Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9832 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien pria berusia 45 tahun yang datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
Untuk kode ICD-9-CM prosedur atau tindakan medis, belum dapat ditentukan secara pasti karena informasi yang diberikan tidak mencakup tindakan spesifik yang dilakukan. Namun, beberapa prosedur yang mungkin dilakukan dalam penanganan kasus ini antara lain:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.21
- Deskripsi: Bronkoskopi
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologi dahak untuk tuberkulosis
Bronkoskopi mungkin dilakukan untuk memperoleh sampel jaringan atau cairan dari lesi di paru untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara pemeriksaan mikrobiologi dahak diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 9833 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret paru akibat tuberkulosis paru.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan menunjukkan parameter seperti frekuensi napas normal, irama napas teratur, bunyi napas normal, dan tidak ada sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen jalan napas: Mengatur posisi pasien, memfasilitasi batuk efektif, melakukan suction jika perlu, dan memantau status pernapasan.
- Terapi oksigen: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen batuk, pentingnya istirahat, dan nutrisi yang cukup.
Secara keseluruhan, pasien dengan tuberkulosis paru memerlukan penanganan yang komprehensif untuk mempertahankan jalan napas yang efektif, mengatasi komplikasi, dan mendukung proses pemulihan. -
Article No. 9834 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan perspektif keperawatan yang sesuai.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Produksi sekresi yang berlebihan, penyakit pernapasan kronis (tuberkulosis paru).
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit pernapasan kronis (tuberkulosis paru), malnutrisi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Indikator:
- Bebas dari sputum yang berlebihan
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada suara napas tambahan
b. Toleransi Aktivitas Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Indikator:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan berat badan yang signifikan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan fisik, dan status oksigenasi
- Auskultasi suara napas danidentifikasi adanya suara tambahan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat, seperti bronkodilator dan mukolitik
- Berikan posisi yang nyaman untuk memudahkan drainase sekresi
- Lakukan suction bila diperlukan
b. Intoleransi Aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Berikan istirahat yang cukup
- Atur aktivitas dan jadwalkan aktivitas sesuai toleransi
- Berikan gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein
- Ajarkan teknik menghemat energi saat beraktivitas
- Berikan motivasi dan dukungan psikologis untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Dengan penjelasan yang rinci di atas, diharapkan Anda dapat memahami langkah-langkah keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Sebagai seorang perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9835 | 26 Dec 2024
Klinis : Defisit nutriai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai intake nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial-ekonomi, atau lingkungan yang mempengaruhi asupan atau penggunaan nutrisi oleh tubuh.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari perawatan pasien dengan Defisit Nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
2. Berat badan sesuai standar
3. Tidak terjadi komplikasi terkait defisit nutrisi
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Nutrisi antara lain:
1. Analisis status nutrisi
2. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral
3. Edukasi tentang nutrisi yang adekuat
4. Monitoring asupan dan output nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan rencana diet
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi Defisit Nutrisi yang dialami. -
Article No. 9836 | 26 Dec 2024
Klinis : Ckd post dialisis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut saya paparkan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi CKD post dialisis:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan dispnea.
- Definisi: Kondisi di mana terdapat volume cairan yang berlebih dalam tubuh yang melebihi kebutuhan normal.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal yang mengganggu kemampuan ginjal untuk membuang kelebihan cairan dari tubuh.
- Tanda dan gejala: Edema, peningkatan berat badan, dispnea, kenaikan tekanan darah, distensi vena leher.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan malabsorbsi, ditandai dengan penurunan berat badan.
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Penyebab: Anoreksia, mual, malabsorbsi akibat penyakit ginjal kronis.
- Tanda dan gejala: Penurunan berat badan, penurunan massa otot, kadar albumin rendah.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
- Jumlah cairan masuk dan keluar seimbang
- Tidak ada edema
- Berat badan stabil
- Tidak ada gejala kelebihan cairan (dispnea, distensi vena leher)
- Target: Pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
2. Status Gizi Adekuat
- Indikator:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Intake nutrisi adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (kadar albumin normal, massa otot baik)
- Target: Pasien mencapai status gizi yang optimal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik dan dialisis jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
2. Manajemen Nutrisi
- Lakukan asesmen nutrisi komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi optimal
- Berikan makanan/suplemen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai
- Monitor status nutrisi secara berkala (berat badan, kadar albumin, dll.)
Penjelasan rinci:
Pasien dengan CKD post dialisis mengalami gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan nutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah kelebihan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Luaran yang diharapkan adalah pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal dan status gizi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen cairan (monitor input-output, pembatasan cairan, kolaborasi pemberian diuretik/dialisis) dan manajemen nutrisi (asesmen, kolaborasi ahli gizi, pemberian makanan/suplemen, edukasi diet). Intervensi ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan cairan dan status gizi yang optimal bagi pasien CKD post dialisis. -
Article No. 9837 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penyebab:
1. Agen cedera fisik
2. Agen cedera psikologis
3. Disfungsi neurotransmitter
4. Gangguan aliran darah
Gejala dan Tanda:
1. Ekspresi verbal tentang nyeri
2. Perubahan tanda-tanda vital
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan fungsi sensori
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkontrol
2. Tingkat kenyamanan meningkat
3. Kemampuan mengatasi nyeri meningkat
4. Kepuasan terhadap manajemen nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri farmakologis
2. Manajemen nyeri non-farmakologis
3. Monitoring tanda-tanda vital
4. Pendidikan manajemen nyeri
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, mengidentifikasi penyebab nyeri, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen nyeri secara farmakologis dan non-farmakologis untuk membantu pasien mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, kenyamanan yang meningkat, dan kepuasan terhadap pengelolaan nyerinya. -
Article No. 9838 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Nyeri: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Penyebab Nyeri: cedera, penyakit, atau prosedur medis
3. Faktor yang Mempengaruhi: psikologis, sosial, dan lingkungan
4. Respons Nyeri: perilaku verbal dan non-verbal, perubahan fisiologis, dan dampak pada fungsi dan kualitas hidup
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri
2. Tingkat Nyeri: intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien
3. Kualitas Hidup: kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: tindakan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri
2. Terapi Modalitas Nyeri: penggunaan terapi non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
3. Edukasi Pasien: pemberian informasi tentang nyeri dan strategi pengelolaan nyeri
Penjelasan:
Manajemen nyeri merupakan salah satu fokus utama dalam praktik keperawatan. Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien. Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan penilaian komprehensif terhadap nyeri, menetapkan tujuan perawatan, dan mengimplementasikan intervensi yang efektif untuk mengelola nyeri pasien. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kontrol nyeri, menurunkan tingkat nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9839 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi:
Kemampuan individu untuk mengontrol nyeri yang dialami.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri adalah kemampuan individu untuk mengenali, melaporkan, dan mengatasi nyeri yang dialami.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam manajemen nyeri adalah:
1. Individu dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri.
2. Individu dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
3. Individu dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam manajemen nyeri meliputi:
1. Pengkajian nyeri: menilai karakteristik, lokasi, durasi, dan intensitas nyeri.
2. Manajemen nyeri non-farmakologi: terapi musik, kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, dan terapi lainnya.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik atau intervensi lainnya.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri.
Sebagai seorang pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami konsep manajemen nyeri berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang berkaitan dengan masalah keperawatan. -
Article No. 9840 | 26 Dec 2024
Klinis : Kasus Pasien Retensio Plasenta Ny. A, berusia 28 tahun, gravida III, paritas II, melahirkan secara spontan 2 jam yang lalu di rumah sakit. Pasien belum mengeluarkan plasenta dan mengalami perdarahan sebesar 500 ml. Ia juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan demam (38°C). Pemeriksaan Awal Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120 denyut/menit, suhu 38°C, dan perut tegang serta nyeri. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) menunjukkan plasenta masih terpasang di uterus. Hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin (Hb) 8 g/dL dan anemia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan akut berhubungan dengan retensio plasenta.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat.
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
4. Penurunan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):
1. Risiko perdarahan akut berhubungan dengan retensio plasenta:
SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah berlebih dari saluran genital dalam waktu singkat.
SLKI: Hemoragik terkendali, Perfusi perifer membaik, Tekanan darah dalam batas normal.
SIKI: Manajemen perdarahan, Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian cairan IV, Kolaborasi dengan dokter.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat:
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Nyeri terkendali, Rileks, Kecemasan menurun.
SIKI: Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Edukasi tentang nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi:
SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI: Suhu tubuh normal, Tanda-tanda infeksi teratasi.
SIKI: Manajemen demam, Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian antipiretik.
4. Penurunan volume cairan berhubungan dengan perdarahan:
SDKI: Keadaan di mana jumlah cairan dalam tubuh kurang dari kebutuhan normal.
SLKI: Keseimbangan cairan terpenuhi, Vital sign stabil, Perfusi jaringan membaik.
SIKI: Manajemen cairan, Pemberian cairan IV, Pemantauan intake output, Kolaborasi dengan dokter. -
Article No. 9841 | 26 Dec 2024
Klinis : Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat ketidakmampuan tubuh mengatur suhu.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, obat-obatan, lingkungan yang panas.
Gejala yang Muncul: Demam, pusing, sakit menelan, batuk berdahak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
- Klien melaporkan tidak lagi mengalami pusing
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Demam
Tindakan:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
- Berikan obat antipiretik sesuai anjuran dokter
- Tingkatkan asupan cairan
- Dorong klien untuk beristirahat yang cukup
2. Manajemen Jalan Napas
Tindakan:
- Auskultasi suara napas
- Anjurkan klien untuk batuk dan bernapas dalam
- Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi nebulizer atau ekspektoran jika diperlukan
3. Edukasi Kesehatan
Tindakan:
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala hipertermia
- Ajarkan teknik manajemen demam dan jalan napas
- Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan dan istirahat yang cukup
- Anjurkan untuk segera kembali ke fasilitas kesehatan jika gejala tidak membaik atau memburuk
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia" dipilih karena adanya gejala demam yang bertahan selama 3 hari, disertai dengan pusing, sakit menelan, dan batuk berdahak. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh yang tidak dapat diregulasi dengan baik oleh tubuh.
Luaran SLKI yang diharapkan adalah "Suhu Tubuh Terkendali", di mana suhu tubuh kembali normal, tidak ada lagi tanda-tanda peningkatan suhu, dan klien tidak lagi mengalami pusing. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan telah efektif dalam mengatasi hipertermia.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Demam, Manajemen Jalan Napas, dan Edukasi Kesehatan. Manajemen Demam bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh melalui kompres, pemberian obat antipiretik, dan peningkatan asupan cairan. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang optimal melalui auskultasi, pemberian humidifikasi oksigen, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi nebulizer atau ekspektoran. Edukasi Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman klien tentang penyebab, tanda, dan gejala hipertermia, serta cara-cara manajemen yang dapat dilakukan.
Melalui intervensi yang komprehensif ini, diharapkan suhu tubuh klien dapat terkendali, gejala-gejala seperti pusing, sakit menelan, dan batuk berdahak dapat teratasi, sehingga klien dapat pulih secara optimal.