Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18909 | 23 Jun 2025
Klinis : klien seorang perempuan usia 71 tahun datang dengan keluhan keluhan telinga mendengung, nyeri lengan kanan atas tangan kanan kaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang dialami oleh klien, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin dapat diterapkan, beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran (Kode: 00124)
Definisi SDKI: Gangguan dalam kemampuan untuk menerima, mengolah, dan/atau menginterpretasikan stimulus auditori.
SLKI: Peningkatan Fungsi Pendengaran (Kode: 00124)
SIKI: Manajemen Gangguan Pendengaran (Kode: 6420)
2. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Nyeri Akut (Kode: 00132)
Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Kontrol Nyeri (Kode: 00132)
SIKI: Manajemen Nyeri (Kode: 1400)
3. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Mobilitas Fisik Terganggu (Kode: 00085)
Definisi SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan mandiri pada tubuh atau satu atau lebih ekstremitas.
SLKI: Peningkatan Mobilitas Fisik (Kode: 00085)
SIKI: Peningkatan Mobilitas (Kode: 0200)
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran - Klien mengalami keluhan telinga mendengung, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, paparan kebisingan, atau masalah medis lainnya.
2. Nyeri Akut - Klien mengalami nyeri pada lengan kanan atas, yang dapat disebabkan oleh kondisi muskuloskeletal atau neurologi.
3. Mobilitas Fisik Terganggu - Klien mengalami tangan kanan yang kaku, yang dapat menghambat pergerakan dan mobilitas fisik.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, diharapkan penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai diagnosa keperawatan dan kaitannya dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 18910 | 23 Jun 2025
Klinis : klien seorang perempuan usia 71 tahun datang dengan keluhan keluhan telinga mendengung, nyeri lengan kanan atas tangan kanan kaku
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci untuk kondisi klien yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan klien yang meliputi telinga mendengung, nyeri lengan kanan atas, dan tangan kanan kaku, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis.
Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima atau menginterpretasikan stimulus auditori secara akurat.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan fisiologis akibat usia lanjut.
2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis.
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor yang Berhubungan: Agen cedera biologis, seperti penyakit muskuloskeletal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
- Klien melaporkan perbaikan dalam kemampuan mendengar.
- Klien mengungkapkan peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan pendengaran.
- Klien menunjukkan peningkatan dalam penggunaan strategi kompensasi untuk mengatasi gangguan pendengaran.
2. Kontrol Nyeri
- Klien melaporkan penurunan dalam intensitas nyeri.
- Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri.
- Klien mengungkapkan peningkatan dalam kemampuan mengelola nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran
- Asesmen pendengaran: Evaluasi fungsi pendengaran klien.
- Manajemen Lingkungan: Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan paparan stimulus yang mengganggu.
- Terapi Modalitas: Pemberian terapi seperti pemeriksaan telinga, pembersihan serumen, dan penggunaan alat bantu dengar.
- Edukasi Kesehatan: Edukasi kepada klien dan keluarga mengenai gangguan pendengaran dan strategi kompensasi.
2. Manajemen Nyeri
- Asesmen Nyeri: Evaluasi karakteristik, lokasi, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Manajemen Farmakologis: Pemberian analgesik sesuai dengan resep.
- Terapi Modalitas: Terapi non-farmakologis seperti kompres hangat, masase, dan relaksasi.
- Edukasi Kesehatan: Edukasi kepada klien dan keluarga mengenai strategi manajemen nyeri.
Penjelasan:
Pada kasus ini, klien mengalami gangguan pendengaran yang ditandai dengan telinga mendengung, serta nyeri pada lengan kanan atas dan tangan kanan yang kaku. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Sensori Persepsi: Gangguan Pendengaran dan Nyeri Akut.
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan perbaikan dalam kemampuan mendengar, peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, serta penurunan dalam intensitas nyeri dan peningkatan dalam kemampuan mengelola nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup asesmen pendengaran dan nyeri, manajemen lingkungan, pemberian terapi modalitas, serta edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk membantu klien mengatasi gangguan pendengaran dan nyeri serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 18911 | 23 Jun 2025
Klinis : klien seorang perempuan usia 71 tahun datang dengan keluhan keluhan telinga mendengung, nyeri lengan kanan atas tangan kanan kaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus yang Anda ajukan:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Persepsi Sensorik: Pendengaran (SDKI Code: 00176)**
**Penjelasan:**
Klien mengalami telinga mendengung (*tinnitus*), yang mengindikasikan gangguan persepsi pendengaran. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup, komunikasi, dan keseimbangan.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SLKI 1701**: Persepsi sensorik pendengaran membaik.
- **Indikator**: Klien melaporkan penurunan intensitas dengungan, mampu berkomunikasi dengan jelas, dan tidak menunjukkan tanda cemas akibat gangguan pendengaran.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SIKI 4200**: Manajemen Sensori.
- **Intervensi**:
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres akibat tinnitus.
- Anjurkan menghindari paparan suara keras.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan audiometri atau terapi medis.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Penjelasan:**
Klien mengeluh nyeri pada lengan kanan atas dan kekakuan tangan kanan, yang dapat disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal (misalnya: arthritis, cedera, atau neuropati).
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1401**: Tingkat nyeri berkurang.
- **Indikator**: Skala nyeri menurun (misal dari skala 7/10 ke ?3/10), klien mampu menggerakkan lengan dengan nyaman.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 3600**: Manajemen Nyeri.
- **Intervensi:**
- Ajarkan teknik non-farmakologis (kompres hangat/dingin, relaksasi).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep dokter.
- Pantau skala nyeri menggunakan *Numeric Rating Scale (NRS)*.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI Code: 00085)**
**Penjelasan:**
Kekakuan tangan kanan dan nyeri lengan dapat membatasi aktivitas fungsional klien, seperti ADL (*Activities of Daily Living*).
**SLKI:**
- **Kode SLKI 0403**: Kemampuan mobilitas ekstremitas membaik.
- **Indikator**: Klien menunjukkan peningkatan ROM (*Range of Motion*), mampu menggunakan tangan kanan untuk aktivitas sederhana.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 0800**: Latihan Rentang Gerak (ROM).
- **Intervensi:**
- Bantu latihan ROM pasif/aktif pada lengan kanan.
- Rujuk ke fisioterapi jika diperlukan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Tone Akademis/Pakar**: Diagnosa ini didasarkan pada *evidence-based practice* dan mengacu pada klasifikasi PPNI.
- **Persona Perawat**: Rekomendasi intervensi bersifat holistik (fisik, psikologis, dan sosial) dengan pendekatan kolaboratif.
Jika diperlukan penyesuaian atau penambahan diagnosa (misalnya terkait ansietas akibat gejala), informasikan data lebih lanjut.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5, PPNI (2023)*.
- *Standar Luaran & Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) Edisi 3, PPNI (2022)*.
Semoga membantu. -
Article No. 18912 | 23 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 30 tahun mengalami perdarahan pasca persalinan. Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 130x/menit, RR 28x/menit, kulit dingin dan lembab, keluaran urin <20 ml/jam.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi seorang perempuan usia 30 tahun yang mengalami perdarahan pasca persalinan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Hipovolemia". Hipovolemia merupakan kondisi kekurangan volume cairan dalam tubuh, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, penurunan laju aliran urin, dan kulit yang dingin dan lembab. Perdarahan pasca persalinan merupakan salah satu penyebab utama hipovolemia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Efektif: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, yaitu tekanan darah 100-140/60-90 mmHg, nadi 60-100 x/menit, dan laju napas 12-20 x/menit.
2. Volume Cairan Seimbang: Menunjukkan peningkatan output urin menjadi minimal 30 ml/jam, tidak ada tanda-tanda hipovolemia (kulit kering dan hangat, capillary refill time ? 2 detik).
3. Perdarahan Terkendali: Menunjukkan penurunan perdarahan hingga berhenti total.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring tanda-tanda vital secara ketat, minimal setiap 15 menit.
2. Pemberian cairan intravena secara agresif untuk mengganti volume darah yang hilang, seperti infus cairan kristaloid (Ringer Laktat atau Normal Saline) dengan laju yang tinggi.
3. Pemberian oksigen melalui kanula nasal atau masker, dengan laju aliran 4-6 L/menit.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan uterotonika (seperti oksitosin, metilergometrin, atau prostaglandin) untuk mengontrol perdarahan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan medis lanjutan jika perdarahan tidak terkendali, seperti penjahitan luka, kompresi uterus, atau tindakan histerektomi.
6. Monitoring output urin secara ketat dan catat setiap jam.
7. Observasi tanda-tanda hipovolemia seperti kapiler lambat, pucat, dan gelisah.
8. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi saat ini, rencana perawatan, dan pentingnya pemantauan tanda-tanda vital.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perfusi jaringan yang efektif, volume cairan yang seimbang, dan perdarahan yang terkendali. -
Article No. 18913 | 23 Jun 2025
Klinis : Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 130x/menit, RR 28x/menit, kulit dingin dan lembab, keluaran urin <20 ml/jam.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, salam sejahtera.
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi terkait kondisi yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang ditampilkan, yaitu tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 130x/menit, RR 28x/menit, kulit dingin dan lembab, serta keluaran urin <20 ml/jam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab: Perdarahan, syok, gagal jantung.
Gejala: Tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, oliguria.
b. Risiko Syok
Definisi: Berisiko mengalami penurunan perfusi jaringan yang mengancam jiwa.
Penyebab: Perdarahan, dehidrasi, sepsis.
Gejala: Tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, oliguria.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Penurunan Curah Jantung
- Hemodinamik stabil: Tekanan darah normal, nadi regular dan kuat, perfusi perifer baik.
- Curah jantung adekuat: Keluaran urin >0,5 ml/kgBB/jam.
- Tidak ada tanda-tanda syok.
b. Risiko Syok
- Tidak terjadi syok.
- Tanda-tanda vital stabil: Tekanan darah, nadi, dan respirasi dalam batas normal.
- Perfusi perifer baik: Ekstremitas hangat, tidak ada tanda-tanda sianosis.
- Keluaran urin >0,5 ml/kgBB/jam.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Penurunan Curah Jantung
- Monitor tanda-tanda vital secara ketat.
- Identifikasi penyebab penurunan curah jantung (perdarahan, syok, gagal jantung).
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan.
- Pertahankan posisi tidur yang tepat (posisi trendelenburg) untuk meningkatkan aliran balik vena.
- Pantau intake dan output cairan, serta keseimbangan cairan.
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan curah jantung.
b. Risiko Syok
- Monitor tanda-tanda vital secara ketat.
- Identifikasi penyebab risiko syok (perdarahan, dehidrasi, sepsis).
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan.
- Pertahankan posisi tidur yang tepat (posisi trendelenburg) untuk meningkatkan aliran balik vena.
- Pantau intake dan output cairan, serta keseimbangan cairan.
- Berikan oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah.
- Lakukan tindakan pencegahan komplikasi syok (misalnya, dekubitus, pneumonia, trombosis).
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 18914 | 23 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut bagian bawah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit perut bagian bawah:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Pada kasus pasien dengan keluhan sakit perut bagian bawah, nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi saluran pencernaan, konstipasi, divertikulitis, atau bahkan masalah ginekologis pada wanita. Nyeri akut yang dirasakan pasien dapat bersifat tumpul, kram, atau tajam, dan biasanya terfokus pada area perut bagian bawah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut perut bagian bawah adalah:
a. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan tingkat nyeri yang dirasakan, dengan skor nyeri menurun dari skor awal.
b. Kenyamanan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat kenyamanan.
c. Fungsi Gastrointestinal: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi saluran pencernaan.
Indikator keberhasilan luaran ini dapat diukur melalui penurunan skor nyeri, peningkatan perasaan nyaman, serta perbaikan fungsi gastrointestinal, seperti pola defekasi yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan nyeri akut perut bagian bawah adalah:
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
b. Manajemen Gastrointestinal:
- Kaji dan monitor fungsi gastrointestinal, termasuk pola defekasi, kembung, dan keluhan lainnya.
- Berikan diet yang sesuai untuk mengatasi keluhan gastrointestinal, seperti makanan tinggi serat atau pembatasan makanan tertentu.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu mengatasi masalah gastrointestinal.
c. Peningkatan Kenyamanan:
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien mengatasi rasa tidak nyaman.
- Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, seperti fisioterapis, untuk memberikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan pasien.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pengurangan nyeri, peningkatan fungsi gastrointestinal, dan peningkatan kenyamanan secara keseluruhan. -
Article No. 18915 | 23 Jun 2025
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 58 tahun, datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari terakhir dan semakin memburuk sejak pagi hari ini. Pasien memiliki riwayat penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) selama 5 tahun dan mengaku sulit tidur semalaman karena merasa "napasnya berat" dan "tidak lega". Hasil pemeriksaan menunjukkan Frekuensi napas: 28x/menit (tachypnea), Saturasi, oksigen: 98% tanpa bantuan oksigen, Suara napas: wheezing pada kedua lapang paru, Batuk: produktif, berdahak putih kental, Posisi tubuh: pasien tampak nyaman pada posisi duduk membungkuk ke depan, Kesadaran: Compos mentis, Hasil ABG (Analisis Gas Darah): pH 7.32, pCO2 56 mmHg, pO2 65 mmHg, HCO3 24 mEq/L, Pasien tampak cemas, bibir sedikit sianosis, dan mengatakan, "Saya takut tidak bisa bernapas, seperti ada yang menekan dada saya."
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Penyebab: Adanya produksi sekret yang berlebihan pada penyakit PPOK.
3. Cemas
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang disadari atau tidak disadari.
Penyebab: Pasien merasa takut tidak dapat bernapas dengan baik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20x/menit)
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas
d. Pasien melaporkan pernapasan lebih mudah
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki)
b. Tidak ada kesulitan bernapas
c. Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekret dengan mudah
d. Pasien melaporkan tidak ada kesulitan bernapas
3. Kecemasan Terkontrol
Definisi: Respons emosional dan fisik yang terkendali terhadap ancaman yang disadari atau tidak disadari.
Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan cemas berkurang
b. Pasien tampak rileks
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
d. Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi dengan efektif
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
a. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
c. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator dan kortikosteroid
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
a. Monitor karakteristik sekret
b. Berikan hidrasi yang adekuat
c. Ajarkan teknik batuk efektif
d. Lakukan suction jika diperlukan
3. Cemas
a. Identifikasi faktor penyebab kecemasan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Berikan dukungan emosional
d. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi)
e. Kolaborasi pemberian obat anti-cemas jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan data-data yang tersedia pada kasus Ny. S, seorang pasien dengan PPOK yang mengalami sesak napas. Pola napas tidak efektif, ketidakefektifan bersihan jalan napas, dan cemas merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencakup pola napas efektif, bersihan jalan napas efektif, dan kecemasan terkontrol. Kriteria hasil yang ditetapkan merupakan indikator-indikator yang menunjukkan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, pelatihan teknik pernapasan, pemberian obat, manajemen sekret, penciptaan lingkungan yang tenang, pemberian dukungan emosional, dan pelatihan teknik relaksasi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki pola napas, membersihkan jalan napas, dan mengatasi kecemasan pasien.
Keseluruhan rencana asuhan keperawatan ini disusun dengan menggunakan bahasa dan tone akademis, mengingat persona yang ditanyakan adalah seorang pakar keperawatan. -
Article No. 18916 | 23 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien dengan keluhan sakit kepala.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan sakit kepala yang dialami pasien, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Kepala" (SDKI). Nyeri kepala adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada struktur di kepala. Diagnosis ini mencerminkan masalah kesehatan yang dialami pasien dan menjadi fokus utama dalam rencana asuhan keperawatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan berkurangnya intensitas nyeri kepala.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri kepala yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kualitas tidur.
5. Pasien dapat menunjukkan penurunan kecemasan terkait nyeri kepala.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian nyeri kepala: menilai karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri kepala.
2. Manajemen nyeri: memberikan terapi farmakologis (analgesik) dan nonfarmakologis (kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi) untuk mengurangi nyeri.
3. Edukasi pasien: mengajarkan pasien tentang faktor penyebab nyeri kepala, teknik penanganan nyeri, dan gaya hidup yang dapat memengaruhi nyeri kepala.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: berkoordinasi dengan dokter untuk evaluasi dan penatalaksanaan medis yang tepat.
5. Monitoring dan evaluasi: memantau perkembangan pasien, efektivitas intervensi, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam penanganan keluhan sakit kepala. -
Article No. 18917 | 23 Jun 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R39.89
- Deskripsi: Gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan sistem urinaria dan kandung kemih, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat mencerminkan adanya gangguan rasa nyaman yang disebabkan oleh peningkatan produksi lendir dalam saluran kemih atau kandung kemih.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 57.32
- Deskripsi: Prosedur irrigasi kandung kemih. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan produksi lendir dalam kandung kemih dan membantu memulihkan rasa nyaman.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R39.89 menggambarkan gejala dan tanda lain yang berkaitan dengan sistem urinaria dan kandung kemih, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini sesuai dengan deskripsi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" karena peningkatan produksi lendir dalam saluran kemih atau kandung kemih dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman.
2. Kode ICD-9-CM 57.32 mengacu pada prosedur irrigasi kandung kemih. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan produksi lendir dalam kandung kemih dan membantu memulihkan rasa nyaman pada pasien.
Dengan demikian, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dengan kondisi "Gangguan rasa nyaman b.d lendir yang meningkat" adalah sebagaimana dijabarkan di atas. -
Article No. 18918 | 23 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk tuberkulosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi atau histologi positif. Pasien pria usia 45 tahun ini datang dengan gejala batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru pada pemeriksaan rontgen, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
Kode ICD-9-CM 87.44 untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologi sputum untuk tuberkulosis dapat digunakan dalam kasus ini untuk mendiagnosis tuberkulosis paru secara lebih definitif dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur ini melibatkan pengumpulan dan analisis sputum pasien untuk mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab infeksi.