Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8022 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klien An. Kevin yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penyempitan saluran pernapasan
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Tidak Efektif berhubungan dengan pembentukan sianosis
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kapasitas makan yang terbatas
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
Luaran yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Klien akan menunjukkan pola napas yang teratur dan tidak dangkal
- Klien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas
- Klien menunjukkan saturasi oksigen dalam batas normal
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Efektif
- Klien tidak mengalami sianosis
- Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
3. Status Nutrisi Adekuat
- Klien akan mencapai dan mempertahankan berat badan sesuai usia
- Klien dapat mengkonsumsi makanan dan minuman secara adekuat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Klien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif
- Klien tidak mengalami dispnea
- Suara napas bersih, tidak ada ronki atau wheezing
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penyempitan saluran pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau status pernafasan, tanda-tanda distres pernapasan, dan saturasi oksigen
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian terapi pernapasan (misalnya, nebulizer, suction)
2. Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Tidak Efektif berhubungan dengan pembentukan sianosis
- Pantau tanda-tanda vital, terutama denyut nadi dan saturasi oksigen
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi aliran darah dan ventilasi
- Kolaborasi pemberian obat-obatan yang meningkatkan perfusi, jika diperlukan
- Lakukan pemantauan EKG secara berkala
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kapasitas makan yang terbatas
- Berikan nutrisi melalui jalur enteral (misalnya, ASI) secara bertahap sesuai toleransi
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi, jika diperlukan
- Pantau asupan dan output cairan, berat badan, dan tanda-tanda malnutrisi
- Libatkan keluarga dalam upaya peningkatan asupan nutrisi
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
- Posisikan klien semi-fowler untuk memfasilitasi drainase sekret
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan terapi pernapasan (misalnya, nebulizer) untuk melembabkan jalan napas
- Kolaborasi pemberian obat-obatan mukolitik atau bronkodilator, jika diperlukan
Perawat akan terus memantau kondisi klien, melakukan intervensi keperawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan status kesehatan klien. -
Article No. 8023 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU. Sertakan DS DO
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Q21.3
- Deskripsi: Tetralogi Fallot
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 35.81
- Deskripsi: Pembedahan untuk perbaikan cacat jantung bawaan, meliputi Banding arteri pulmonal, Atrioseptostomi balon, Koreksi total tetralogi Fallot, dan sebagainya.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien An. Kevin, laki-laki berusia 2 bulan, memiliki gejala-gejala yang mencurigakan adanya kondisi Tetralogi Fallot, yaitu kelainan jantung bawaan yang terdiri dari 4 komponen: defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan posisi aorta yang overlapping. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gejala seperti sianosis, sesak napas, batuk, dan kelelahan saat menyusui.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu EKG, menunjukkan adanya deviasi aksis ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan hipertrofi atrium kanan, yang mendukung diagnosis Tetralogi Fallot. Tatalaksana yang diberikan juga sesuai, yaitu pemberian obat-obatan seperti piptazolum, amikasin, dan alprostadil, serta rencana untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti AGD, rontgen, MRI, dan konsultasi ke dokter spesialis jantung. -
Article No. 8024 | 05 Dec 2024
Klinis : An. Kevin laki-laki berumur 2 bulan dibawa ibunya (Ny. Ratih usia 24 tahun) ke klinik Anak di RS A pada tanggal 24 November 2024. Klien tampak lemah, nafas cepat ireguler dan digendong ibunya, dimulutnya terdapat empeng. Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek dan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam remiten di seluruh tubuh. Klien sering nafas cepat ireguler dan sianosis seluruh tubuh terutama saat menyusui, bergerak dan menangis. Saat menyusui, klien juga sering kelelahan, batuk dan aspirasi. Sehingga klien hanya dapat menyusui selama 20-30 menit. Klien mendapat ASI ekslusif dan ASI nya sangat banyak. Ibu klien menyusui setiap 2 jam sekali. Klien pernah diperiksa sebelumnya di praktek bidan satu minggu yang lalu, diberi obat paracetamol syrup. Demamnya turun tetapi timbul lagi. Klien juga sering terbangun dari tidurnya karena sesak nafas. Sesak napas terjadi secara bertahap dan bersifat progresif, yang berkurang setelah istirahat dan dinilai 3 menurut Skala Dispnea New York Heart Association (NYHA). Ibu klien mengatakan tidur klien sering digendong dengan posisi agak ditinggikan dan klien dapat tidur lama saat digendong. BAB dan BAK tidak ada kelaianan. BAB lunak 2-3 kali/hari, BAK tidak diketahui karena menggunakan pampers. Pasien adalah anak pertama dari Ny. Ratih (24 tahun) dan Tn. Roni (30 tahun). Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga seperti penyakit anaknya. ibu pasien pernah mengalami hepatitis C sebelum hamil dan anemia selama hamil pasien. Saat anemia, ibu pasien dirawat di RS dan mendapat terapi infus serta obat. Selama hamil, pasien tidak mengalami kelainan. Pasien lahir aterm, spontan dan asfiksia berat karena lilitan tali pusat. Imunisasi BCG, HB0, POLIO 1, DPT 1 telah diberikan. Pasien pernah dirawat karena sesak nafas berat dan DHF saat usia 5 minggu. Ayah pasien perokok dan obesitas. Nenek dari ibu pasien dan kakek dari Ayah pasien adalah saudara kandung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : Kesadaran compos mentis. Tampak lemah, tidak ada kejang, bentuk tubuh mesomorfik, seluruh tubuh teraba hangat dan sianosis. BB 4800 kg, TB 54 cm. Denyut jantung 146 kali/menit ireguler, respirasi 52 kali/menit dangkal dan ireguler, suhu 37,6 C, saO2 86% dalam udara ruangan. Kepala dan wajah simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada hematoma. Rambut tipis berwarna coklat. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, palpebra tidak edema, refleks pupil positif, refleks mengedip positif. Hidung simetris, tidak ada kelainan, terdapat rinorhea. Bibir dan membran mukosa mulut sianosis, simetris, tidak ada stomatitis, saliva positif, gigi belum tumbuh, refleks gag positif, refleks sucking dan rooting positif. Telinga bersih dan simetris, refleks startle positif. Leher simetris, tidak ada kelaianan, pergerakan leher aktif. Denyut nadi karotis teraba kencang dan ireguler. Dada simetris, terdapat retraksi dada minimal, bentuk dada silindris. Bunyi paru terdengar rales pada lobus paru dextra, jenis pernafasan yaitu dada, abdomen. terdapat krepitasi bilateral. BJ I lub, bunyi jantung II tunggal, disertai murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal. Detak jantung apeks terdapat di ICS 2 sinistra garis midclavicular. Abdomen datar dan lembut, tidak tampak pembuluh darah, bising usus 6 kali/menit, tidak ada splenomegali dan hepatomegali. Genitalia bersih dan tidak ada kelainan. Ekstrimitas atas dan bawah lengkap. Kekuatan otot seluruh ekstrimitas 4. Terdapat clubbing finger pada seluruh estrimitas. CRT 7 detik. Tidak ada hematoma, edema dan trombhoplebitis. Punggung dan Vertebra utuh dan simetris. Tidak ada tanda telengitetic nevi, Mongolian spot positif pada sacrum. Anal bersih dan tidak ada kelaianan. Refleks anal positif. Refleks patela positif, refleks bruzinkzi negarif, refleks babinski negatif, refleks trunk incurvation positif, refleks perez positif, refleks dance on step positif. Denyut nadi popliteal teraba kecil dan ireguler. pemeriksaan EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kanan, gelombang R dan S prominen, dan pola qR pada sadapan prekordial kanan. Hb 9,8 gr/dl. Diagnosa medis suspect tetralogy of fallot. DPJP memberikan piptazolum dua kali sehari, amikasin injeksi 28 mg/hari dan Alprostadil injeksi 1 ml dalam NaCl 9 mg 0,1 ml/jam. DPJP merekomendasikan klien rawat inap di R NICU, pemeriksaan AGD, pemeriksaan rontgen, MRI, konsul dokter SP.JP. Perawat memberikan O2 2 liter dengan kanul nasal, memasang IVFD RL 32 tpm mikrodrip, menganjurkan pada ibu klien untuk memposisikan klien dengan fowler dan knee chest sewaktu-waktu. Perawat membawa klien ke ruangan NICU. Sertakan DS DO
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi An. Kevin yang dideskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
- Gejala utama: Nafas cepat, ireguler, dan sianosis seluruh tubuh
- Gejala pendukung: Retraksi dada minimal, bunyi napas abnormal (rales), dan dispnea (skala NYHA 3)
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital (Tetralogi Fallot)
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Gejala utama: Lemah, mudah kelelahan saat menyusui
- Gejala pendukung: Dispnea saat beraktivitas, penurunan berat badan
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital dan anemia
3. Resiko Aspirasi (SDKI)
- Gejala utama: Batuk dan aspirasi saat menyusui
- Gejala pendukung: Reflek gag positif, saliva positif
- Penyebab: Penyakit jantung kongenital dan kelemahan otot
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan gejala-gejala yang muncul pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tujuan atau luaran yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai tujuan atau luaran yang telah ditetapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan pemutakhiran standar-standar tersebut.
Tone: Akademis, persona: pakar, nurse -
Article No. 8025 | 05 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kekurangan volume cairan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi:
Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kekurangan cairan dalam tubuh, yang disebabkan oleh asupan cairan yang tidak mencukupi atau kehilangan cairan yang berlebihan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Utama:
1. Intake cairan kurang dari kebutuhan
2. Turgor kulit buruk
3. Membran mukosa kering
4. Nadi cepat dan lemah
5. Hipotensi ortostatik
Faktor Terkait:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan (misalnya, diare, muntah, perdarahan)
2. Intake cairan tidak adekuat
3. Ketidakmampuan mengatur asupan cairan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan status hidrasi yang memadai
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Pasien melaporkan peningkatan rasa haus yang memadai
4. Pasien menunjukkan peningkatan turgor kulit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang komprehensif
Dalam pendekatan yang akademis, perawat sebagai pakar akan melakukan penilaian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada pasien. -
Article No. 8026 | 05 Dec 2024
Klinis : kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis:
Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan Volume Cairan
Definisi (SDKI):
Penurunan cairan intraseluler dan/atau ekstraseluler yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang melebihi asupan.
Faktor Terkait (SDKI):
- Kehilangan cairan gastrointestinal (seperti diare, muntah)
- Intake cairan tidak adekuat
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Intake cairan kurang dari output
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit menurun
- Denyut nadi cepat
- Tekanan darah menurun
Tujuan (SLKI):
- Pasien menunjukkan volume cairan tubuh yang adekuat
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
Intervensi (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan pasien
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital
2. Manajemen Gastroenteritis
- Kaji tanda dan gejala gastroenteritis
- Berikan obat anti diare atau anti muntah jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan banyak minum
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen gastroenteritis
Dengan menerapkan standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan dari PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi kekurangan volume cairan akibat gastroenteritis pada pasien. -
Article No. 8027 | 05 Dec 2024
Klinis : pasien datang sesak sejak 2 hari, pasien sesak memeberat sehingga pasien tidak bisa tidur saat malam hari keluhgan disertai batuk sejak 1 minggu dan nyeri dada kiri. nyeri dada tidak menjalar tidak tembus kle punggung, pasien mengatakan mengatakan riwayat penyakit jantung,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari, batuk, dan nyeri dada kiri, serta riwayat penyakit jantung, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, yang ditandai dengan:
1. Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas.
2. Pasien tidak mengalami sesak napas.
3. Pasien dapat tidur dengan nyenyak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen oksigenasi
3. Manajemen nyeri
4. Edukasi terkait penyakit jantung dan pengelolaannya
Dengan penanganan yang komprehensif sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang optimal dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8028 | 05 Dec 2024
Klinis : keluhan tidut malam terganggu pada orang pneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Definisi:
Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang memuaskan dan berkualitas.
Faktor-faktor Penyebab:
- Penyakit paru-paru (pneumonia)
- Nyeri
- Kecemasan
- Lingkungan yang tidak mendukung
- Gangguan fisiologis, seperti batuk, sesak napas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan tidur
- Manifestasi: Sulit memulai tidur, sering terbangun, bangun terlalu awal
- Penyebab: Penyakit paru-paru (pneumonia), nyeri, kecemasan, lingkungan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Tidur Terpelihara
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat, Pasien dapat tidur dengan nyaman, Pasien dapat beristirahat dengan cukup
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tidur
- Intervensi: Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, Ajarkan teknik relaksasi, Berikan analgesik atau obat tidur jika diperlukan, Monitor pola tidur pasien
Dalam konteks pneumonia, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur pasien, seperti sesak napas, batuk, dan nyeri. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk memfasilitasi tidur pasien, seperti mengatur posisi semi-fowler, memberikan bronkodilator, serta mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan memfasilitasi tidur. -
Article No. 8029 | 05 Dec 2024
Klinis : keluhan tidut malam terganggu pada orang pneumonia Data subyktif dan data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi keluhan tidur malam terganggu pada orang dengan pneumonia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan kesulitan untuk tidur di malam hari
- Pasien merasa lelah dan mengantuk di siang hari
Data Objektif:
- Pasien tampak gelisah saat di tempat tidur
- Hasil pemeriksaan poligraf menunjukkan pola tidur yang terganggu
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat, dengan indikator pasien dapat tertidur dalam 30 menit, tidur tanpa gangguan selama 6-8 jam per malam, dan merasa segar saat terbangun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman, misalnya suhu, pencahayaan, dan kebisingan.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi seperti deep breathing, guided imagery, atau progressive muscle relaxation.
3. Edukasi Higiene Tidur: Memberikan edukasi kepada pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat.
4. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi dan monitoring pola tidur pasien secara berkala.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 8030 | 05 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, SLKI. SIKI dan kodenya, sertakan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah serta hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak, berikut adalah informasi yang dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis, karena kondisi ini umumnya ditangani secara konservatif dengan perawatan simptomatik.
3. Diagnosis SDKI:
- Risiko Infeksi berhubungan dengan paparan virus campak
4. Diagnosis NANDA:
- Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak
- Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan ruam akibat virus campak
5. Diagnosis SLKI:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan batuk kering akibat infeksi virus campak
6. Diagnosis SIKI:
- Manajemen Demam
- Manajemen Ruam
7. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi virus campak
- Pemeriksaan swab tenggorokan untuk identifikasi virus campak
8. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Pemberian obat antipiretik (misalnya paracetamol) untuk mengatasi demam
- Pemberian obat antihiistamin (misalnya loratadin) untuk mengurangi gejala ruam
- Pemberian obat mukolitik (misalnya bromheksin) untuk mengatasi batuk kering
Perawatan utama untuk pasien dengan dugaan campak adalah perawatan simptomatik dan supportif, dengan memantau tanda-tanda vital dan perkembangan gejala. Pemberian antibiotik hanya diperlukan jika terjadi infeksi sekunder. Pasien juga perlu diisolasi untuk mencegah penyebaran virus campak. -
Article No. 8031 | 05 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, NANDA, SLKI. SIKI dan kodenya, sertakan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi b.d. paparan penyakit menular campak (SDKI: Risiko Infeksi)
Kode: 00004
2. Gangguan pola tidur b.d. demam tinggi (SDKI: Gangguan Pola Tidur)
Kode: 00198
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan tubuh (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Kode: 00092
Diagnosa ICD: B05 Campak
Diagnosa NANDA:
1. Risiko Infeksi
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Aktivitas
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah lengkap (termasuk hitung jenis leukosit)
2. Pemeriksaan titer antibodi terhadap virus campak
Terapi Farmakologis:
1. Antipiretik (contoh: paracetamol, ibuprofen)
2. Antihistamin (contoh: loratadin, cetirizin)
3. Antibiotik (jika ada infeksi sekunder)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi komplikasi infeksi (SLKI: Bebas Komplikasi Infeksi)
2. Pola tidur membaik (SLKI: Pola Tidur Membaik)
3. Toleransi aktivitas meningkat (SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan antibiotik
- Edukasi pencegahan penularan
2. Manajemen Gangguan Pola Tidur
- Identifikasi penyebab gangguan tidur
- Intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur (contoh: manajemen lingkungan, relaksasi)
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan antihistamin
3. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas
- Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas (contoh: aktivitas bertingkat, manajemen energi)
- Kolaborasi dengan fisioterapis jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak ditandai dengan gejala demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Risiko Infeksi, Gangguan Pola Tidur, dan Intoleransi Aktivitas. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan titer antibodi terhadap virus campak. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah antipiretik, antihistamin, dan antibiotik (jika ada infeksi sekunder).
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien bebas dari komplikasi infeksi, pola tidur membaik, dan toleransi aktivitas meningkat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen risiko infeksi, manajemen gangguan pola tidur, dan manajemen intoleransi aktivitas. Hal ini bertujuan untuk mencegah komplikasi, meningkatkan kualitas tidur, dan memulihkan kondisi pasien secara keseluruhan.