Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9820 | 25 Dec 2024
Klinis : S : pasien mengatakan tidak ada keluhan O: Kesadaran compos mentis. terpasang IV line di vena radial sinistra no. 22 tgl 24/12/24, drip furosemide 5 mg/jam. O2 binasal 3 lpm , hemodinamik Obs TD 130/80 mmhg, HR 75 x/mnt, RR 20x/mnt, saturasi 98 % , terpasang DC no 16, tgl 22/12/24 produksi urine kuning jernih. Pasien post PPCI di LAD, skala nyeri 0.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung ("Risk for Ineffective Tissue Perfusion: Cardiac")
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur Intervensi Jantung (Post-PPCI)
2. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan ("Risk for Fluid Volume Imbalance")
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur Intervensi Jantung (Post-PPCI), Penggunaan Obat Diuretik (Furosemide)
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Efektif ("Effective Tissue Perfusion: Cardiac")
Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada nyeri dada
- EKG menunjukkan irama jantung normal
- Tidak ada edema perifer
- Kadar oksigen dalam darah normal
2. Keseimbangan Volume Cairan ("Fluid Balance")
Kriteria Hasil:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada edema
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Perfusi Jaringan Jantung
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau irama jantung melalui EKG
- Pantau tanda-tanda nyeri dada
- Pantau adanya edema perifer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga perfusi jantung yang optimal
2. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Berikan obat diuretik sesuai instruksi tenaga kesehatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga keseimbangan cairan yang optimal
Penjelasan yang lebih rinci dapat diberikan jika dibutuhkan. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 9821 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien tidak mampu batuk, terdapat darah pada area tenggorokan pasien, pasien mengeluh sesah dan terlihat gelisah. Pasien juga terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Jalan napas paten
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Tidak ada sputum/sekret yang tertahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Fisioterapi Dada
3. Asuhan Keperawatan Respirasi
Kondisi pasien yang tidak mampu batuk, adanya darah pada area tenggorokan, dan sesah serta gelisah menunjukkan adanya permasalahan pada bersihan jalan napas yang tidak efektif. Kondisi ini perlu mendapatkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan bersihan jalan napas pasien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 9822 | 25 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh diare dan terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) untuk kondisi pasien yang mengeluh diare dan terpasang NGT.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluh diare dan terpasang NGT adalah "Defisit volume cairan" (Deficit Fluid Volume). Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu diare yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Pemasangan NGT juga dapat mempengaruhi asupan cairan dan nutrisi pasien, sehingga dapat menyebabkan defisit volume cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang memadai, seperti turgor kulit yang baik, mukosa lembab, dan produksi urin yang adekuat.
2. Status hidrasi: Pasien menunjukkan status hidrasi yang memadai, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada gejala dehidrasi.
3. Pengelolaan diare: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi dan volume diare, serta tanda-tanda perbaikan gejala diare.
4. Toleransi terhadap nutrisi enteral: Pasien dapat mentoleransi asupan nutrisi enteral melalui NGT dengan baik, tanpa ada tanda-tanda intoleransi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan cairan:
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat.
- Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit, dan status hidrasi pasien.
- Catat dan dokumentasikan semua data terkait cairan.
2. Penggantian cairan dan elektrolit:
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien, melalui jalur intravena atau NGT.
- Pertimbangkan pemberian cairan rehidrasi oral atau elektrolit jika toleransi pasien baik.
3. Manajemen diare:
- Identifikasi dan tangani penyebab diare (misalnya infeksi, obat-obatan).
- Berikan intervensi untuk mengurangi frekuensi dan volume diare, seperti pemberian obat anti diare atau pengaturan diet.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare.
4. Manajemen nutrisi enteral:
- Pantau toleransi pasien terhadap nutrisi enteral melalui NGT.
- Sesuaikan laju dan volume pemberian nutrisi enteral sesuai dengan toleransi pasien.
- Berikan intervensi untuk mengatasi komplikasi terkait NGT, seperti mual, muntah, atau konstipasi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pengelolaan cairan, diare, serta nutrisi enteral, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan, status hidrasi yang memadai, pengurangan gejala diare, dan toleransi yang baik terhadap nutrisi enteral. -
Article No. 9823 | 25 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan saat ini tidak ada nyeri dada. O : Kesadaran compos mentis, Hemodinamik TD: 90/60 mmHg, HR:80 x/m, RR; 18 x/m, SpO2 99% dengan O2 nasal 3 lpm, terpasang infus no 18 dari RS Sari Asih Sangiang (24/12/24) cairan Venflon, terpasang DC no 16 dari RS Sari Asih Sangiang (24/12/24) produksi urine ada, post Primary PCI to pLAD-mLAD. skala nyeri 0. Terapi furosemid drip stop ganti rutin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat diidentifikasi bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan pasokan oksigen ke jantung yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
- Faktor risiko: Penyakit jantung koroner, gangguan hemodinamik (TD rendah), dan peningkatan kebutuhan metabolik jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Indikator:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD 90-120/60-80 mmHg, HR 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit)
b. Tidak ada tanda-tanda adanya iskemia miokard (nyeri dada, perubahan EKG)
c. Tidak ada tanda-tanda gagal jantung (edema, dispnea, peningkatan berat badan)
d. Kadar oksigen darah dalam batas normal (SpO2 ≥ 95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Monitor dan catat tanda-tanda vital secara berkala
- Monitor tekanan darah, laju jantung, dan nilai oksigenasi (SpO2)
- Monitor adanya tanda-tanda gagal jantung atau iskemia miokard
2. Manajemen Cairan
- Beri terapi furosemid drip sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Monitor intake dan output cairan
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai toleransi untuk mencegah retensi cairan
3. Manajemen Oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Monitor penggunaan oksigen dan respon pasien
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyakit jantung koroner, gejala, dan manajemen perawatannya
- Diskusikan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan modifikasi gaya hidup
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak" dipilih karena pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner dan saat ini mengalami gangguan hemodinamik dengan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke jantung dan berisiko menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
Luaran yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan Jantung Membaik" dengan indikator-indikator yang menunjukkan adanya perbaikan sirkulasi dan oksigenasi jantung, seperti tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda iskemia atau gagal jantung, serta kadar oksigen darah yang memadai.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen cairan, manajemen oksigenasi, serta edukasi pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan jantung yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 9824 | 25 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan saat ini tidak ada nyeri dada. O : kesadaran CM, TD: 108/69 mmHg, HR: 57 x/menit, RR: 20x/menit, SAO2: 97% dengan nasal 5 lpm, terpasang iv line no.20 nacl 0.9% 500ml/24jam,terpasang kondom kateter produksi urine kuning. nichiban sudah di aff tidak ada hematom. skala nyeri 0.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Perfusi Koroner Tidak Efektif berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Penjelasan:
Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada keluhan nyeri dada, dan tidak terdapat tanda-tanda gangguan perfusi koroner saat ini. Namun, pasien memiliki riwayat penyakit jantung koroner, sehingga berisiko mengalami gangguan perfusi koroner di masa mendatang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan EKG normal, tidak ada nyeri dada, dan tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi koroner.
2. Pengetahuan Manajemen Penyakit Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan dengan benar faktor risiko, tanda, dan gejala penyakit jantung koroner, serta dapat menyebutkan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Koroner
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau tanda-tanda gangguan perfusi koroner, seperti nyeri dada, dispnea, dan ketidakstabilan hemodinamik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, jika diperlukan
2. Edukasi Manajemen Penyakit
- Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit jantung koroner
- Jelaskan faktor risiko, tanda, dan gejala penyakit jantung koroner
- Ajarkan pasien tentang tindakan pencegahan, seperti modifikasi gaya hidup, kepatuhan terhadap pengobatan, dan pemantauan tanda vital
- Beri kesempatan pasien untuk bertanya dan diskusi terkait penyakitnya
Penjelasan rinci:
Fokus utama pada kondisi ini adalah mencegah terjadinya gangguan perfusi koroner, dengan memantau tanda-tanda vital dan gejala, serta memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit jantung koroner dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Dengan intervensi ini, diharapkan pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan jantung yang adekuat dan meningkatkan pengetahuannya dalam mengelola penyakitnya. -
Article No. 9825 | 25 Dec 2024
Klinis : suction sekret terdapat pada intervensi berapa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi yang Anda tanyakan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z46.6
- Deskripsi: Pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Suction sekret dari saluran pernapasan
Penjelasan:
Suction sekret merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir atau sekret yang dapat menghambat pernapasan. Tindakan ini biasanya dilakukan pada pasien yang memerlukan bantuan pernapasan, seperti pasien yang menggunakan ventilator atau alat bantuan pernapasan lainnya.
Kode ICD-10 Z46.6 menggambarkan kondisi terkait pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya, yang mencakup tindakan suction sekret. Sementara itu, kode ICD-9-CM 96.04 secara spesifik mengacu pada tindakan suction sekret dari saluran pernapasan.
Pengkodean yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan akurasi informasi dan kelengkapan rekam medis pasien. Kode-kode tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penagihan asuransi, pelaporan statistik kesehatan, dan penelitian epidemiologis. -
Article No. 9728 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Karakteristik: Adanya sputum yang berlebihan, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik: Adanya kelelahan, napas pendek saat beraktivitas, dan kehilangan nafsu makan.
3. Risiko infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang mungkin melemahkan sistem pertahanan tubuh.
- Karakteristik: Adanya tuberkulosis paru yang teridentifikasi.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen jalan napas
- Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas.
- Intervensi: Memantau status pernapasan, memberikan bronkodilator, dan melakukan fisioterapi dada.
2. Manajemen energi
- Tujuan: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi: Mengatur dan mengoptimalkan aktivitas, memberikan nutrisi yang adekuat, dan memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Pencegahan infeksi
- Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi.
- Intervensi: Memantau tanda-tanda infeksi, melakukan prosedur pencegahan infeksi, dan memberikan edukasi terkait infeksi.
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Toleransi aktivitas meningkat
3. Tidak terjadi infeksi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, yaitu SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) agar dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 9729 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan untuk batuk atau bernapas secara efektif.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, faktor psikologis.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Penurunan daya tahan, kelemahan, dispnea.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
- Intoleransi Aktivitas: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas: Derajat bersihan jalan napas, Terbebas dari obstruksi jalan napas
- Status Nutrisi: Asupan nutrisi adekuat, Berat badan ideal
- Toleransi Aktivitas: Tingkat aktivitas, Kemampuan beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Suction, Terapi oksigen, Latihan batuk efektif
- Manajemen Nutrisi: Monitoring asupan nutrisi, Pemberian nutrisi enteral/parenteral
- Manajemen Aktivitas: Pembatasan aktivitas, Peningkatan toleransi aktivitas
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien tersebut. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 9730 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian trombolik (fibrinolitik)
Penjelasan:
Kode ICD-10 I21.0 (Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
Kode ICD-9-CM 99.21 (Pemberian trombolik (fibrinolitik)) adalah kode untuk prosedur yang mungkin dilakukan pada pasien ini, yaitu pemberian obat trombolik atau fibrinolitik, yang bertujuan untuk melarutkan bekuan darah yang menyebabkan infark miokard akut.
Pasien ini memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner dan infark miokard akut. Penanganan awal yang mungkin dilakukan adalah stabilisasi kondisi klinis pasien, pemberian oksigen, penggunaan nitrat sublingual, dan pemberian trombolik (fibrinolitik) sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.21. -
Article No. 9731 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. A, memiliki istri Ibu B. 1 minggu yang lalu melahirkan anak pertama. Menurut tradisi ditempat mereka, Suku Timor, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, biasanya ibu nifas akan melakukan tradisi panggang api untuk mempercepat pemulihan pasca melahirkan dan untuk penangkal penyakit bagi anak. Tradisi ini belum dilakukan karena ibu memiliki riwayat asma dan keluarga khawatir kalau tradisi ini dilakukan akan memicu serangan asma pada ibu. Apakah diagnosis yang paling tepat untuk kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya sebagai perawat profesional akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah "Ketidakefektifan Pola Kesehatan". Hal ini didasarkan pada kondisi di mana ibu nifas memiliki riwayat asma dan keluarga khawatir jika tradisi panggang api dilakukan, dapat memicu serangan asma pada ibu. Ini menunjukkan adanya masalah dalam menerapkan pola kesehatan yang efektif sesuai dengan tradisi budaya setempat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan tentang Kesehatan: Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, terutama terkait dengan penanganan kondisi asma ibu nifas dan alternatif tradisi yang dapat dilakukan.
2. Kolaborasi Perawatan Kesehatan: Keluarga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk menemukan solusi yang aman dan sesuai dengan tradisi budaya setempat.
3. Dukungan Keluarga: Keluarga memberikan dukungan yang optimal bagi ibu nifas untuk memulihkan kondisinya dengan aman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi asma ibu nifas, dampak yang mungkin terjadi jika tradisi panggang api dilakukan, serta alternatif tradisi yang aman.
2. Fasilitasi Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi keluarga untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi ibu nifas, dengan mempertimbangkan aspek medis dan budaya.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada ibu nifas dan keluarga agar mereka merasa aman dan nyaman dalam menjalani proses pemulihan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau bidan, untuk menentukan intervensi yang tepat dan aman bagi ibu nifas.
5. Pengawasan dan Evaluasi: Melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan kondisi ibu nifas dan efektivitas intervensi yang diberikan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting bagi perawat untuk memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang dianut oleh keluarga, serta mencari solusi yang selaras dengan budaya setempat. Diharapkan dengan intervensi keperawatan yang tepat, dapat membantu ibu nifas dan keluarga mencapai pemulihan yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan tradisi budaya mereka.