Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7723 | 03 Dec 2024
Klinis : batuk sesak suara nafas ronkhi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk sesak dengan suara nafas ronkhi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara secara adekuat yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen-karbon dioksida.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi Pola Nafas Tidak Efektif adalah pasien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif, bebas dari gejala sesak napas, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Nafas Tidak Efektif meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status pernapasan
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Pengaturan posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Fisioterapi dada untuk memobilisasi sekresi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen pernapasan
Sebagai seorang pakar perawatan kesehatan, saya memahami bahwa kondisi batuk sesak dengan suara nafas ronkhi dapat menimbulkan masalah pernapasan yang serius. Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif dan intervensi terkait diharapkan dapat membantu pasien mengatasi masalah tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 7724 | 03 Dec 2024
Klinis : batuk sesak suara nafas ronkhi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi batuk sesak dengan suara nafas ronkhi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Diagnosa ini didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas. Kondisi batuk sesak dengan suara nafas ronkhi menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas yang dapat menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran atau output berikut:
1. Jalan Napas Terbuka: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari obstruksi.
2. Pengeluaran Sekret: Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
3. Pola Napas: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang normal dan tidak sesak.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pemantauan Pernapasan
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan pasien.
- Identifikasi tanda-tanda sesak napas atau distress pernapasan.
- Pantau adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
2. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas, jika perlu.
- Berikan oksigen, jika diperlukan, untuk meningkatkan oksigenasi.
3. Terapi Batuk
- Ajarkan teknik batuk efektif kepada pasien untuk mengeluarkan sekret.
- Berikan obat-obatan yang dapat membantu mengeluarkan sekret, jika diindikasikan.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan penggunaan alat bantu pernapasan, jika diperlukan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengelolaan jalan napas, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu jalan napas yang terbuka, pengeluaran sekret yang efektif, dan pola napas yang normal. -
Article No. 7725 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bahu tidak simetris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan bahu tidak simetris.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Perubahan Struktur Muskuloskeletal
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, dan/ atau kontrol otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan dan/atau meningkatkan mobilitas fisik yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Aktivitas
- Terapi Latihan
- Perawatan Mobilisasi
- Perawatan Posisi
- Edukasi Mobilisasi
Dengan diagnosa keperawatan ini, perawat akan fokus pada upaya mempertahankan dan/atau meningkatkan mobilitas fisik pasien, khususnya pada area bahu yang tidak simetris. Intervensi keperawatan akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 7726 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,2°C (99°F) yang disebabkan oleh berbagai faktor.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada komplikasi akibat hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitoring suhu tubuh secara berkala
2. Manajemen pemberian cairan
3. Pemberian obat penurun demam (antipiretik) jika perlu
4. Pengaturan lingkungan untuk menurunkan suhu tubuh
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan hipertermia
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keluhan demam, sehingga diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia. Perawat perlu melakukan pengkajian, pemantauan, dan intervensi yang tepat untuk menangani kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 7727 | 03 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala berhubungan dengan Ketegangan Otot
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri kepala adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri kepala berkurang
2. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala
3. Pasien mampu menerapkan manajemen nyeri kepala secara mandiri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Edukasi Kesehatan
Sebagai seorang perawat, saya akan membantu pasien mengelola nyeri kepalanya melalui intervensi-intervensi tersebut. Saya akan melakukan penilaian yang komprehensif, memberikan edukasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala, serta mengajarkan teknik-teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot yang menjadi penyebab utama keluhan pusing pada pasien. -
Article No. 7728 | 03 Dec 2024
Klinis : CKR
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi CKR (Chronic Kidney Regulation) berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi CKR:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi CKR adalah "Ketidakefektifan Regulasi Cairan" (SDKI, 2017). Kondisi CKR menggambarkan adanya gangguan dalam mengatur dan mengendalikan cairan dalam tubuh. Pasien dengan CKR memiliki risiko mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, yang dapat berdampak pada keseimbangan elektrolit dan fungsi organ.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal, ditandai dengan:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak terjadi kelebihan atau kekurangan cairan
- Tidak ada tanda-tanda edema atau dehidrasi
2. Keseimbangan Elektrolit: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit yang optimal, ditandai dengan:
- Kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium) dalam batas normal
- Tidak terjadi gangguan elektrolit yang signifikan
3. Fungsi Ginjal: Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal, ditandai dengan:
- Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dalam batas normal
- Tidak terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan secara ketat
- Penyesuaian pemberian cairan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
2. Manajemen Elektrolit:
- Pemantauan kadar elektrolit secara berkala
- Pemberian suplemen elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan elektrolit
3. Manajemen Fungsi Ginjal:
- Pemantauan fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium (LFG, ureum, kreatinin)
- Pemberian obat-obatan yang dapat melindungi dan menjaga fungsi ginjal
- Edukasi pasien dan keluarga tentang upaya menjaga kesehatan ginjal
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada manajemen cairan, elektrolit, dan fungsi ginjal, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan fungsi ginjal yang optimal. Perawat berperan penting dalam memantau, mengevaluasi, dan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien dengan kondisi CKR. -
Article No. 7729 | 03 Dec 2024
Klinis : CIDERA KEPALA RINGAN
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi CIDERA KEPALA RINGAN:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "RISIKO CEDERA OTAK SEKUNDER". Kondisi ini mengacu pada adanya cedera kepala ringan yang berpotensi menyebabkan komplikasi atau cedera otak sekunder. Pasien dengan cedera kepala ringan memiliki risiko mengalami peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan intrakranial, atau komplikasi lainnya yang dapat menyebabkan cedera otak lebih lanjut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. PEMANTAUAN NEUROLOGI: Pasien menunjukkan pemantauan neurologi yang adekuat, dengan tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, serta fungsi motorik dan sensorik yang tetap baik.
2. MANAJEMEN NYERI: Pasien dapat mengontrol nyeri kepala dengan baik, menggunakan strategi manajemen nyeri yang efektif, dan melaporkan penurunan skor nyeri.
3. INTEGRITAS KULIT: Kulit pasien tetap utuh, tidak terdapat luka, lecet, atau kerusakan lainnya akibat cedera kepala.
4. MOBILITAS: Pasien dapat mempertahankan mobilitas yang adekuat, tidak mengalami keterbatasan pergerakan atau gangguan fungsi motorik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Neurologi:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara rutin.
- Pantau status mental, tingkat kesadaran, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti sakit kepala, mual, muntah, perubahan pupil).
- Lakukan pemeriksaan neurologis berkala, termasuk tes fungsi motorik dan sensorik.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan (CT scan, MRI).
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda komplikasi yang harus dilaporkan.
2. Manajemen Nyeri:
- Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif, menggunakan skala nyeri yang sesuai.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri kepala.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres es.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi dan menyesuaikan regimen analgesik jika diperlukan.
3. Perawatan Kulit:
- Lakukan perawatan kulit dan hygiene secara rutin untuk mencegah kerusakan kulit.
- Pertahankan integritas kulit dengan menggunakan alas tempat tidur yang lembut dan kering.
- Lakukan pemeriksaan kulit secara berkala untuk mendeteksi adanya lesi atau kerusakan.
- Berikan perawatan kulit yang sesuai jika ditemukan lesi atau kerusakan kulit.
4. Mobilitas:
- Lakukan penilaian fungsi motorik dan kemampuan mobilitas pasien.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas.
- Kolaborasi dengan tim terapi fisik atau okupasi untuk intervensi rehabilitasi yang lebih komprehensif.
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan mobilitas dan strategi yang dapat dilakukan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemantauan neurologis, manajemen nyeri, perawatan kulit, dan mobilitas, diharapkan pasien dengan cedera kepala ringan dapat mencapai luaran yang optimal, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisinya secara efektif. -
Article No. 7730 | 03 Dec 2024
Klinis : Pasien datang post KLL dengan keluhan nyeri pada kepala post tertabrak sepeda motor pasien tidak ingat saat kejadian tidak mual muntah, pusing terdapat luka robek pada pelipis sebelah kanan sebesar 3 cm x 2 cm dan pipi sebelah kanan 3 x 3 cm pasien juga mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan tidak bisa digerakkan dan nyeri tekan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah analisis dan rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (luka robek) pada kepala dan bahu kanan, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri pada kepala dan bahu kanan yang tidak bisa digerakkan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera pada bahu kanan, ditandai dengan tidak dapat menggerakkan bahu kanan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka pada pelipis dan pipi kanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan rasa nyeri
- Pasien dapat beraktivitas tanpa menimbulkan nyeri
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Mobilitas Fisik
- Pasien dapat menggerakkan bahu kanan secara mandiri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
3. Risiko Infeksi
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka
- Luka mengalami penyembuhan yang adekuat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor pencetus)
- Berikan analgetik sesuai dengan instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk mengevaluasi efektivitas penanganan nyeri
2. Mobilitas Fisik
- Kaji kemampuan pergerakan bahu kanan pasien
- Berikan posisi yang nyaman dan aman untuk bahu kanan
- Latih pergerakan bahu kanan secara bertahap dengan bimbingan fisioterapis
- Ajarkan pasien untuk melakukan latihan mandiri
- Evaluasi peningkatan kemampuan aktivitas pasien secara berkala
3. Risiko Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik
- Pantau tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, erythema, edema, dan eksudasi)
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar
- Evaluasi kemajuan penyembuhan luka secara berkala
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI disusun berdasarkan data yang dikumpulkan dari pasien, yaitu keluhan nyeri pada kepala, bahu kanan yang tidak dapat digerakkan, serta adanya luka robek pada pelipis dan pipi kanan. Diagnosa keperawatan ini menjadi dasar dalam menetapkan luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan disusun berdasarkan kriteria hasil SLKI. Untuk nyeri akut, diharapkan pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri, dapat beraktivitas tanpa menimbulkan nyeri, serta memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal. Untuk gangguan mobilitas fisik, diharapkan pasien dapat menggerakkan bahu kanan secara mandiri dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan. Untuk risiko infeksi, diharapkan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan luka mengalami penyembuhan yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) disusun untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Untuk nyeri akut, intervensi yang dilakukan meliputi pengkajian nyeri komprehensif, pemberian analgetik, teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, serta kolaborasi dengan tim medis. Untuk gangguan mobilitas fisik, intervensi yang dilakukan meliputi pengkajian kemampuan pergerakan bahu, pemberian posisi yang nyaman, latihan pergerakan bahu secara bertahap dengan bimbingan fisioterapis, serta edukasi latihan mandiri. Untuk risiko infeksi, intervensi yang dilakukan meliputi perawatan luka secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik, serta edukasi perawatan luka yang benar. -
Article No. 7731 | 03 Dec 2024
Klinis : Pasien datang post KLL dengan keluhan nyeri pada kepala post tertabrak sepeda motor pasien tidak ingat saat kejadian tidak mual muntah, pusing terdapat luka robek pada pelipis sebelah kanan sebesar 3 cm x 2 cm dan pipi sebelah kanan 3 x 3 cm pasien juga mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan tidak bisa digerakkan dan nyeri tekan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi post Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dengan keluhan nyeri pada kepala, luka robek pada pelipis kanan dan pipi kanan, serta nyeri pada bahu kanan yang tidak bisa digerakkan. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah penjelasannya:
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Penyebab: Cedera fisik, seperti kecelakaan lalu lintas.
- Gejala: Pasien mengeluh nyeri pada kepala, bahu kanan, dan adanya luka robek pada pelipis kanan dan pipi kanan.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan fisik yang terkoordinasi dan terarah dari satu area ke area lain dalam lingkungan.
- Penyebab: Cedera fisik, seperti kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan nyeri pada bahu kanan sehingga tidak dapat digerakkan.
3. Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan luka robek pada pelipis kanan dan pipi kanan.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian yang dilakukan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman bagi praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7732 | 03 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan deskripsi kasus pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronchoscopy dengan biopsy
Pada kasus ini, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru, yang termasuk dalam kode ICD-10 A15.0. Kode ini digunakan untuk tuberculosis paru yang terkonfirmasi secara bakteriologis atau histologis. Pemeriksaan radiologis (rontgen) menunjukkan adanya lesi di paru, yang dapat menjadi indikasi untuk dilakukan bronkoskopi dengan biopsi, yang memiliki kode ICD-9-CM 33.24.
Tindakan bronkoskopi dengan biopsi dapat dilakukan untuk memperoleh sampel jaringan atau sekret saluran pernapasan untuk membantu penegakan diagnosis tuberkulosis paru. Selain itu, prosedur ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi lesi atau kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaan radiologis.