Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8029 | 05 Dec 2024
Klinis : keluhan tidut malam terganggu pada orang pneumonia Data subyktif dan data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi keluhan tidur malam terganggu pada orang dengan pneumonia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan kesulitan untuk tidur di malam hari
- Pasien merasa lelah dan mengantuk di siang hari
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah saat di tempat tidur
- Hasil pemeriksaan poligraf menunjukkan pola tidur yang terganggu
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat, dengan indikator pasien dapat tertidur dalam 30 menit, tidur tanpa gangguan selama 6-8 jam per malam, dan merasa segar saat terbangun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman, misalnya suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi seperti deep breathing, guided imagery, atau progressive muscle relaxation.
3. Edukasi Higiene Tidur: Memberikan edukasi kepada pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat.
4. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi dan monitoring pola tidur pasien secara berkala.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 8030 | 05 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, SLKI. SIKI dan kodenya, sertakan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah serta hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak, berikut adalah informasi yang dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis, karena kondisi ini umumnya ditangani secara konservatif dengan perawatan simptomatik.
3. Diagnosis SDKI:
- Risiko Infeksi berhubungan dengan paparan virus campak
4. Diagnosis NANDA:
- Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak
- Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan ruam akibat virus campak
5. Diagnosis SLKI:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan batuk kering akibat infeksi virus campak
6. Diagnosis SIKI:
- Manajemen Demam
- Manajemen Ruam
7. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi virus campak
- Pemeriksaan swab tenggorokan untuk identifikasi virus campak
8. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Pemberian obat antipiretik (misalnya paracetamol) untuk mengatasi demam
- Pemberian obat antihiistamin (misalnya loratadin) untuk mengurangi gejala ruam
- Pemberian obat mukolitik (misalnya bromheksin) untuk mengatasi batuk kering
Perawatan utama untuk pasien dengan dugaan campak adalah perawatan simptomatik dan supportif, dengan memantau tanda-tanda vital dan perkembangan gejala. Pemberian antibiotik hanya diperlukan jika terjadi infeksi sekunder. Pasien juga perlu diisolasi untuk mencegah penyebaran virus campak. -
Article No. 8031 | 05 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, SLKI. SIKI dan kodenya, sertakan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi b.d. paparan penyakit menular campak (SDKI: Risiko Infeksi)
Kode: 00004
2. Gangguan pola tidur b.d. demam tinggi (SDKI: Gangguan Pola Tidur)
Kode: 00198
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan tubuh (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Kode: 00092
Diagnosa ICD: B05 Campak
Diagnosa NANDA:
1. Risiko Infeksi
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Aktivitas
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah lengkap (termasuk hitung jenis leukosit)
2. Pemeriksaan titer antibodi terhadap virus campak
Terapi Farmakologis:
1. Antipiretik (contoh: paracetamol, ibuprofen)
2. Antihistamin (contoh: loratadin, cetirizin)
3. Antibiotik (jika ada infeksi sekunder)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi infeksi (SLKI: Bebas Komplikasi Infeksi)
2. Pola tidur membaik (SLKI: Pola Tidur Membaik)
3. Toleransi aktivitas meningkat (SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan antibiotik
- Edukasi pencegahan penularan
2. Manajemen Gangguan Pola Tidur
- Identifikasi penyebab gangguan tidur
- Intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur (contoh: manajemen lingkungan, relaksasi)
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan antihistamin
3. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas
- Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas (contoh: aktivitas bertingkat, manajemen energi)
- Kolaborasi dengan fisioterapis jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak ditandai dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Risiko Infeksi, Gangguan Pola Tidur, dan Intoleransi Aktivitas. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan titer antibodi terhadap virus campak. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah antipiretik, antihistamin, dan antibiotik (jika ada infeksi sekunder).
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien bebas dari komplikasi infeksi, pola tidur membaik, dan toleransi aktivitas meningkat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen risiko infeksi, manajemen gangguan pola tidur, dan manajemen intoleransi aktivitas. Hal ini bertujuan untuk mencegah komplikasi, meningkatkan kualitas tidur, dan memulihkan kondisi pasien secara keseluruhan. -
Article No. 8032 | 05 Dec 2024
Klinis : tidak tidur malam selama 3 hari pagi mandi dan kuku berwarna ungu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai pengalaman subjektif dan objektif dalam jumlah dan kualitas tidur yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur adalah pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
1. Asesmen faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur
2. Pengaturan lingkungan untuk mendukung tidur yang adekuat
3. Pemberian edukasi mengenai higiene tidur yang baik
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan.
Kondisi Anda yang ditandai dengan tidak tidur selama 3 hari, serta perubahan warna kuku menjadi ungu, dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan yang lebih serius. Saya sarankan Anda segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. -
Article No. 8033 | 05 Dec 2024
Klinis : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Pemeliharaan kesehatan tidak efektif" dari perspektif seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Pemeliharaan kesehatan tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mendapatkan bantuan untuk memelihara kesehatan". Karakteristik definisi ini mencakup ketidakmampuan pasien dalam memahami informasi kesehatan, mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan, dan mencari bantuan profesional saat dibutuhkan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk kondisi "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pemahaman Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman tentang informasi kesehatan yang relevan.
2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan tindakan untuk memelihara kesehatan.
3. Pencarian Bantuan Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mencari dan mendapatkan bantuan profesional kesehatan saat dibutuhkan.
Luaran-luaran ini menggambarkan perubahan yang diharapkan terjadi pada pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Edukasi Kesehatan
- Mengkaji pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kesehatan
- Memberikan informasi dan edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber informasi kesehatan yang dapat dipercaya
- Mendorong pasien untuk aktif bertanya dan terlibat dalam proses edukasi
2. Manajemen Perawatan Diri
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan tindakan perawatan diri
- Memberikan bimbingan dan latihan dalam melakukan perawatan diri yang tepat
- Membantu pasien mengidentifikasi hambatan dalam melakukan perawatan diri
- Mendorong pasien untuk secara aktif terlibat dalam perawatan dirinya
3. Fasilitasi Akses Pelayanan Kesehatan
- Mengkaji kemampuan pasien dalam mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia
- Mendampingi pasien dalam melakukan kunjungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan pemahaman, perilaku, dan kemampuan dalam memelihara kesehatannya secara efektif. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi proses ini dan memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8034 | 05 Dec 2024
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Penjelasan:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular adalah keadaan di mana aliran darah ke organ jantung dan pembuluh darah tidak adekuat, yang dapat menyebabkan dampak negatif pada fungsi jantung dan sirkulasi darah. Pada kasus hipertensi, peningkatan tekanan darah dapat mengganggu perfusi jaringan kardiovaskular dan meningkatkan risiko komplikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana ada penurunan aliran darah ke jantung dan pembuluh darah yang dapat mengganggu fungsi organ target.
Karakteristik Definisi: Adanya perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi denyut jantung, edema, nyeri dada, pusing, serta perubahan elektrokardiogram.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan kardiovaskular membaik, ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, frekuensi denyut jantung normal, tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada pusing, dan elektrokardiogram normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi utama: Manajemen hipertensi, yang meliputi pengaturan diet, aktivitas fisik, pemberian obat antihipertensi, serta pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk menerapkan intervensi keperawatan yang tepat guna membantu mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki perfusi jaringan kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi. -
Article No. 8035 | 05 Dec 2024
Klinis : TBC Tuberkulosis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis TBC Tuberkulosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15-A19
- Deskripsi: Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kode ICD-10 A15-A19 mencakup berbagai bentuk tuberkulosis, termasuk tuberkulosis paru, tuberkulosis ekstrapulmonal, dan tuberkulosis milier.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopik (termasuk kultur dan uji sensitivitas) spesimen dari saluran pernapasan untuk identifikasi mikobakteria
Prosedur ini mencakup pemeriksaan mikrobiologis (termasuk pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan uji sensitivitas) dari spesimen yang diambil dari saluran pernapasan, seperti sputum, untuk mengidentifikasi dan mendeteksi adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab tuberkulosis. -
Article No. 8036 | 05 Dec 2024
Klinis : DATA PRIMER : Data Wawancara Respon warga terhadap kader jumantik kurang optimal; warga terkesan abai terhadap arahan. Tingkat partisipasi warga dalam kegiatan posyandu rendah (40%-60%). Jumlah kader jumantik terbatas (2 kader untuk 3 RT), sehingga banyak rumah belum terjangkau pemeriksaan. Edukasi dan penyuluhan kurang efektif; hanya sebagian kecil warga yang benar-benar memahami risiko dan cara mencegah DBD. Data kuesioner Sebanyak 32,7% warga memiliki sikap kurang terhadap pencegahan DBD. Hanya 54,5% keluarga yang pernah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah. Sebanyak 29,2% warga belum pernah menerima informasi kesehatan, termasuk edukasi tentang DBD. DATA SEKUNDER : Data Literature Review Lingkungan mendukung perkembangan nyamuk, dengan genangan air di pot dan got tersumbat serta 6 rumah positif jentik dari 103 rumah yang diperiksa. Fasilitas umum seperti masjid dan WC umum ditemukan adanya jentik nyamuk. Pengelolaan sampah belum maksimal; sebagian warga masih membuang sampah sembarangan ke sungai. Data Observasi/Winshield Survey Desa memiliki riwayat KLB DBD 10 tahun lalu dan masih menjadi wilayah endemis, menunjukkan risiko tinggi kejadian serupa jika intervensi tidak dilakukan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang komprehensif untuk menangani kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Definisi: Ketidakmampuan komunitas untuk mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya partisipasi masyarakat, keterbatasan sumber daya, dan edukasi kesehatan yang tidak efektif.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, organ, atau sistem tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Lingkungan yang mendukung perkembangbiakan vektor penyakit (nyamuk Aedes aegypti).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Partisipasi Masyarakat Meningkat
- Indikator: Warga aktif terlibat dalam kegiatan posyandu dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah.
- Target: Tingkat partisipasi warga dalam kegiatan posyandu mencapai > 80%.
2. Pengetahuan Masyarakat Meningkat
- Indikator: Warga memahami risiko dan cara pencegahan DBD.
- Target: Minimal 80% warga memahami informasi kesehatan terkait DBD.
3. Lingkungan Bebas Vektor
- Indikator: Tidak ditemukan adanya jentik nyamuk di lingkungan rumah dan fasilitas umum.
- Target: Tidak ada ditemukan jentik nyamuk di >95% rumah dan fasilitas umum yang diperiksa.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Masyarakat
- Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan DBD.
- Melakukan edukasi kesehatan yang efektif melalui metode dan media yang sesuai.
- Meningkatkan jumlah kader jumantik yang terlatih untuk menjangkau seluruh area.
2. Pengendalian Lingkungan
- Melakukan pemeriksaan dan pengendalian sarang nyamuk secara rutin di lingkungan rumah dan fasilitas umum.
- Memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan drainase untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Melibatkan masyarakat dalam upaya pemantauan dan pengendalian vektor secara partisipatif.
Dengan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, kader kesehatan, dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, pengetahuan, dan lingkungan yang bebas dari vektor penyakit, sehingga dapat mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di wilayah tersebut. -
Article No. 7936 | 04 Dec 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi (SDKI):
Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal akibat kegagalan mekanisme thermoregulasi.
Faktor Terkait (SDKI):
- Proses infeksi
- Dehidrasi
- Lingkungan panas
- Kekurangan cairan dan elektrolit
- Kondisi medis tertentu (seperti malaria, sepsis, dll.)
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Suhu tubuh > 38°C
- Kulit merah, panas, dan kering
- Takikardia
- Peningkatan laju pernapasan
- Penurunan kesadaran
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Pasien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat hipertermia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit yang adekuat
- Berikan obat antipiretik jika diperlukan
- Terapkan metode pendinginan (kompres hangat, kipas angin, dll.)
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman
- Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen hipertermia
Kesimpulan:
Hipertermia merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal yang memerlukan pengelolaan keperawatan yang tepat. Standar keperawatan yang berlaku di Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan yang komprehensif dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengevaluasi kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 7937 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan resiko aspirasi ditandai dengan gangguan menelan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan risiko aspirasi yang ditandai dengan gangguan menelan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi
Definisi:
Risiko aspirasi adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami aspirasi, yaitu masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi ditandai dengan adanya gangguan fungsi menelan, penurunan kesadaran, disfagia, reflek batuk yang lemah, dan / atau kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan Risiko Aspirasi adalah:
1. Individu dapat menelan dengan aman
2. Individu terbebas dari komplikasi aspirasi
3. Individu menunjukkan peningkatan fungsi menelan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Aspirasi meliputi:
1. Pemantauan status respirasi dan fungsi menelan
2. Pengaturan posisi saat makan dan minum
3. Edukasi terkait teknik menelan yang aman
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan diet dan manajemen disfagia
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan asuhan yang diberikan.