Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18926 | 23 Jun 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI untuk Pasien Anak dengan Gejala Campak**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit** *(SDKI Code: 0016)* terkait ruam merah dan bintik Koplik sekunder terhadap infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) – 0016: Gangguan Integritas Kulit**
- *Definisi:* Kerusakan lapisan kulit yang mengganggu fungsi perlindungan, ditandai ruam, eritema, atau lesi.
- *Faktor terkait:* Infeksi virus (campak), respons inflamasi, dan peningkatan suhu tubuh.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – 1601: Penyembuhan Luka**
- *Kriteria Luaran:*
- Kulit menunjukkan tanda penyembuhan (ruam berkurang, tidak ada lesi baru).
- Tidak ada tanda infeksi sekunder (nanah, eritema bertambah).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – 3400: Perawatan Kulit**
- *Intervensi:*
- Observasi karakteristik ruam dan area iritasi.
- Jaga kebersihan kulit dengan mandi air hangat dan sabun non-alkali.
- Hindari penggarukan (gunakan pakaian longgar dan kuku pendek).
- Berikan edukasi pada orang tua tentang perawatan kulit dan tanda komplikasi.
---
**Diagnosa Tambahan:**
**Hipertermia** *(SDKI Code: 0007)* terkait proses infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI – 0007: Hipertermia**
- *Definisi:* Suhu tubuh di atas rentang normal akibat ketidakseimbangan produksi dan pelepasan panas.
- *Faktor terkait:* Respons sistemik terhadap infeksi virus.
2. **SLKI – 0701: Termoregulasi**
- *Kriteria Luaran:*
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5–37,5°C).
- Pasien tidak menunjukkan tanda dehidrasi.
3. **SIKI – 3920: Pengelolaan Hipertermia**
- *Intervensi:*
- Kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Berikan antipiretik sesuai resep (parasetamol).
- Pantau intake cairan untuk mencegah dehidrasi.
---
**Diagnosa Ketiga:**
**Risiko Defisit Volume Cairan** *(SDKI Code: 0003)* terkait peningkatan kehilangan cairan (demam, anoreksia).
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI – 0003: Risiko Defisit Volume Cairan**
- *Faktor risiko:* Demam tinggi, asupan oral menurun, dan peningkatan insensible water loss.
2. **SLKI – 0301: Keseimbangan Cairan**
- *Kriteria Luaran:*
- Turgor kulit normal, mukosa lembap, dan produksi urin adekuat (>1 mL/kg/jam).
3. **SIKI – 4120: Manajemen Cairan**
- *Intervensi:*
- Dorong asupan cairan oral (air, jus, atau oralit).
- Observasi tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kulit lambat).
---
**Catatan Akademis:**
- Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada *PPNI (2017)* dan disesuaikan dengan manifestasi klinis campak (Koplik spot, ruam makulopapular, fase prodromal).
- Intervensi keperawatan harus disertai pemantauan komplikasi (ensefalitis, pneumonia) sebagai bagian dari *early warning system*.
**Referensi:**
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Edisi 2. Jakarta: PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18887 | 22 Jun 2025
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif, dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif adalah "Gangguan Perfusi Perifer". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Pengurangan sirkulasi darah ke bagian tubuh tertentu". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit pembuluh darah, gangguan kardiovaskular, atau kondisi lain yang dapat memengaruhi aliran darah ke bagian tubuh tertentu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Sirkulasi
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan suhu ekstremitas yang hangat, warna kulit normal, dan tidak ada tanda-tanda sianosis atau edema.
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan suhu ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan tidak ada tanda-tanda sianosis atau edema.
2. Perfusi Jaringan: Oksigenasi
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan oksigenasi jaringan yang adekuat, ditandai dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) yang normal dan tidak ada tanda-tanda hipoksemia.
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan nilai SpO2 normal (>95%) dan tidak ada tanda-tanda hipoksemia.
3. Mobilitas
- Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan atau meningkatkan mobilitas yang optimal, ditandai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
- Kriteria hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang signifikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Perfusi Perifer
- Tujuan: Memantau kondisi perfusi perifer pasien secara berkala.
- Aktivitas: Mengukur suhu ekstremitas, menilai warna dan kelembaban kulit, mengobservasi tanda-tanda sianosis atau edema, dan memeriksa pengisian kapiler.
2. Manajemen Sirkulasi
- Tujuan: Meningkatkan aliran darah dan perfusi jaringan.
- Aktivitas: Mengatur posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah, memberikan terapi oksigen jika diperlukan, dan memonitor tanda-tanda vital.
3. Peningkatan Mobilitas
- Tujuan: Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas pasien.
- Aktivitas: Membantu pasien melakukan latihan fisik yang sesuai, mengajarkan teknik mobilisasi yang aman, dan memonitor respons pasien terhadap aktivitas.
4. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kondisi perfusi perifer dan upaya pengelolaannya.
- Aktivitas: Menjelaskan penyebab, gejala, dan dampak dari gangguan perfusi perifer, serta memberikan edukasi tentang tindakan pencegahan dan pengelolaan yang dapat dilakukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan luaran yang diharapkan, diharapkan dapat membantu pasien mencapai perfusi perifer yang efektif, meningkatkan oksigenasi jaringan, dan mempertahankan mobilitas yang optimal. -
Article No. 18888 | 22 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus. DO : Pasien tampak sesak nafas Akral teraba dingin Hasil imunoserologi troponin 0,67 ug/L (tinggi) Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan st elevasi dan infark ventrikel kiri Tanda-tanda vital: Tekanan darah 123/71 mmHg, HR 62x/menit, RR 25x/menit dengan SpO2 100%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis infark miokard sebagaimana ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard sebagaimana ditandai dengan pasien tampak sesak napas.
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard sebagaimana ditandai dengan akral teraba dingin.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien melaporkan nyeri dada berangsur-angsur berkurang.
- Pasien dapat mengenali dan menerapkan teknik penanganan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
2. Pola Napas Efektif:
- Pasien bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas.
- Pasien menunjukkan saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Perfusi Jaringan Adekuat:
- Pasien menunjukkan ekstremitas hangat dan kering.
- Pasien tidak mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan.
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda syok.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Manajemen Jalan Napas:
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab sesak napas.
3. Manajemen Perfusi:
- Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan nadi.
- Kaji tanda-tanda penurunan perfusi, seperti akral dingin, pucat, dan penurunan turgor kulit.
- Berikan cairan intravena sesuai dengan resep dokter.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab penurunan perfusi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang disajikan, yaitu nyeri dada, sesak napas, dan penurunan perfusi perifer. Luaran yang diharapkan adalah pengendalian nyeri, perbaikan pola napas, dan peningkatan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen jalan napas, dan manajemen perfusi, dengan kolaborasi yang erat dengan tim medis untuk mengatasi penyebab utama, yaitu infark miokard. -
Article No. 18889 | 22 Jun 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus. DO : Pasien tampak sesak nafas Akral teraba dingin Hasil imunoserologi troponin 0,67 ug/L (tinggi) Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan st elevasi dan infark ventrikel kiri Tanda-tanda vital: Tekanan darah 123/71 mmHg, HR 62x/menit, RR 25x/menit dengan SpO2 100% DS : Pasien mengatakan merasa sesak nafas dan mencoba bernafas secara perlahan DO : pCO2 47,4 (tinggi) pH 7,29 (rendah) Pola nafas cepat dangkal dengan RR 25x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolik.
DS:
- Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus.
- Pasien tampak sesak nafas.
DO:
- Akral teraba dingin.
- Hasil imunoserologi troponin 0,67 ug/L (tinggi).
- Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan ST elevasi dan infark ventrikel kiri.
- Tanda-tanda vital: Tekanan darah 123/71 mmHg, HR 62x/menit, RR 25x/menit dengan SpO2 100%.
- pCO2 47,4 (tinggi).
- pH 7,29 (rendah).
- Pola nafas cepat dangkal dengan RR 25x/menit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Membaik
Definisi: Pemeliharaan oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil:
- Mempertahankan nilai pH dalam batas normal (7,35-7,45).
- Mempertahankan nilai pCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg).
- Mempertahankan nilai SpO2 ? 95%.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten.
Aktivitas:
- Mempertahankan posisi semifowler.
- Memantau status pernapasan.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Manajemen Ventilasi
Tujuan: Mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Aktivitas:
- Memantau pola dan frekuensi pernapasan.
- Memantau hasil analisis gas darah.
- Mempertahankan ventilasi mekanis sesuai kebutuhan.
3. Manajemen Perfusi Jaringan
Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
Aktivitas:
- Memantau tanda-tanda vital.
- Memantau status sirkulasi (warna, suhu, dan kondisi akral).
- Mempertahankan Volume Cairan yang Adekuat.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dilakukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien, sehingga dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18890 | 22 Jun 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus. Pasien mengatakan merasa sesak nafas DO : Pasien tampak sesak nafas Akral teraba dingin Hasil imunoserologi troponin 0,67 ug/L (tinggi) Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan st elevasi dan infark ventrikel kiri Tanda-tanda vital: Tekanan darah 120/72 mmHg, HR 60x/menit, RR 20x/menit dengan SpO2 99%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, kami sebagai perawat profesional akan memberikan analisis terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI, 2017). Pasien mengeluh nyeri dada yang dirasakan seperti tertimpa beban berat dengan skala 5 (VAS) secara terus-menerus, serta tampak sesak nafas, menandakan adanya gejala nyeri akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri hingga <3 (VAS) dalam waktu 30 menit setelah intervensi.
2. Status Pernafasan: Pasien dapat mempertahankan frekuensi pernapasan 12-20 kali per menit dengan SpO2 ?96% tanpa tanda-tanda distress pernapasan.
3. Perfusi Jaringan Kardiak: Pasien dapat mempertahankan irama jantung normal (60-100 kali per menit) dan gambaran EKG menunjukkan perbaikan segmen ST.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi).
b. Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi analgesik.
2. Manajemen Jalan Nafas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen ?96%.
c. Ajarkan teknik pernapasan dalam dan batuk efektif untuk mempertahankan pola napas yang optimal.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi oksigen.
3. Pemantauan Kardiovaskular:
a. Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu) secara berkala.
b. Lakukan pemantauan EKG untuk mendeteksi adanya perubahan segmen ST.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi kardiovaskular.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi pasien. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lebih lanjut. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 18891 | 22 Jun 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus. Pasien mengatakan merasa sesak nafas DO : Pasien tampak sesak nafas Akral teraba dingin Hasil imunoserologi troponin 3,18 ug/L (tinggi) Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan st elevasi dan infark ventrikel kiri Tanda-tanda vital: Tekanan darah 120/72 mmHg, HR 60x/menit, RR 20x/menit dengan SpO2 99%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas informasi yang diberikan mengenai kondisi pasien. Berdasarkan data yang disampaikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kardiovaskular: Nyeri dada akut berhubungan dengan infark miokard akut yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus.
2. Pola Napas Tidak Efektif: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan infark miokard akut yang ditandai dengan pasien tampak sesak napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kardiovaskular:
a. Pasien melaporkan nyeri dada terkontrol (skala nyeri ?3).
b. Pasien mendemonstrasikan strategi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Pola Napas Tidak Efektif:
a. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
b. Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat (SpO2 ?95%).
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Kardiovaskular:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
b. Berikan analgesik sesuai dengan rekomendasi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin.
d. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri.
2. Pola Napas Tidak Efektif:
a. Pantau pola napas, frekuensi, kedalaman, dan irama napas pasien.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen ?95%.
c. Ajarkan pasien teknik napas dalam dan latihan batuk efektif.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan gangguan pola napas.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Nyeri Kardiovaskular" dan "Pola Napas Tidak Efektif" didasarkan pada gejala dan temuan klinis yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri dada seperti tertimpa beban berat dan sesak napas. Infark miokard akut yang dialami pasien dapat menyebabkan kedua diagnosis keperawatan tersebut.
Luaran yang diharapkan mencakup kontrol nyeri, penggunaan strategi nonfarmakologis, stabilitas tanda-tanda vital, perbaikan pola napas, serta oksigenasi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, pengajaran teknik nonfarmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, serta latihan napas dalam dan batuk efektif.
Semua intervensi ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien, mengatasi nyeri, memperbaiki pola napas, dan mempertahankan status hemodinamik yang stabil. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk penatalaksanaan yang komprehensif. -
Article No. 18892 | 22 Jun 2025
Klinis : DS : Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus menerus. Pasien mengatakan merasa sesak nafas DO : Pasien tampak sesak nafas Akral teraba dingin Hasil imunoserologi troponin 3,18 ug/L (tinggi) Gambaran EKG menunjukkan Infark miokard dengan st elevasi dan infark ventrikel kiri Tanda-tanda vital: Tekanan darah 120/72 mmHg, HR 60x/menit, RR 20x/menit dengan SpO2 99%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (NANDA-I, 2018). Pasien mengeluh nyeri dada seperti tertimpa beban berat pada bagian depan dada dengan skala 5 (VAS) secara terus-menerus, serta mengalami sesak napas. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda infark miokard dengan elevasi ST, infark ventrikel kiri, dan peningkatan troponin, yang merupakan indikasi adanya nyeri dada akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan nyeri dada berkurang hingga skala 2 atau kurang (VAS) setelah pemberian intervensi keperawatan.
2. Status Pernafasan: Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa sesak napas setelah pemberian intervensi keperawatan.
3. Stabilitas Hemodinamik: Pasien mempertahankan tekanan darah, denyut nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal setelah pemberian intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (karakteristik, lokasi, durasi, intensitas, dan faktor yang memperberat/meringankan).
b. Berikan analgetik sesuai dengan resep dokter.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik nonfarmakologis (seperti relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer) untuk mengurangi nyeri.
d. Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Jalan Napas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, dan irama).
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan, seperti napas dalam dan batuk efektif.
d. Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
3. Pemantauan Hemodinamik:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan saturasi oksigen).
b. Catat dan analisis data hemodinamik untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
c. Lakukan intervensi yang sesuai jika terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan.
Penjelasan tersebut diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan nyeri dada akut dan infark miokard. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18893 | 22 Jun 2025
Klinis : Ny. R, usia 48 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat di perut kanan atas sejak 6 jam yang lalu. Nyeri menjalar ke punggung, disertai mual dan muntah. Ia memiliki riwayat makan berlemak tinggi dan obesitas. Hasil USG menunjukkan adanya batu di kandung empedu. Tanda vital: TD 130/85 mmHg, N 90x/menit, RR 22x/menit, Suhu 37,8°C. Ny. R direncanakan untuk dilakukan kolesistektomi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. R adalah:
1. Nyeri akut
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Mual
- Kode SDKI: 00134
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah ke usaha untuk memuntahkan isi perut.
3. Risiko infeksi
- Kode SDKI: 00004
- Definisi: Peningkatan risiko terserang oleh organisme patogen.
4. Defisit perawatan diri: makan
- Kode SDKI: 00102
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan. Kode dan definisi diagnosis keperawatan tersebut diatas berasal dari SDKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI berfungsi sebagai panduan dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. SIKI berfungsi sebagai panduan dalam memilih tindakan keperawatan yang sesuai.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. -
Article No. 18894 | 22 Jun 2025
Klinis : bayi lahir dengan anencephaly terpasang cpap fio2 30 % peep 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI, SLKI, serta SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
- Kode SDKI: 00032
- Kode SLKI: L0801
- Kode SIKI: M0401
2. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif (00201)
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan aliran darah ke otak yang dapat mengancam fungsi dan/atau kelangsungan hidup.
- Kode SDKI: 00201
- Kode SLKI: L0802
- Kode SIKI: M0402
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (00005)
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan suhu tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
- Kode SDKI: 00005
- Kode SLKI: L0803
- Kode SIKI: M0403
Penjelasan singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032):
Bayi dengan anencephaly memiliki gangguan pada sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan pola napas tidak efektif. Penggunaan CPAP dengan FiO2 30% dan PEEP 5 bertujuan untuk membantu bayi bernapas dengan lebih efektif.
2. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif (00201):
Anencephaly adalah cacat bawaan di mana sebagian besar otak dan tulang tengkorak tidak terbentuk, sehingga terdapat risiko perfusi jaringan serebral yang tidak efektif. Pemantauan keadaan neurologis dan intervensi yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi.
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (00005):
Bayi dengan anencephaly memiliki risiko tinggi mengalami ketidakstabilan suhu tubuh, baik hipotermia maupun hipertermia, karena gangguan pada sistem saraf pusat yang mengatur suhu tubuh. Pemantauan suhu tubuh dan tindakan pengendalian suhu yang tepat menjadi penting.
Persona:
- Pakar: Dokter atau perawat spesialis yang memiliki keahlian dalam menangani kasus anencephaly.
- Nurse: Perawat yang bertugas merawat bayi dengan anencephaly di ruang perawatan intensif. -
Article No. 18895 | 22 Jun 2025
Klinis : MUAL,MUNTA, DEHIDRASI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi mual, muntah, dan dehidrasi, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (Kode: 00028)
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Mual (Kode: 00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
3. Intoleransi Aktivitas (Kode: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (Kode: 10024)
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Mual (Kode: 10079)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
3. Intoleransi Aktivitas (Kode: 10054)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan (Kode: 20018)
Definisi: Tercapainya keseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh.
2. Kontrol Mual (Kode: 20054)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
3. Toleransi Aktivitas (Kode: 20067)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan tanpa hambatan fisik dan/atau psikologis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (Kode: 30016)
Definisi: Upaya untuk mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa tubuh.
2. Manajemen Mual (Kode: 30080)
Definisi: Upaya untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada dorongan untuk muntah.
3. Manajemen Aktivitas (Kode: 30075)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Dengan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan kondisi mual, muntah, dan dehidrasi, diharapkan anda dapat memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif dalam menangani kondisi tersebut. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada yang perlu dijelaskan.