii. Pasien menunjukkan peningkatan fungsi neurologis.
iii. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kejang:
a. Intervensi: Manajemen Kejang
b. Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan aktivitas kejang.
c. Aktivitas Keperawatan:
i. Pantau tanda-tanda vital dan gejala kejang.
ii. Berikan obat anti-kejang sesuai dengan resep.
iii. Posisikan pasien untuk mencegah cedera selama kejang.
iv. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kejang.
2. Stroke:
a. Intervensi: Manajemen Stroke
b. Definisi: Tindakan untuk mencegah komplikasi, meningkatkan fungsi, dan mendukung pemulihan pasien pasca-stroke.
c. Aktivitas Keperawatan:
i. Pantau tanda-tanda vital dan gejala stroke.
ii. Berikan perawatan suportif (oksigen, cairan, nutrisi, dll.).
iii. Lakukan terapi fisik, okupasi, dan wicara untuk meningkatkan fungsi.
iv. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang manajemen stroke dan pemulihan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko, gejala, dan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan kejang atau stroke. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah cedera, mendukung pemulihan, dan memaksimalkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 7551 | 02 Dec 2024
Klinis : Tn. Y (46 tahun) dirawat dengan keluhan pusing, mual dan muntah serta merasa lelah. Hasil pengkajian didapatkan TD 100/60 mmHg, N 70x/menit, RR 24x/menit, ekstremitas dingin, tampak pucat dan lemas. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan kadar Hb 9.4 gr/dL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan serta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (Diagnosa Keperawatan SDKI)
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan, karena adanya keterbatasan fisik dan/atau kognitif.
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Tingkat Energi Meningkat
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kenyamanan Meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Manajemen Kenyamanan
Implementasi Keperawatan:
1. Mengkaji tingkat kelelahan, pusing, mual, dan muntah pasien.
2. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
3. Memberikan intervensi untuk mengatasi anemia, seperti pemberian suplemen zat besi dan nutrisi yang kaya zat besi.
4. Mengatur aktivitas dan istirahat pasien sesuai dengan toleransinya.
5. Memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penatalaksanaan anemia.
6. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.) untuk penanganan anemia yang komprehensif.
Evaluasi:
Diharapkan dengan implementasi keperawatan yang tepat, pasien dapat menunjukkan peningkatan energi, toleransi aktivitas, dan kenyamanan, serta dapat beradaptasi dengan kondisi anemianya. -
Article No. 7552 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita (60 tahun) dirawat dengan keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan pasien batuk, TD 130/90 mmHg, N 56x/menit, RR 24x/menit, hasil auskultasi didapatkan ronkhi pada semua lapang paru. Hasil EKG menunjukkan adanya bradikardia dan Q patologis pada lead II, III, AVF dan V5 - V6. Hasil rontgen thoraks didapatkan adanya efusi pleura dekstra dan LVH.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan persona pakar dan nurse, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru akibat efusi pleura dan LVH.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Batasan Karakteristik: Sesak napas, takipnea, bunyi napas abnormal, sianosis.
Faktor Berhubungan: Penyakit paru-paru, edema paru, efusi pleura.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran Keperawatan: Pertukaran Gas Yang Efektif
Indikator:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Irama pernapasan teratur
3. Bunyi napas normal
4. Kadar oksigen dalam darah normal
5. Tidak ada tanda-tanda sianosis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Efusi Pleura
Tindakan Keperawatan:
- Memantau status pernapasan
- Mengatur posisi semi-fowler
- Mengobservasi respons terhadap oksigen
- Melakukan pemeriksaan penunjang (rontgen thoraks, EKG)
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan efusi pleura
Kesimpulan: Diagnosa keperawatan utama adalah Gangguan Pertukaran Gas yang disebabkan oleh efusi pleura dan LVH. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen jalan napas, oksigenasi, dan efusi pleura untuk mencapai luaran pertukaran gas yang efektif. -
Article No. 7553 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. S (72 tahun) dirawat sejak 4 hari yang lalu dengan nyeri dada dan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan nyeri skala 6 hilang timbul kan menjalar sampai ke punggung dan terdapat ronkhi pada kedua lapang paru. Keluarga mengatakan pasien sesak nafas setelah mandi dan pasien memiliki riwayat operasi by pass jantung 11 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan ECHO pasien didapatkan EF 62% dan terdapat gangguan fungsi diastolik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan informasi yang Ibu berikan, kondisi Ny. S (72 tahun) dapat didiagnosis dengan:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang dapat mengakibatkan kelelahan.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan metabolik, gangguan fungsi kardiovaskular, dan gangguan fungsi respirasi.
- Gejala: Nyeri dada, sesak napas, dan adanya ronki pada kedua lapangan paru.
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), penanganan yang dapat dilakukan adalah:
1. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Tingkat Kelelahan Terkendali
2. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Manajemen Nyeri
Penjelasan singkat:
Ny. S memiliki riwayat operasi bypass jantung 11 tahun yang lalu dan saat ini mengalami nyeri dada, sesak napas, serta adanya ronki pada kedua lapangan paru. Hal ini menunjukkan adanya gangguan fungsi kardiovaskular dan respirasi yang menyebabkan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen energi, dan manajemen nyeri untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mengendalikan tingkat kelelahan Ny. S.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 7554 | 02 Dec 2024
Klinis : Tn. T (45 tahun) dirawat di unit saraf dengan trauma kepala ringan. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri kepala skala 5, tampak hematoma palpebra, pasien tampak bingung ketika ditanya, tampak mengantuk, GCS 14, TD 130/90 mmHg, N 72x/menit, RR 20x/menit dan S 37oC. Hasil CT scan menunjukkan adanya SDH. Saat ini pasien terpasang kateter, infus RL 20 tpm dan manitol 100 cc/6 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Serebral
Penjelasan Singkat:
Tn. T mengalami trauma kepala ringan yang dapat menyebabkan risiko ketidakstabilan serebral, seperti peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan otak, dan penurunan fungsi saraf pusat. Hal ini ditandai dengan gejala nyeri kepala, hematoma palpebra, kebingungan, dan penurunan kesadaran (GCS 14).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Serebral
Definisi: Risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas otak untuk mempertahankan homeostasis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Serebral
2. Fungsi Saraf
3. Kesadaran
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Fungsi Serebral
2. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Perdarahan Intrakranial
Tone = akademis, persona = pakar, nurse = sesuai dengan profil yang diberikan. -
Article No. 7555 | 02 Dec 2024
Klinis : Ny. W (62 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam sejak 6 hari yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sesak nafas, merasa lemas, cemas dengan keadaannya, TD 160/110 mmHg, N 114x/menit, RR 24x/menit, S 37oC, bibir tampak pucat, akral dingin dan terdengar ronkhi pada kedua lapang paru. Saat ini pasien terpasang nasal kanul 3 lpm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Ny. W (62 tahun) dapat didiagnosis dengan Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI : Gangguan Ventilasi
- SLKI : Perbaikan Pola Napas
- SIKI : Manajemen Jalan Napas
Penjelasan singkat :
- Pasien mengeluh sesak napas, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya gangguan pernapasan (TD, nadi, respirasi).
- Diagnosa ini mengindikasikan adanya ketidakefektifan dalam proses pertukaran gas, sehingga memerlukan intervensi untuk memperbaiki pola napas dan manajemen jalan napas.
2. Kecemasan
- SDKI : Kecemasan
- SLKI : Pengurangan Kecemasan
- SIKI : Terapi Relaksasi
Penjelasan singkat :
- Pasien merasa cemas dengan keadaannya, yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikologis.
- Diagnosa ini menunjukkan perlunya intervensi untuk mengurangi kecemasan, seperti terapi relaksasi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI : Intoleransi Aktivitas
- SLKI : Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI : Manajemen Energi
Penjelasan singkat :
- Pasien merasa lemas, yang dapat mengindikasikan adanya intoleransi terhadap aktivitas.
- Diagnosa ini menyatakan perlunya intervensi untuk meningkatkan toleransi pasien dalam beraktivitas, seperti manajemen energi.
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 7556 | 02 Dec 2024
Klinis : Seorang laki - laki (35 tahun) dirawat di bangsal bedah hari ke 4 dengan fraktur tibia fibula dekstra. Pasien telah menjalani operasi sejak hari pertama masuk rumah sakit. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh balutan pada kakinya terlalu ketat sehingga kakinya terasa kram dan kebas, kaki terasa nyeri, akral dingin dan pasien tidak dapat merasakan ujung kakinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkatnya mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Perifer Terganggu
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana aliran darah ke bagian tubuh tertentu terganggu, yang ditandai dengan adanya perubahan pada akral (ekstremitas) seperti warna, suhu, dan sensasi.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi yang berhubungan dengan gangguan perfusi perifer.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengobservasi kondisi ekstremitas, memberikan posisi elevasi, mengompres dengan air hangat, dan melakukan perawatan luka jika ada.
2. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami sensasi ketidaknyamanan yang signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu, yang disebabkan oleh stimulus spesifik.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menilai karakteristik nyeri, memberikan analgesik sesuai instruksi, mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologi, dan memantau efektivitas intervensi.
3. Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengajarkan latihan rentang gerak, memberikan bantuan mobilisasi, dan mendorong partisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain jika masih memerlukan penjelasan tambahan.