Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7845 | 04 Dec 2024
Klinis : masalah keperawatan pada pasien chf
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan masalah keperawatan CHF (Congestive Heart Failure) dalam format akademis.
Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung yang dapat mengakibatkan disfungsi jantung.
- Penyebab: Adanya gangguan pada jantung yang menyebabkan penurunan curah jantung, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke jaringan jantung.
- Tanda dan Gejala: Nyeri dada, sesak napas, edema, fatigue, palpitasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan energi.
- Penyebab: Penurunan curah jantung yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen selama aktivitas.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, dispnea, palpitasi, nyeri dada.
3. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan atau kemampuan pasien dalam mengelola penyakit jantung.
- Tanda dan Gejala: Ketidakpatuhan dalam pengobatan, gaya hidup tidak sehat, kurangnya pemantauan kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Jantung Membaik
- Definisi: Kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan jantung.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi jantung dalam kisaran normal
- Tidak ada nyeri dada
- Tidak ada edema
- Tidak ada dispnea
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada dispnea saat aktivitas
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan saat aktivitas
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
3. Pengelolaan Kesehatan Efektif
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien patuh dalam pengobatan
- Pasien melakukan diet dan gaya hidup sehat
- Pasien mampu memantau tanda-tanda vital dan gejala penyakit
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi untuk Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pemberian obat-obatan kardiovaskular
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit jantung dan pengelolaannya
2. Intervensi untuk Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian toleransi aktivitas pasien
- Perencanaan aktivitas sesuai kemampuan pasien
- Pemberian terapi latihan fisik yang bertahap
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen energi
3. Intervensi untuk Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan:
- Identifikasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan pasien terkait penyakit jantung
- Pemberian edukasi tentang penyakit jantung, pengobatan, dan gaya hidup sehat
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mendukung pengelolaan kesehatan pasien
- Monitoring kepatuhan pasien dalam pengobatan dan gaya hidup sehat
Setiap intervensi keperawatan yang dilakukan harus disertai dengan pemantauan, evaluasi, dan penyesuaian sesuai dengan respon pasien. Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan CHF. -
Article No. 7846 | 04 Dec 2024
Klinis : intervensi utama penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi penurunan curah jantung adalah "Penurunan Curah Jantung". Diagnosis ini menggambarkan kondisi di mana terjadi pengurangan volume darah yang dipompa oleh jantung per unit waktu, yang dapat mengakibatkan berbagai gejala dan komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Curah Jantung: Diharapkan pasien dapat mencapai curah jantung yang optimal sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi jaringan.
2. Penurunan Tanda dan Gejala Ketidakseimbangan Perfusi Jaringan: Gejala-gejala seperti edema, sesak napas, dan kelelahan diharapkan dapat berkurang atau hilang seiring dengan peningkatan curah jantung.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pasien diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik tanpa mengalami gejala-gejala penurunan curah jantung.
4. Pemahaman Pasien tentang Manajemen Penurunan Curah Jantung: Pasien diharapkan dapat memahami penyebab, gejala, dan pengelolaan penurunan curah jantung, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien.
2. Pemantauan Intake dan Output Cairan: Pemantauan asupan dan pengeluaran cairan untuk memastikan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Cairan: Pemberian cairan intravena atau pembatasan asupan cairan sesuai dengan kondisi pasien untuk mempertahankan volume darah yang optimal.
4. Manajemen Obat-obatan: Pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraktilitas jantung, mengurangi afterload, atau menurunkan preload, sesuai dengan resep dokter.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan penurunan curah jantung, serta pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan modifikasi gaya hidup.
6. Aktivitas Fisik yang Terkontrol: Membantu pasien melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kapasitasnya untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
7. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk mengurangi gejala-gejala yang mengganggu kenyamanan pasien, seperti sesak napas, edema, dan kelelahan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh peningkatan curah jantung, penurunan tanda dan gejala, peningkatan toleransi aktivitas, serta pemahaman yang baik tentang pengelolaan kondisinya. -
Article No. 7847 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan dibawa kerumah sakit jiwa karena sudah 5 hari mengurung diri dan tidak mau makan. Saat dikaji perawat. Pasien menyampaikan malu keluar rumah karena sering ditagih hutang. Sebutkan diagnosa ICD, NANDA, SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki kondisi yang dapat didiagnosis sebagai gangguan depresi mayor. Berikut adalah rincian kodenya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.2
- Deskripsi: Gangguan depresi mayor, episode berat tanpa gejala psikotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan/prosedur spesifik yang disebutkan, namun dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dan intervensi medis yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan (NANDA):
- Risiko ganggguan proses pikir: kode 00173
- Isolasi sosial: kode 00053
- Ketidakefektifan manajemen kesehatan: kode 00078
Rencana Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
- Pemantauan proses pikir: kode I0104
- Peningkatan sosialisasi: kode S0110
- Manajemen kesehatan: kode K0105
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Pemeriksaan darah rutin (darah lengkap, elektrolit, fungsi hati dan ginjal)
- Pemeriksaan psikologis (wawancara, tes psikologi)
- Pemindaian neuroimaging (CT scan atau MRI otak)
Manajemen Pengobatan:
- Antidepresan golongan SSRI (misalnya fluoksetin, sertralin, paroksetin)
- Antipsikotik atipikal (misalnya olanzapin, risperidon) jika terdapat gejala psikotik
- Terapi psikologis (misalnya psikoterapi kognitif-perilaku)
- Terapi kelompok atau keluarga
Penanganan komprehensif dengan kolaborasi antara tim medis, keluarga, dan layanan kesehatan mental sangat penting dalam mengatasi kondisi ini. -
Article No. 7848 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan dibawa kerumah sakit jiwa karena sudah 5 hari mengurung diri dan tidak mau makan. Saat dikaji perawat. Pasien menyampaikan malu keluar rumah karena sering ditagih hutang. Sebutkan diagnosa ICD, NANDA, SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Isolasi Sosial: Kesepian (10031)
Kode SDKI: 10031
Definisi: Pengalaman subyektif individu yang tidak menyenangkan akibat keinginan atau kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain yang tidak terpenuhi.
2. Gangguan Pola Makan (10016)
Kode SDKI: 10016
Definisi: Perubahan dalam jumlah dan jenis asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Diagnosa ICD:
1. F40.1 Agorafobia
Definisi: Ketakutan yang berlebihan terhadap situasi di mana individu merasa tidak dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Diagnosa NANDA:
1. Isolasi Sosial
Kode NANDA: 00053
Definisi: Pengalaman subyektif dan bersifat negatif yang dialami individu akibat keterbatasan dalam melakukan interaksi sosial.
2. Gangguan Pola Makan
Kode NANDA: 00002
Definisi: Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan laboratorium darah (hematologi, kimia darah, dll) untuk mengetahui kondisi kesehatan umum pasien.
2. Pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes inteligensi, dll) untuk mengetahui kondisi psikologis pasien.
3. Pemeriksaan neurologi (CT Scan, MRI, dll) untuk mengecek kemungkinan adanya gangguan neurologis.
Obat-obatan:
1. Antidepresan (SSRI, SNRI, TCA, dll) untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan.
2. Antipsikotik (Risperidone, Olanzapine, dll) untuk menstabilkan kondisi mental.
3. Anxiolitik (Benzodiazepine, dll) untuk mengurangi kecemasan.
4. Suplemen nutrisi (vitamin, mineral, dll) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif (Interaksi Sosial: Efektif, 30008).
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik (Perawatan Diri: Makan, 30020).
3. Pasien dapat mengendalikan kecemasan (Kontrol Kecemasan, 30004).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Kelompok (Terapi Kelompok, 7460) untuk meningkatkan interaksi sosial.
2. Konseling Nutrisi (Konseling Nutrisi, 7390) untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Kecemasan (Manajemen Kecemasan, 7320) untuk membantu pasien mengendalikan kecemasan.
4. Terapi Relaksasi (Terapi Relaksasi, 7400) untuk menurunkan kecemasan.
5. Dukungan Emosional (Dukungan Emosional, 7320) untuk membantu pasien mengekspresikan perasaan.
6. Monitor Nutrisi (Monitor Nutrisi, 6650) untuk memantau asupan dan status nutrisi pasien.
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI, ICD, NANDA, SLKI, SIKI:
- Diagnosa keperawatan SDKI mencerminkan masalah keperawatan yang dialami pasien berdasarkan standar SDKI.
- Diagnosa ICD menunjukkan klasifikasi masalah kesehatan berdasarkan Internasional Classification of Diseases.
- Diagnosa NANDA menggambarkan masalah keperawatan yang dialami pasien berdasarkan taksonomi NANDA.
- Luaran SLKI dan Intervensi SIKI merupakan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan masalah yang diidentifikasi.
2. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan laboratorium dan neurologi diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan umum dan kemungkinan adanya gangguan neurologis.
- Pemeriksaan psikologis bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologis pasien secara lebih komprehensif.
3. Obat-obatan:
- Obat-obatan diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien, seperti antidepresan, antipsikotik, anxiolitik, dan suplemen nutrisi.
- Tujuan pemberian obat-obatan adalah untuk menstabilkan kondisi mental, mengurangi kecemasan, dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Interaksi Sosial: Efektif, Perawatan Diri: Makan, dan Kontrol Kecemasan merupakan luaran yang diharapkan dapat dicapai setelah implementasi asuhan keperawatan.
5. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang diberikan mencakup terapi kelompok, konseling nutrisi, manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dukungan emosional, dan monitor nutrisi.
- Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan interaksi sosial, memastikan asupan nutrisi yang adekuat, dan membantu pasien dalam mengendalikan kecemasan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatannya. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7849 | 04 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan menyesak di dada, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan menyesak di dada dan pusing, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
2. Pusing
Definisi: Sensasi berputar, bergoyang, atau tidak seimbang yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Gejala: Napas cepat, dangkal, atau mengi, adanya hambatan pada saluran napas.
- Penyebab: Masalah pada sistem kardiovaskular, paru-paru, atau neuromuskular.
- Intervensi Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, mengatur posisi yang nyaman, dan latihan pernapasan.
2. Pusing
- Gejala: Rasa berputar, tidak seimbang, atau pening.
- Penyebab: Masalah pada sistem vestibular, neurologis, kardiovaskular, atau gangguan metabolik.
- Intervensi Keperawatan: Mengevaluasi faktor penyebab, memberikan lingkungan yang aman, dan mengajarkan teknik manajemen pusing.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
- Luaran: Pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
2. Kontrol Pusing
- Luaran: Pasien dapat mengendalikan pusing yang dialami.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan pusing berkurang, dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Intervensi: Mempertahankan jalan napas yang terbuka, memfasilitasi pertukaran gas, dan mencegah komplikasi.
2. Manajemen Pusing
- Intervensi: Mengevaluasi penyebab pusing, memberikan lingkungan yang aman, dan mengajarkan teknik manajemen pusing.
Dengan demikian, berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Gangguan Pola Napas Tidak Efektif dan Pusing, dengan penjelasan singkat seperti yang telah dipaparkan. -
Article No. 7850 | 04 Dec 2024
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi ansietas berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ansietas adalah "Ansietas" yang didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Gejala yang muncul dapat berupa gelisah, tegang, khawatir, waspada, takut, dan panik. Penyebab dari ansietas dapat berasal dari faktor internal (misal: kondisi fisik, psikologis) maupun eksternal (misal: lingkungan, sosial).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ansietas Terkendali: Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan atau hilangnya gejala ansietas, seperti tampak tenang, ekspresi wajah rileks, tidak menunjukkan perilaku gelisah, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan.
2. Koping Efektif: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor penyebab ansietas, serta menggunakan strategi koping yang adaptif untuk mengatasi kecemasan.
3. Manajemen Stres Efektif: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengenali dan mengelola stres, serta menggunakan teknik manajemen stres yang tepat untuk menurunkan tingkat kecemasan.
4. Ketenangan: Pasien menunjukkan tanda-tanda relaksasi, seperti nafas yang teratur, otot yang tidak tegang, dan ekspresi wajah yang tenang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Ansietas:
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi ansietas.
- Berikan edukasi kepada pasien mengenai ansietas dan strategi pengelolaan.
- Latih pasien untuk menggunakan teknik relaksasi (misalnya, pernapasan dalam, visualisasi, distraksi).
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran terkait ansietas.
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien.
2. Terapi Kognitif:
- Identifikasi dan evaluasi pemikiran, keyakinan, dan persepsi maladaptif yang memengaruhi ansietas.
- Ajarkan pasien untuk menantang pemikiran negatif dan mengembangkan pemikiran yang lebih adaptif.
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang positif.
3. Manajemen Stres:
- Identifikasi sumber stres dan faktor yang memengaruhi respons stres.
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, meditasi, dan strategi pengelolaan waktu.
- Bantu pasien mengembangkan gaya hidup yang sehat dan aktivitas yang menyenangkan.
- Dorong pasien untuk melibatkan dukungan sosial dalam mengelola stres.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi kondisi ansietas pada pasien. -
Article No. 7851 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami gejala seperti yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem imun yang lemah
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam merah
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan batuk kering
4. Gangguan sensori persepsi (penglihatan) berhubungan dengan mata merah
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah pasien.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar-standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien anak perempuan usia 5 tahun ini yang mengalami kemungkinan campak. -
Article No. 7852 | 04 Dec 2024
Klinis : Sesak napas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "sesak napas", kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi saluran pernapasan atas, tidak spesifik
Sesak napas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi saluran pernapasan atas, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), atau kondisi medis lainnya. Kode ICD-10 J06.9 mencakup sesak napas yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas yang tidak dispesifikasi lebih lanjut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen melalui alat bantu pernapasan
Jika pasien memerlukan bantuan oksigen untuk mengatasi sesak napas, prosedur yang dapat dilakukan adalah pemberian oksigen melalui alat bantu pernapasan, yang memiliki kode ICD-9-CM 96.04. -
Article No. 7853 | 04 Dec 2024
Klinis : Sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
Faktor yang berhubungan:
- Kelelahan otot-otot pernapasan
- Gangguan pertukaran gas
- Kecemasan
Gejala dan Tanda:
- Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Sianosis
- Suara napas tambahan (wheezing, ronki)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ventilasi Efektif
- Bebas Distres Pernapasan
- Toleransi Aktivitas Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Ventilasi Mekanik
- Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk melakukan inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini antara lain kelelahan otot-otot pernapasan, gangguan pertukaran gas, dan kecemasan.
Gejala dan tanda yang muncul dapat berupa perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, sianosis, dan suara napas tambahan seperti wheezing atau ronki. Tujuan dari intervensi keperawatan adalah untuk mencapai luaran keperawatan, yaitu ventilasi efektif, bebas distres pernapasan, dan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen ventilasi mekanik, dan manajemen kecemasan. Perawat berperan penting dalam memantau dan mengelola kondisi pernapasan pasien untuk memastikan ventilasi yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 7854 | 04 Dec 2024
Klinis : Bapak Heru, seorang pria berusia 55 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan luka pada kaki kiri yang sudah berlangsung selama beberapa minggu dan tidak kunjung sembuh. Luka tersebut tampak luas dengan eksudat purulen, di sekitar luka terdapat kemerahan dan pembengkakan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan rasa sakit yang terus-menerus pada kaki kiri, serta mudah merasa lelah. Ia juga sering merasa haus dan sering buang air kecil. Pasien mengaku sesak napas saat berjalan terlalu jauh dan merasakan gejala tersebut semakin memberat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Bapak Heru adalah:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit vaskuler perifer, diabetes melitus.
2. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit vaskuler perifer, diabetes melitus.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit vaskuler perifer, diabetes melitus, ketidakseimbangan nutrisi.
4. Poliuri
Definisi: Produksi urin yang berlebihan.
Faktor yang Berhubungan: Diabetes melitus.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Terganggu:
- Luka kaki kiri mulai menutup
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (eritema, pembengkakan, eksudat purulen)
- Pasien dapat merawat luka secara mandiri
2. Nyeri Kronis:
- Pasien dapat mengontrol nyeri dengan menggunakan analgesik secara efektif
- Pasien dapat menunjukkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa mudah lelah
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik secara bertahap
4. Poliuri:
- Frekuensi berkemih normal (4-8 kali per hari)
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda hiperglikemia
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Integritas Kulit Terganggu:
- Perawatan luka dengan prinsip moist wound healing
- Pemberian antibiotik topikal dan sistemik sesuai indikasi
- Edukasi tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi
2. Nyeri Kronis:
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (kompres hangat, relaksasi, distraksi)
- Edukasi tentang manajemen nyeri
3. Intoleransi Aktivitas:
- Peningkatan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien
- Latihan fisik (misalnya ROM, latihan kekuatan, latihan daya tahan)
- Edukasi tentang manajemen energi dan toleransi aktivitas
4. Poliuri:
- Pemantauan kadar glukosa darah
- Pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya insulin)
- Edukasi tentang diabetes melitus dan pengendalian glikemia
Penjelasan yang lebih rinci:
Bapak Heru, seorang pria berusia 55 tahun, datang dengan keluhan luka pada kaki kiri yang tidak kunjung sembuh dan menimbulkan berbagai gejala lainnya. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu, Nyeri Kronis, Intoleransi Aktivitas, dan Poliuri. Setiap diagnosa memiliki definisi, faktor yang berhubungan, dan intervensi keperawatan yang spesifik untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam penanganan integritas kulit terganggu, fokus utama adalah perawatan luka dengan prinsip moist wound healing, pemberian antibiotik sesuai indikasi, serta edukasi kepada pasien tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi. Untuk mengatasi nyeri kronis, intervensi yang diperlukan adalah pemberian analgesik, penggunaan teknik nonfarmakologis, serta edukasi tentang manajemen nyeri.
Terkait intoleransi aktivitas, intervensi keperawatan diarahkan pada peningkatan aktivitas secara bertahap, latihan fisik yang sesuai, serta edukasi tentang manajemen energi dan toleransi aktivitas. Sementara itu, untuk mengatasi poliuri, diperlukan pemantauan kadar glukosa darah, pemberian terapi farmakologis (misalnya insulin), serta edukasi tentang diabetes melitus dan pengendalian glikemia.
Penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu Bapak Heru mencapai luaran yang diinginkan, seperti penyembuhan luka, kontrol nyeri yang efektif, peningkatan toleransi aktivitas, dan stabilisasi fungsi ginjal.