Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7925 | 04 Dec 2024
Klinis : KASUS A 4 Identitas Pasien Nama : Tn C Umur : 38 Tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Sopir Status perkawinan : Kawin Diagnosa masuk : batu pielum ginjal kiri b. Keluhan Utama saat masuk RS dan saat pengkajian Nyeri pinggang kiri hilang timbul. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri, menjalar ke depan sampai ke ujung kemaluan. Intentsitas 6 Nyeri sejak satu minggu yang lalu.. c. Alasan Masuk Rumah Sakit & Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 1 minggu yang lalu, klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui. Akhirnya pasien berobat ke mantri, setelah di kasih obat (nama tidak tahu) keluhan berkurang tetapi kadang muncul lagi. 1 hari yang lalu, klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya oleh keluarga di bawah ke RS. Setelah dilakukan pemeriksaan, klien dinyatakan menderita kencing batu. d. Riwayat Penyakit Dahulu klien mengatakan tidak mempunyai penyakit hipertensi, jantung tidak diketahui, hepatitis tidak pernah. e. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien, TB, DM, Hipertensi f. Data pengkajian • Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari, makan pagi hanya singkong/ ubi dan minum kopi, makan siang dan malam menu lengkap seperti nasi, lauk pauk dan sayur. Gemar makan sayur, terutama sayur hijau. Tidak ada diet khusus. Kurang terbiasa minum air putih, lebih senang minum kopi atau teh pahit. • Pasien mengatakan nyeri pinggang seperti ditusuk-tusuk sejak 1 minggu yang lalu dengan intensitas 8/10, rasanya ingin teriak saat nyeri terjadi, keringat dingin keluar, lemas dan gemetar. Saat pengkajian nyeri masih ada, intensitas sudah lebih berkurang karena diberi obat. • Pasien mengatakan bekerja sebagai supir bis antar provinsi atau antar kota, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah duduk. Tidak pernah berolahraga. Setelah pulang kerja hanya duduk untuk menonton TV. Merokok sejak 23 tahun yang lalu, 1⁄2 bungkus/ minggu dan masih dilakukan sampai dengan saat ini. • Rasa lelah karena menahan nyeri yang hilang timbul sejak satu minggu yang lalu, saat ini masih rasa Lelah, tetapi lebih berkurang • Pasien mengeluh mual sejak 5 hari yang lalu, mual terjadi saat nyeri timbul, Makan hanya habis 1⁄4 porsi setiap kali makan. • Belum tahu tentang diagnose penyakitnya • Sering terbangun karena nyeri dan tidak nyaman dengan suasana kamar rawat, rasa mengantuk pada siang hari • Pasien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum kopi dalam satu hari bisa 3-4 gelas. Pasien mempunyai kebiasaan menahan buang air kecil, karena bekerja sebagai supir bis antar provinsi • Buang air kecil berwarna merah keruh sejak satu minggu yang lalu. • Tidur cenderung pada siang hari setelah pulang kerja, karena malam hari bekerja sebagai supir. Tidur 5-6 jam, bisa tidur di semua tempat dengan segala situasi. Sejak 1 minggu yang lalu tidak dapat berkerja karena nyeri, dan tidak dapat tidur karena nyeri yang sering timbul. Rasa mengantuk dan kurang tidur. • Buang air besar tidak teratur terkadang 2 hari sekali, terkadang setiap hari. Sejak satu minggu yang lalu belum buang air besar. j. Pemeriksaan fisik 5. Status kesehatan umum Keadaan penyakit sedang, kesadaran composmentis, suara bicara jelas, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu tubuh 38 C, pernapasan 23 x/menit, nadi 90x/menit (regular), GCS 4 5 6. 6. Thoraks Paru Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi. 7. Jantung Batas jantung kiri ICS 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik . 8. Abdomen Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites ( - ),. Hasil tes diagnostik BNO : bayangan nephrolitiasis di pvl 1-2 kiri, ukuran 10 x 6 cm, 7 x 8 mm, 7 x 6 mm. IVP : Hidroneprosis grade 1 pada ginjal kiri III. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Ureum : 133 Elektrolit : Kreatinin : 2,1 K : 4,2 Asam Urat : 1,6 Cl : 102 SGOT : 10 Na : 137 SGPT : 11 GDS : 120 eGFR : 101 Darah Rutin : Hb : 10,9 Ht : 21 Leukosit : 8900 Trombosit : 287.000 MCV : 86 MCH : 29 MCHC : 34 Urinalisa : Berat Jenis : 1,020 Sedimen pH : 5,0 Sel Epitel : + Protein : - Leukosit : 2-3 Glukosa : - Eritrosit : 50 – 60 Keton : - Silinder : - Darah/Hb : ++ Kristal : ++ Bilirubin : - Bakteri : + Urobilirubinogen : 0,5 IV.Pengobatan - IVFD NaCl 0,9 % + Tramadol drip 8 jam - Pantazol 1 x 40 mg - Vometa 3 x 1 tab - Urotractin 3 X 500 mg (oral)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu pielum ginjal kiri.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat nyeri.
3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin.
4. Gangguan tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur diagnostik.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien melakukan manajemen nyeri yang efektif.
2. Toleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
3. Eliminasi Urin:
- Pasien dapat berkemih secara normal.
- Pasien melaporkan tidak ada rasa sakit saat berkemih.
- Hasil pemeriksaan urin dalam batas normal.
4. Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 5-6 jam dalam sehari.
- Pasien melaporkan tidak terbangun karena nyeri atau ketidaknyamanan.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda istirahat yang cukup.
5. Risiko Infeksi:
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat prosedur diagnostik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji intensitas, kualitas, lokasi, dan karakteristik nyeri.
- Berikan obat analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan distraksi.
- Monitor tanda-tanda vital.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Berikan dukungan dan instruksi untuk beraktivitas secara bertahap.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan.
- Pantau tanda-tanda kelelahan selama aktivitas.
3. Manajemen Eliminasi Urin:
- Kaji pola eliminasi urin dan keluhan terkait.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat memperlancar aliran urin.
- Anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup.
- Monitor output dan karakteristik urin.
4. Peningkatan Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
5. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Lakukan perawatan luka dan prosedur aseptik.
- Berikan antibiotik sesuai instruksi medis.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perencanaan dan pelaksanaan intervensi. -
Article No. 7926 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan buang air kecil berwarna merah keruh sejak satu minggu yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda menjelaskan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu buang air kecil berwarna merah keruh sejak satu minggu yang lalu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Inkontinensia urine" (SDKI 2017). Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urine secara sukarela. Pasien menunjukkan tanda-tanda adanya gangguan pada saluran kemih, yang dapat disebabkan oleh infeksi, batu ginjal, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Kesehatan Urinari: Pasien dapat mempertahankan pola berkemih yang normal.
2. Kontrol Inkontinensia: Pasien dapat mengendalikan pengeluaran urine secara sukarela.
3. Bebas dari Infeksi: Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi saluran kemih, seperti urine berwarna merah keruh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen Inkontinensia
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko inkontinensia urine pada pasien.
- Bantu pasien melakukan latihan Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul.
- Ajarkan pasien teknik berkemih yang benar untuk mencegah pembentukan sisa urine.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan pengobatan yang sesuai.
2. Perawatan Saluran Kemih
- Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih, seperti urine berwarna merah keruh.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan cairan dan mengonsumsi makanan yang kaya serat.
- Ajarkan pasien cara menjaga kebersihan area genitalia untuk mencegah infeksi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemeriksaan dan pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan saluran kemih.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengenali tanda-tanda komplikasi dan kapan harus segera meminta bantuan tenaga kesehatan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pemantauan kesehatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu pemeliharaan pola berkemih yang normal, pengendalian inkontinensia, dan bebas dari infeksi saluran kemih. -
Article No. 7927 | 04 Dec 2024
Klinis : Identitas Pasien Nama : Tn C Umur : 38 Tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Sopir Status perkawinan : Kawin Diagnosa masuk : batu pielum ginjal kiri b. Keluhan Utama saat masuk RS dan saat pengkajian Nyeri pinggang kiri hilang timbul. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri, menjalar ke depan sampai ke ujung kemaluan. Intentsitas 6 Nyeri sejak satu minggu yang lalu.. c. Alasan Masuk Rumah Sakit & Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 1 minggu yang lalu, klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui. Akhirnya pasien berobat ke mantri, setelah di kasih obat (nama tidak tahu) keluhan berkurang tetapi kadang muncul lagi. 1 hari yang lalu, klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya oleh keluarga di bawah ke RS. Setelah dilakukan pemeriksaan, klien dinyatakan menderita kencing batu. d. Riwayat Penyakit Dahulu klien mengatakan tidak mempunyai penyakit hipertensi, jantung tidak diketahui, hepatitis tidak pernah. e. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien, TB, DM, Hipertensi f. Data pengkajian • Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari, makan pagi hanya singkong/ ubi dan minum kopi, makan siang dan malam menu lengkap seperti nasi, lauk pauk dan sayur. Gemar makan sayur, terutama sayur hijau. Tidak ada diet khusus. Kurang terbiasa minum air putih, lebih senang minum kopi atau teh pahit. • Pasien mengatakan nyeri pinggang seperti ditusuk-tusuk sejak 1 minggu yang lalu dengan intensitas 8/10, rasanya ingin teriak saat nyeri terjadi, keringat dingin keluar, lemas dan gemetar. Saat pengkajian nyeri masih ada, intensitas sudah lebih berkurang karena diberi obat. • Pasien mengatakan bekerja sebagai supir bis antar provinsi atau antar kota, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah duduk. Tidak pernah berolahraga. Setelah pulang kerja hanya duduk untuk menonton TV. Merokok sejak 23 tahun yang lalu, 1⁄2 bungkus/ minggu dan masih dilakukan sampai dengan saat ini. • Rasa lelah karena menahan nyeri yang hilang timbul sejak satu minggu yang lalu, saat ini masih rasa Lelah, tetapi lebih berkurang • Pasien mengeluh mual sejak 5 hari yang lalu, mual terjadi saat nyeri timbul, Makan hanya habis 1⁄4 porsi setiap kali makan. • Belum tahu tentang diagnose penyakitnya • Sering terbangun karena nyeri dan tidak nyaman dengan suasana kamar rawat, rasa mengantuk pada siang hari • Pasien mengatakan jarang minum air putih, gemar minum kopi dalam satu hari bisa 3-4 gelas. Pasien mempunyai kebiasaan menahan buang air kecil, karena bekerja sebagai supir bis antar provinsi • Buang air kecil berwarna merah keruh sejak satu minggu yang lalu. • Tidur cenderung pada siang hari setelah pulang kerja, karena malam hari bekerja sebagai supir. Tidur 5-6 jam, bisa tidur di semua tempat dengan segala situasi. Sejak 1 minggu yang lalu tidak dapat berkerja karena nyeri, dan tidak dapat tidur karena nyeri yang sering timbul. Rasa mengantuk dan kurang tidur. • Buang air besar tidak teratur terkadang 2 hari sekali, terkadang setiap hari. Sejak satu minggu yang lalu belum buang air besar. j. Pemeriksaan fisik 5. Status kesehatan umum Keadaan penyakit sedang, kesadaran composmentis, suara bicara jelas, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu tubuh 38 C, pernapasan 23 x/menit, nadi 90x/menit (regular), GCS 4 5 6. 6. Thoraks Paru Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi. 7. Jantung Batas jantung kiri ICS 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik . 8. Abdomen Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites ( - ),. Hasil tes diagnostik BNO : bayangan nephrolitiasis di pvl 1-2 kiri, ukuran 10 x 6 cm, 7 x 8 mm, 7 x 6 mm. IVP : Hidroneprosis grade 1 pada ginjal kiri III. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Ureum : 133 Elektrolit : Kreatinin : 2,1 K : 4,2 Asam Urat : 1,6 Cl : 102 SGOT : 10 Na : 137 SGPT : 11 GDS : 120 eGFR : 101 Darah Rutin : Hb : 10,9 Ht : 21 Leukosit : 8900 Trombosit : 287.000 MCV : 86 MCH : 29 MCHC : 34 Urinalisa : Berat Jenis : 1,020 Sedimen pH : 5,0 Sel Epitel : + Protein : - Leukosit : 2-3 Glukosa : - Eritrosit : 50 – 60 Keton : - Silinder : - Darah/Hb : ++ Kristal : ++ Bilirubin : - Bakteri : + Urobilirubinogen : 0,5 IV.Pengobatan - IVFD NaCl 0,9 % + Tramadol drip 8 jam - Pantazol 1 x 40 mg - Vometa 3 x 1 tab - Urotractin 3 X 500 mg (oral)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. C, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu pielum ginjal kiri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan letargi dan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat nyeri
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Batu Pielum Ginjal Kiri
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu (nyeri pinggang kiri menjalar ke depan sampai ke kemaluan dengan intensitas 6/10).
SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, relaksasi, dan edukasi tentang manajemen nyeri.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mengelola nyeri yang dialami pasien, seperti mengkaji karakteristik nyeri, memberikan tindakan farmakologi dan non-farmakologi, serta mengevaluasi efektivitas intervensi.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Letargi dan Kelemahan
SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan dalam lingkungan tertentu (pasien bekerja sebagai supir dan tidak pernah berolahraga, sehingga mudah merasa lelah).
SLKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, pemberian energi dan perawatan diri.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya, seperti mengkaji tingkat aktivitas, memberikan bantuan, serta mengoptimalkan lingkungan untuk mendukung aktivitas.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Rasa Tidak Nyaman Akibat Nyeri
SDKI: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu atau mengurangi fungsi normal seseorang (pasien sering terbangun karena nyeri dan tidak nyaman dengan lingkungan kamar rawat).
SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat, seperti pemberian obat tidur, manajemen nyeri, dan modifikasi lingkungan.
SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu pasien mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas, seperti mengkaji pola tidur, mengelola faktor-faktor yang mengganggu tidur, dan mengevaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 7928 | 04 Dec 2024
Klinis : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya disebabkan oleh gangguan mekanisme termoregulasi atau peningkatan produksi panas. Kondisi ini dapat terjadi akibat proses penyakit seperti infeksi, radang, atau gangguan metabolisme.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia meliputi pemulihan suhu tubuh dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat beradaptasi dengan perubahan suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi hipertermia berhubungan dengan proses penyakit mencakup pengukuran suhu tubuh, manajemen suhu tubuh melalui metode fisik dan farmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, identifikasi penyebab hipertermia, dan edukasi pasien serta keluarga.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merancang intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7929 | 04 Dec 2024
Klinis : apa masalag keperawatan pada pasien yang memakai selang drain pasca op laparotomy
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang menggunakan selang drain pasca operasi laparotomi. Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan menjawab dengan nada akademis dan persona sebagai pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi
- Definisi: Keadaan rentan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Adanya selang drain yang menembus kulit dan terpapar lingkungan sekitar.
- Gejala: Tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di area selang drain.
2. Gangguan integritas kulit
- Definisi: Kerusakan pada kulit dan membran mukosa.
- Penyebab: Adanya luka insisi dan selang drain yang menembus kulit.
- Gejala: Kulit di area selang drain terlihat pucat, kering, atau terdapat luka.
3. Gangguan mobilitas fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurovaskular, atau faktor lain.
- Penyebab: Nyeri dan keterbatasan pergerakan akibat luka operasi.
- Gejala: Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai hasil yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dapat dirumuskan berdasarkan standar-standar tersebut untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien dengan selang drain pasca operasi laparotomi. -
Article No. 7930 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Tanda dan gejala yang sesuai dengan kasus ini adalah batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Tanda dan gejala yang sesuai dengan kasus ini adalah batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
- Tanda dan gejala yang sesuai dengan kasus ini adalah kehilangan nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Kriteria hasil:
- Batuk produktif dengan sputum berwarna putih atau kuning
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas bronkial di paru kanan atas
- Rontgen paru menunjukkan perbaikan lesi
2. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
- Kriteria hasil:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Nafsu makan meningkat
- Kadar albumin dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Monitoring tanda-tanda vital dan status pernapasan
- Auskultasi suara napas
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
- Edukasi pasien untuk batuk efektif dan melakukan latihan pernapasan
2. Peningkatan Nutrisi
- Asesmen status nutrisi
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
- Monitoring berat badan dan asupan makan pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif dan masalah nutrisi, diharapkan pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan status nutrisi yang membaik. -
Article No. 7931 | 04 Dec 2024
Klinis : Demam hari ke 6 acral dingin keringay dingin petechi di lengan dan kaki baak lancar trombosit 20.000hb 16grdl ht 50% lekosit 12000
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu demam hari ke-6, acral dingin, keringat dingin, petechi di lengan dan kaki, serta trombositopenia (trombosit 20.000), anemia (Hb 16 g/dL, Ht 50%), dan leukositosis (12.000), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, ditandai dengan petechi di lengan dan kaki.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan berhubungan dengan demam, acral dingin, dan keringat dingin.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan demam hari ke-6.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Klien tidak mengalami perdarahan selama perawatan.
- Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Klien dapat mempertahankan nilai trombosit dalam batas normal.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan:
- Suhu tubuh klien kembali normal.
- Klien menunjukkan peningkatan perfusi perifer yang adekuat.
- Klien dapat mempertahankan tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Risiko Infeksi:
- Klien tidak mengalami tanda-tanda infeksi selama perawatan.
- Klien menunjukkan penurunan tanda-tanda peradangan.
- Klien dapat mempertahankan jumlah leukosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Monitor tanda-tanda vital dan perdarahan secara rutin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian trombosit dan terapi lainnya sesuai indikasi.
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lanjutan terkait trombositopenia.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan:
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan dan terapi lainnya sesuai indikasi.
- Berikan tindakan kenyamanan, seperti kompres hangat, untuk meningkatkan perfusi perifer.
3. Risiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Berikan perawatan luka dan personal hygiene yang adekuat.
- Edukasikan klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lanjutan terkait jumlah leukosit.
Dalam mengelola kasus ini, perawat perlu bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk memastikan pemberian terapi yang tepat dan pemantauan yang komprehensif. Selain itu, edukasi kepada klien dan keluarga juga merupakan hal penting untuk memastikan keberhasilan asuhan keperawatan. -
Article No. 7932 | 04 Dec 2024
Klinis : Demam hari ke 6 acral dingin keringay dingin petechi di lengan dan kaki baak lancar trombosit 20.000hb 16grdl ht 50% lekosit 12000
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Pendarahan Berat
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Pendarahan Berat adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami pendarahan yang melebihi batas normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang diharapkan adalah Kontrol Perdarahan, di mana pasien dapat mengendalikan perdarahan yang terjadi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Beberapa intervensi yang dapat diberikan adalah Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pengaturan Nutrisi, Pemberian Obat Antikoagulan, dan Manajemen Perdarahan.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah pedoman baku yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.
- SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia adalah pedoman baku yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia adalah pedoman baku yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7933 | 04 Dec 2024
Klinis : Demam hari ke 6 acral dingin keringay dingin petechi di lengan dan kaki baak lancar trombosit 20.000hb 16grdl ht 50% lekosit 12000
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu demam hari ke 6, acral dingin, keringat dingin, petechi di lengan dan kaki, darah beku lancar, trombosit 20.000, hemoglobin 16 g/dL, hematokrit 50%, dan leukosit 12.000, maka diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Trombositopenia Idiopatik
Penjelasan:
- Trombositopenia adalah kondisi di mana jumlah platelet (trombosit) dalam darah rendah, biasanya kurang dari 150.000/μL.
- Trombositopenia Idiopatik adalah salah satu jenis trombositopenia yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
- Gejala yang muncul, seperti petechi, perdarahan, dan acral dingin, sesuai dengan kondisi trombositopenia.
- Nilai trombosit yang sangat rendah (20.000/μL) mendukung diagnosis trombositopenia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang spesifik tercatat.
Catatan: Karena tidak ada informasi mengenai tindakan medis yang dilakukan, maka tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan. -
Article No. 7934 | 04 Dec 2024
Klinis : pasien kejang kompleks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan kejang kompleks.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Aktivitas Tidur (00198)
- Definisi: Perubahan kuantitas dan kualitas pola tidur yang menyebabkan gangguan fungsi sehari-hari.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan neurologis, seperti kejang kompleks.
2. Risiko Aspirasi (00039)
- Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, sekret, benda padat, atau gas ke dalam saluran napas.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan refleks batuk dan menelan, serta perubahan kesadaran akibat kejang.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (00204)
- Definisi: Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan aktivitas otonom akibat kejang.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam kasus ini, SDKI terkait dengan gangguan pola tidur, risiko aspirasi, dan gangguan perfusi jaringan serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran yang dapat diharapkan dalam kasus ini antara lain:
- Pola tidur yang membaik
- Tidak terjadi aspirasi
- Perfusi jaringan serebral yang membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan dalam kasus ini antara lain:
- Manajemen Aktivitas Tidur
- Pencegahan Aspirasi
- Manajemen Perfusi Serebral
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi spesifik pasien, serta menggunakan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal.