Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7825 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan batuk efektif.
- Gejala dan Tanda: Suara napas bronkial, sesak napas, produksi sekret berlebih.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit kronik (tuberkulosis paru).
- Gejala dan Tanda: Kelelahan, sesak napas, penurunan nafsu makan.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan batuk efektif.
- Gejala dan Tanda: Ronki, produksi sekret berlebih, sesak napas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Ketiganya merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 7826 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan berusia 5 tahun, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, kemungkinan besar pasien mengalami kondisi medis yang dikenal sebagai Campak (Measles).
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.71
- Deskripsi: Pemberian vaksin campak
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B05 merupakan kode diagnosis untuk Campak (Measles), yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Morbillivirus. Gejala utama yang dialami pasien, seperti demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, sesuai dengan kriteria diagnostik untuk Campak.
2. Dalam kasus ini, tidak terdapat tindakan atau prosedur medis yang perlu dikodekan menggunakan ICD-9-CM. Namun, jika pasien mendapatkan vaksinasi campak sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan, maka kode ICD-9-CM 99.71 (Pemberian vaksin campak) dapat digunakan.
Pemeriksaan dan diagnosis lebih lanjut oleh dokter akan diperlukan untuk memastikan diagnosis dan menentukan tindakan penanganan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 7827 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan campak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan akumulasi sekret dan edema mukosa akibat infeksi virus campak.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat infeksi virus campak.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan malaise akibat infeksi virus campak.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SLKI: Membersihkan jalan napas secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien membersihkan jalan napas secara efektif.
- Akibat infeksi virus campak, pasien dapat mengalami akumulasi sekret dan edema mukosa sehingga bersihan jalan napas menjadi tidak efektif.
2. Risiko Infeksi:
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI: Mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
- Infeksi virus campak dapat menyebabkan penurunan sistem imun, sehingga pasien berisiko mengalami infeksi sekunder.
3. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin.
- SLKI: Mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
- Infeksi virus campak dapat menyebabkan kelemahan fisik dan malaise, sehingga pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan standar diagnosa, hasil, dan intervensi keperawatan sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh PPNI. -
Article No. 7828 | 04 Dec 2024
Klinis : nyeri kornis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosis Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang Diharapkan SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi nyeri kronis.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis Keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri kronis adalah "Nyeri Kronis" (NKRN). Nyeri kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang menetap atau berulang. Nyeri kronis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti artritis, neuropati, kanker, dan lain-lain. Ciri-ciri utama dari nyeri kronis adalah adanya nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan tidak dapat dihilangkan secara mudah.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dengan nyeri kronis dapat mencapai beberapa Luaran/Output, antara lain:
1. Kontrol Nyeri (KNYN): Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri yang dirasakan dengan menggunakan strategi penatalaksanaan nyeri yang efektif.
2. Koping (KPNG): Pasien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri kronis yang dialami.
3. Fungsi Aktivitas Sehari-hari (FADS): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
4. Kualitas Hidup (KLHP): Pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dengan tetap dapat melakukan aktivitas yang penting bagi dirinya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, beberapa Intervensi Keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri (M0201):
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Mengidentifikasi strategi penatalaksanaan nyeri yang telah dilakukan oleh pasien.
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Memantau efektivitas intervensi dan memodifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
2. Dukungan Emosional (M0301):
- Mengidentifikasi respon emosional pasien terhadap nyeri kronis yang dialami.
- Memberikan dukungan psikologis dan mendengarkan secara aktif untuk membantu pasien mengekspresikan perasaannya.
- Mengajarkan teknik koping dan strategi untuk mengelola stres akibat nyeri kronis.
- Melibatkan keluarga/significant others dalam memberikan dukungan emosional.
3. Peningkatan Aktivitas (M0802):
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Mengembangkan rencana peningkatan aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan dan toleransi pasien.
- Mengajarkan teknik pengaturan aktivitas, seperti istirahat yang cukup, penggunaan alat bantu, dan pengelolaan energi.
- Memantau kemajuan pasien dalam melakukan aktivitas dan memodifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif tentang Diagnosis Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang Diharapkan SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang dapat diterapkan untuk mengelola kondisi nyeri kronis pada pasien. Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7829 | 04 Dec 2024
Klinis : Metode Jenis Penelitian Penelitian deskriptif/observasional Metode Pengumpulan Data Pengkajian keperawatan (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam pembersihan sekret atau obstruksi jalan napas.
- SLKI: Tujuan utama adalah mempertahankan jalan napas efektif.
- SIKI: Intervensi utama adalah Manajemen Jalan Napas.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Kondisi di mana individu rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Tujuan utama adalah mencegah atau mengendalikan infeksi.
- SIKI: Intervensi utama adalah Pencegahan Infeksi.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Tujuan utama adalah meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi utama adalah Manajemen Energi.
Penjelasan Singkat:
Metode Pengumpulan Data:
- Pengkajian keperawatan (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)
- Tone: akademis
- Persona: pakar, perawat
Jenis Penelitian:
Penelitian deskriptif/observasional, yang bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan suatu fenomena atau keadaan tanpa melakukan intervensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam pembersihan sekret atau obstruksi jalan napas, sehingga dibutuhkan tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas efektif.
2. Risiko Infeksi: Kondisi di mana individu rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen, sehingga dibutuhkan tindakan keperawatan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
3. Intoleransi Aktivitas: Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, sehingga dibutuhkan tindakan keperawatan untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 7830 | 04 Dec 2024
Klinis : Itu kan defisit nutrisi membaik kriteria hasil 1.porsi makan dihabiskan meningkat 2.Kekuatan otot mengunyah meningkat 3.Kekuatan otot menelan meningkat Sesuaikan SLKI nya defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi membaik
Penjelasan singkat sesuai standar SDKI - SLKI - SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi membaik merupakan keadaan di mana klien menunjukkan perbaikan dalam asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Defisit Nutrisi membaik adalah:
a. Porsi makan dihabiskan meningkat
b. Kekuatan otot mengunyah meningkat
c. Kekuatan otot menelan meningkat
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran Defisit Nutrisi membaik antara lain:
a. Memantau asupan nutrisi klien
b. Memfasilitasi klien untuk mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan
c. Mengoptimalkan fungsi otot pengunyah dan penelanan klien
d. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menyimpulkan bahwa kondisi ini menunjukkan perbaikan dalam status nutrisi klien, yang ditandai dengan peningkatan porsi makan yang dihabiskan, kekuatan otot mengunyah, dan kekuatan otot menelan. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain dapat membantu mempertahankan kemajuan ini dan mencegah terjadinya defisit nutrisi kembali. -
Article No. 7831 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang Laki-laki usia 47 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan diagnosa medis Asma Bronchial, pasien mengeluhkan sesak saat bernapas. Hasil pemeriksaan fisik terdapat suara wheezing dan ronchi dan penggunaan otot bantu napas. TB: 175 cm, BB: 53Kg, TD: 140/80 mmHg, frekuensi napas: 28 x/menit dan frekuensi nadi: 90x/menit. Pertanyaan: Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya menganalisis kondisi pasien tersebut dan menemukan bahwa masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama yang normal". Hal ini sesuai dengan keluhan utama pasien yang mengalami sesak napas, adanya suara wheezing dan ronchi, serta peningkatan frekuensi napas.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari penanganan masalah ini adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, yaitu frekuensi napas dalam batas normal (12-20 x/menit), tidak ada suara napas tambahan, dan tidak menggunakan otot bantu napas.
Selanjutnya, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Oksigenasi
3. Manajemen Respiratory
4. Edukasi Manajemen Asma
Dengan penerapan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dan mengurangi episode serangan asma yang dialaminya. -
Article No. 7832 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 35 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan batuk terasa berat lebih dari tiga minggu dan mengeluhkan sesak napas. Klien mengatakan kadang merasakan nyeri di dada dan dahaknya bercampur darah. hasil pemeriksaan fisik didapatkan auskultasi terdengar ronkhi, dan pasien sulit mengeluarkan dahak. TD: 130/80 mmHg, frekuensi napas: 28x/mnt, frekuensi nadi: 90 x/menit. Pertanyaan: Apa masalah keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar, saya akan memberikan diagnosaan keperawatan utama beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Masalah Keperawatan Utama:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien laki-laki usia 35 tahun mengalami keluhan batuk berat lebih dari tiga minggu, sesak napas, nyeri dada, dan dahak bercampur darah. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ronki pada auskultasi dan pasien sulit mengeluarkan dahak. Tanda-tanda vital juga menunjukkan peningkatan frekuensi napas.
Diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia). Kondisi ini dicirikan oleh ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, adanya benda asing, atau kelainan struktural.
Terkait SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari penanganan masalah ini adalah Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekresi. Sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dapat diterapkan antara lain Manajemen Jalan Napas, Manajemen Batuk, dan Manajemen Ventilasi.
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terukur untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien. -
Article No. 7833 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 35 tahun, dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan batuk terasa berat lebih dari tiga minggu dan mengeluhkan sesak napas. Klien mengatakan kadang merasakan nyeri di dada dan dahaknya bercampur darah. hasil pemeriksaan fisik didapatkan auskultasi terdengar ronkhi, dan pasien sulit mengeluarkan dahak. TD: 130/80 mmHg, frekuensi napas: 28x/mnt, frekuensi nadi: 90 x/menit. Pertanyaan: Apa masalah keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya menganalisis kasus yang Anda berikan dengan menggunakan format standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Berdasarkan gejala dan temuan yang Anda paparkan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
Diagnosis Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan secreti atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Batuk tidak efektif
- Sulit mengeluarkan dahak
- Terdengar suara napas tambahan (ronki)
Gejala dan Tanda Minor:
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Dahak bercampur darah
Kondisi lain yang mendukung masalah ini adalah peningkatan frekuensi napas dan nadi, serta tekanan darah yang relatif normal.
Diagnosis keperawatan ini menggambarkan ketidakmampuan klien untuk membersihkan sekresi dan mempertahankan jalan napas yang terbuka, yang dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut jika tidak segera ditangani. -
Article No. 7834 | 04 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia 47 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan mengeluhkan berat saat bernapas, pasien mengatakan jatuh dari sepeda motor, hasil pemeriksaan awal didapatkan ada otot bantu napas, wheezing, hasil dari perkusi didapat hiperesonan, dengan irama napas kusmaul, Frekuensi napas: 28x/menit, frekuensi nadi: 110x/menit dan TD: 140/80 mmHg. Pertanyaan: Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang dipaparkan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan nyaman, yang mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbon dioksida.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk masalah ini adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas normal, tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada wheezing atau ronki, dan tidak ada kesulitan dalam bernapas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Ventilasi
3. Pemantauan Respirasi
4. Oksigenasi
5. Edukasi Kesehatan terkait Pola Napas
Dengan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan dapat mengatasi gangguan pola napas yang dialami pasien dan mengembalikan pola napas yang efektif.