Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9669 | 23 Dec 2024
Klinis : demam dan sakit tenggorokan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi demam dan sakit tenggorokan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.09
- Deskripsi: Pemberian terapi farmakologis lainnya (untuk pengobatan demam)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R50.9 digunakan untuk mendeskripsikan kondisi demam yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini mencakup semua jenis demam, termasuk demam yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau penyebab lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 99.09 digunakan untuk mencatat pemberian terapi farmakologis lainnya, seperti pemberian obat-obatan untuk menurunkan demam. Kode ini dapat digunakan dalam kasus pasien yang menerima pengobatan farmakologis untuk mengatasi gejala demam.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kasus demam dan sakit tenggorokan, diagnosis yang lebih spesifik mungkin diperlukan, seperti tonsilitis atau pharyngitis, yang memiliki kode ICD-10 yang berbeda. Penentuan kode yang tepat akan bergantung pada evaluasi klinis dan temuan diagnostik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. -
Article No. 9670 | 23 Dec 2024
Klinis : demam dan sakit tenggorokan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam dan sakit tenggorokan, dengan nada yang akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan mekanisme pertahanan tubuh sekunder akibat demam dan sakit tenggorokan.
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan mekanisme pertahanan tubuh, paparan terhadap agen infeksius.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari infeksi selama masa perawatan.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada demam, tidak ada keluhan sakit tenggorokan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat sesuai resep, edukasi tentang pencegahan infeksi, perawatan higienis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Sebagai pakar/perawat, saya menekankan pentingnya pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat sesuai resep, dan edukasi pasien tentang pencegahan infeksi untuk mengelola risiko infeksi yang mungkin terjadi akibat penurunan mekanisme pertahanan tubuh sekunder akibat demam dan sakit tenggorokan. -
Article No. 9671 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Keluarga Ny. D mengatakan sebelumnya menderita tekanan darah tinggi, pada saat dirawat di RS PKU Wonosobo dan dapat terapi obat Amlodipine. Ny. D minum obat hanya kalau pusing dan sakit kepala saja, setelah itu tidak rutin lagi minum. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Cholesterol 196,9 mg/dl, LDL 157,6 mg/dl. Pemeriksaan Thorax : Corakan Bronkovaskuler kasar. COR dalam batas normal. Pemeriksaan MRI tanda early infark dengan laminar necrosis di kedua lobus frontalis perimediana dan lobus temporalis sinistra sugestif adanya stenosis di ACM sinistra M2 dan A1 bilateral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi Ny. D.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan sumbatan pembuluh darah otak (stroke)
- Ditandai dengan penurunan kesadaran, kelumpuhan, afasia, dan sesak napas saat pasien dimiringkan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi jalan napas yang berlebihan
- Ditandai dengan suara napas stridor.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masalah menelan
- Ditandai dengan kesulitan minum dan riwayat kesulitan menelan.
4. Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas
- Ditandai dengan riwayat BAB setiap 2 hari.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan serebral membaik
- Indikator: Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran, fungsi motorik, dan kemampuan berbicara.
2. Bersihan jalan napas efektif
- Indikator: Pasien menunjukkan suara napas yang bersih dan frekuensi napas dalam batas normal.
3. Status nutrisi terpenuhi
- Indikator: Pasien mampu menelan dan mengonsumsi makanan dan cairan yang cukup.
4. Tidak terjadi konstipasi
- Indikator: Pasien dapat BAB secara teratur.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan perfusi jaringan serebral:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala neurologis
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Pemberian obat-obatan sesuai resep
- Aktivitas dan istirahat sesuai toleransi
- Perawatan dan pemantauan NGT
2. Intervensi untuk Ketidakefektifan bersihan jalan napas:
- Pemantauan status pernapasan
- Suction sekresi jalan napas jika perlu
- Pemberian bronkodilator/mukolitik sesuai indikasi
- Latihan batuk efektif
3. Intervensi untuk Ketidakseimbangan nutrisi:
- Pemberian nutrisi enteral/parenteral jika perlu
- Pemantauan asupan dan status nutrisi
- Edukasi diet dan teknik menelan yang aman
4. Intervensi untuk Risiko konstipasi:
- Pemantauan pola eliminasi
- Pemberian laksatif/enema sesuai indikasi
- Aktivitas dan mobilisasi sesuai toleransi
- Edukasi diet tinggi serat dan hidrasi yang cukup
Penjelasan yang lebih rinci dapat diberikan jika dibutuhkan. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 9672 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien Ny. D.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekresi jalan napas yang berlebih dan kelumpuhan saraf pernapasan yang ditandai dengan suara napas stridor, kesulitan menelan, dan sesak napas saat pasien dimiringkan.
2. Risiko Aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan yang ditandai dengan pasien mendapatkan diet bubur blender dan masih kesulitan minum.
3. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelumpuhan sebelah kanan yang ditandai dengan ketergantungan total dalam beraktivitas.
4. Konstipasi berhubungan dengan aktivitas fisik yang terbatas yang ditandai dengan BAB hanya 2 hari sekali.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Pasien dapat bernafas dengan mudah, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
2. Tidak Terjadi Aspirasi
- Indikator: Pasien mampu menelan makanan dan cairan dengan aman, tidak ada tanda-tanda aspirasi (batuk, tersedak, napas cuping hidung).
3. Mobilitas Fisik Membaik
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal atau mandiri.
4. Pola Eliminasi Usus Membaik
- Indikator: Pasien dapat BAB secara teratur, tidak ada keluhan konstipasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Posisikan pasien semi fowler untuk memudahkan pernapasan
- Lakukan suction oral dan/atau NGT jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologi (bronkodilator, mukolitik, dll)
2. Tidak Terjadi Aspirasi:
- Berikan makan dan minum melalui NGT dengan menggunakan teknik yang tepat
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik makan dan minum yang aman
- Posisikan pasien semi-fowler saat makan dan minum
- Monitor tanda-tanda aspirasi (batuk, tersedak, napas cuping hidung)
3. Mobilitas Fisik Membaik:
- Lakukan terapi fisik dan latihan ROM secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik transfer dan ambulasi yang aman
- Motivasi pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam latihan
- Kolaborasi dengan tim terapi fisik untuk rencana latihan yang sesuai
4. Pola Eliminasi Usus Membaik:
- Anjurkan pasien untuk minum air yang cukup
- Berikan makanan tinggi serat
- Berikan laksatif sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik toilet training yang benar
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disediakan. Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien Ny. D secara holistik. -
Article No. 9673 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien Ny. D yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang ditandai dengan suara napas stridor.
2. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan kelemahan/kelumpuhan sebelah kanan.
3. Ketidakefektifan menelan berhubungan dengan gangguan neurologi yang ditandai dengan kesulitan menelan makanan dan cairan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan/kelumpuhan sebelah kanan.
5. Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada suara napas abnormal
2. Mobilitas fisik membaik
- Dapat melakukan pergerakan sendi secara mandiri
- Dapat berpindah posisi di tempat tidur secara mandiri
- Dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi secara mandiri
3. Mampu menelan
- Dapat menelan cairan dan makanan tanpa tersedak
- Tidak ada tanda-tanda aspirasi
4. Dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
- Dapat makan, minum, mandi, dan berpakaian secara mandiri
- Dapat mengontrol eliminasi secara mandiri
5. Eliminasi efektif
- Frekuensi buang air besar 1-2 kali per hari
- Konsistensi feses normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Penanganan jalan napas:
- Posisikan pasien setengah duduk untuk memudahkan pernapasan
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara napas abnormal
- Kolaborasi pemberian oksigen dan bronkodilator, jika perlu
- Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
2. Peningkatan mobilitas:
- Anjurkan pasien melakukan latihan range of motion (ROM) pasif dan aktif
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik transfer dan ambulasi
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
3. Manajemen disfagia:
- Pertahankan posisi kepala terangkat saat menelan
- Berikan makanan dan cairan sesuai kemampuan menelan
- Anjurkan pasien mengunyah dan menelan dengan hati-hati
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang sesuai
4. Perawatan diri:
- Bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik perawatan diri yang dapat dilakukan secara mandiri
- Dorong dan motivasi pasien untuk melakukan perawatan diri secara bertahap
5. Manajemen konstipasi:
- Kaji pola eliminasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
- Anjurkan peningkatan asupan cairan dan serat
- Berikan laksatif/supositoria, jika perlu, sesuai kolaborasi
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 9674 | 23 Dec 2024
Klinis : Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Menelan (Disfagia) berhubungan dengan kelumpuhan sebelah kanan sebagai dampak dari Cerebrovascular Accident (CVA).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan kelumpuhan otot-otot pernapasan akibat CVA.
3. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan hemiparesis/kelumpuhan sebelah kanan sebagai dampak dari CVA.
4. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas.
5. Defisit Perawatan Diri: Makan berhubungan dengan kelemahan fisik akibat CVA.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Menelan (Disfagia):
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman.
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat disfagia (aspirasi, malnutrisi, dehidrasi).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas sekret.
- Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan (pneumonia, atelektasis).
3. Hambatan Mobilitas Fisik:
- Pasien dapat melakukan pergerakan secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi terkait immobilitas (dekubitus, kontraktur, trombosis vena).
4. Resiko Konstipasi:
- Pasien dapat buang air besar secara teratur tanpa kesulitan.
- Pasien tidak mengalami komplikasi terkait konstipasi (impaksi feses, obstruksi usus).
5. Defisit Perawatan Diri: Makan:
- Pasien dapat makan dan minum secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi terkait malnutrisi atau dehidrasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Menelan (Disfagia):
- Berikan nutrisi oral sesuai kemampuan pasien (diet bubur blender).
- Lakukan latihan menelan dengan bantuan terapi gizi/okupasi.
- Pantau tanda-tanda aspirasi (batuk, suara napas berat, demam).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Lakukan suction sekret bila perlu.
- Berikan posisi semi-fowler saat makan dan minum.
- Lakukan latihan batuk efektif dan pengembangan dada.
3. Hambatan Mobilitas Fisik:
- Lakukan mobilisasi dini sesuai kemampuan pasien.
- Berikan terapi fisik/okupasi untuk meningkatkan kekuatan dan rentang gerak.
- Cegah komplikasi terkait imobilitas (dekubitus, kontraktur).
4. Resiko Konstipasi:
- Tingkatkan asupan cairan dan serat.
- Berikan laksatif/suplemen serat sesuai indikasi.
- Lakukan stimulasi rektal atau enema bila perlu.
5. Defisit Perawatan Diri: Makan:
- Bantu pasien makan dan minum sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik makan yang aman dan efektif.
- Kolaborasi dengan terapi okupasi untuk meningkatkan kemandirian makan.
Perawat harus memantau kondisi pasien secara komprehensif dan melakukan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Komunikasi yang efektif dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 9675 | 23 Dec 2024
Klinis : Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ny. D adalah:
1. Gangguan Menelan (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan dengan aman dan efektif.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan neurologis seperti stroke.
- Karakteristik mayor: Ketidakmampuan menelan, kesulitan menelan, diskoordinasi saat menelan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan neuromuskular.
- Karakteristik mayor: Napas dangkal, sesak napas saat posisi tertentu.
3. Konstipasi (SDKI)
- Definisi: Berkurangnya frekuensi dan/atau pengeluaran feses yang menyebabkan ketidaknyamanan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya aktivitas, intake cairan tidak adekuat.
- Karakteristik mayor: Penurunan frekuensi BAB, kesulitan saat BAB.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar luaran/hasil keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Ketiga standar ini digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 9676 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik Mayor: Melaporkan nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan kesakitan, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan perilaku.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Prosedur invasif, Kerusakan jaringan (perforasi apendik).
3. Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Gangguan volume dan/atau komposisi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Karakteristik Mayor: Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium, Perubahan status mental.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Tingkat nyeri menurun
- Tanda-tanda vital stabil
- Pasien melaporkan dapat mengatasi nyeri
2. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi
- Tidak ditemukan peningkatan jumlah leukosit
- Luka operasi bersih dan tidak ada tanda infeksi
3. Keseimbangan Cairan:
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak terjadi penurunan/peningkatan status mental
- Hasil pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Distraksi
- Relaksasi
2. Risiko Infeksi:
- Pemantauan Tanda dan Gejala Infeksi
- Perawatan Luka Operasi
- Pemberian Antibiotik
- Edukasi Pasien dan Keluarga tentang Pencegahan Infeksi
3. Keseimbangan Cairan:
- Pemantauan Intake dan Output
- Pemberian Cairan Intravena
- Manajemen Cairan
- Pemberian Obat untuk Mendukung Stabilitas Hemodinamik
Selain itu, intervensi keperawatan lain yang perlu dilakukan adalah:
- Observasi tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian Oksigen
- Mobilisasi Dini
- Pemberian Nutrisi dan Dukungan Psikologis
Penjelasan di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan dalam menangani kondisi pasien dengan apendisitis akut kompleks. -
Article No. 9677 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan perforasi apendiks.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah dan penurunan asupan oral.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dan penurunan asupan makanan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tindakan pembedahan dan pemasangan drain.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit: Keadaan berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh.
3. Defisit Nutrisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Tingkat kenyamanan yang dirasakan saat beraktivitas atau dalam keadaan istirahat.
2. Keseimbangan Cairan: Keadaan di mana jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berada dalam keadaan seimbang.
3. Status Gizi: Keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan penggunaan nutrisi oleh tubuh.
4. Bebas Infeksi: Keadaan di mana tidak ada tanda-tanda infeksi, baik secara lokal maupun sistemik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengontrol nyeri yang dirasakan pasien.
2. Pemantauan Cairan: Tindakan untuk mengenali dan mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pemberian Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang.
4. Pencegahan Infeksi: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya infeksi. -
Article No. 9678 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana keperawatan yang dapat diterapkan sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan perforasi apendiks.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tindakan pembedahan dan penyakit akut.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Risiko infeksi:
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metabolik.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metabolik.
Rencana Keperawatan:
1. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital dan respons nyeri pasien.
2. Risiko infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Berikan antibiotik sesuai dengan resep dokter.
- Kaji dan rawat luka operasi dengan teknik aseptik.
- Dorong pasien untuk meningkatkan kebersihan diri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien.
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi.
Dengan penerapan rencana keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesehatan pasien dan mendukung proses pemulihan.