Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10033 | 29 Dec 2024
Klinis : Aktivitas program pendidikan kesehatan dengan topik “Pengkajian demam pada balita dan penanganannya di rumah”, mempunyai tujuan “setelah mengikuti uraian pendidikan kesehatan dan sesi praktik tentang demam pada balita dan penanganannya di rumah setiap peserta didik diharapkan dapat:”
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang terkait dengan aktivitas program pendidikan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
Dalam kasus ini, kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak spesifik) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi demam pada balita yang menjadi topik utama dari program pendidikan kesehatan tersebut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.05
- Deskripsi: Instruksi kesehatan, konseling pasien individual
Prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan program pendidikan kesehatan ini adalah instruksi kesehatan dan konseling pasien individual, yang dapat diwakili oleh kode ICD-9-CM 93.05. Prosedur ini mencakup kegiatan edukasi kesehatan dan praktik yang dilakukan untuk menginstruksikan dan membimbing peserta didik dalam memahami dan menangani demam pada balita di rumah.
Secara umum, program pendidikan kesehatan dengan topik "Pengkajian demam pada balita dan penanganannya di rumah" bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan peserta didik dalam mengelola kondisi demam pada balita di lingkungan rumah. Setelah mengikuti uraian pendidikan kesehatan dan sesi praktik, diharapkan setiap peserta didik dapat:
1. Mengenali gejala-gejala demam pada balita.
2. Memahami penyebab dan faktor risiko yang dapat menyebabkan demam pada balita.
3. Menerapkan langkah-langkah penanganan demam di rumah secara tepat dan aman.
4. Mengetahui kapan harus merujuk balita dengan demam ke fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Memberikan perawatan dan dukungan yang sesuai bagi balita dengan demam di lingkungan rumah.
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui program pendidikan kesehatan ini, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola dan menangani demam pada balita di rumah secara efektif, serta dapat mengurangi risiko komplikasi dan mencegah tindakan medis yang berlebihan. -
Article No. 10034 | 29 Dec 2024
Klinis : Setelah pengelolaan selama 8 minggu pada populasi remaja dengan perilaku cenderung berisiko, diperoleh hasil peningkatan sikap remaja dalam upaya untuk berhenti merokok . Perawat akan melakukan evaluasi terhadap perubahan perilaku remaja tersebut. Apakah cara yang tepat untuk melakukan evaluasi?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai dan kode ICD-9-CM untuk prosedur evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F17.1
- Deskripsi: Sindrom ketergantungan tembakau, dalam remisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V65.42
- Deskripsi: Konsultasi untuk penyuluhan pencegahan merokok
Penjelasan:
Dalam kasus ini, setelah pengelolaan selama 8 minggu pada populasi remaja dengan perilaku cenderung berisiko, diperoleh hasil peningkatan sikap remaja dalam upaya untuk berhenti merokok. Hal ini menunjukkan bahwa remaja tersebut berada dalam fase remisi dari sindrom ketergantungan tembakau, yang sesuai dengan kode ICD-10 F17.1.
Untuk evaluasi perubahan perilaku remaja, kode ICD-9-CM V65.42 untuk "Konsultasi untuk penyuluhan pencegahan merokok" dapat digunakan. Evaluasi dapat dilakukan melalui konsultasi dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya, yang akan menilai perubahan perilaku dan sikap remaja dalam upaya berhenti merokok. Evaluasi dapat mencakup hal-hal seperti:
1. Wawancara dan pengumpulan informasi tentang perilaku merokok remaja sebelum dan setelah intervensi.
2. Penilaian tingkat keinginan untuk berhenti merokok, kemajuan dalam mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi, dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan berhenti merokok.
3. Identifikasi faktor-faktor pendukung atau penghambat dalam proses berhenti merokok.
4. Pemberian umpan balik dan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan perubahan perilaku yang positif.
5. Perencanaan tindak lanjut dan intervensi tambahan jika diperlukan untuk membantu remaja tetap bertahan dalam upaya berhenti merokok.
Dengan pendekatan evaluasi yang komprehensif, perawat dapat memantau secara efektif perubahan perilaku remaja dan memberikan dukungan yang sesuai untuk membantu mereka mencapai keberhasilan dalam berhenti merokok. -
Article No. 10035 | 29 Dec 2024
Klinis : Sebuah Desa ditemukan data pada bulan Januari 2020, 55% KK (Kepala Keluarga) tidak mempunyai jamban, 35% KK tidak mempunyai tempat pembuangan sampah, 25% KK mengkonsumsi air yang tidak dimasak dan 20% balita menderita diarE. Apakah upaya promotif untuk menangani masalah tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan yang ditemukan di Desa tersebut, yaitu:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diasumsikan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk kondisi ini, karena ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan pendekatan promotif dan preventif.
Upaya promotif yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah:
1. Edukasi Masyarakat:
- Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan higiene yang baik, seperti penggunaan jamban yang layak, pengelolaan sampah yang tepat, dan pentingnya mengkonsumsi air bersih yang dimasak.
- Menjelaskan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang dapat timbul akibat kurangnya sanitasi dan higiene yang baik, terutama terkait dengan penyakit diare.
2. Penyediaan Fasilitas Sanitasi:
- Memfasilitasi pembangunan jamban dan tempat pembuangan sampah yang layak bagi masyarakat yang belum memiliki.
- Menyediakan akses air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat.
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat:
- Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program sanitasi dan higiene.
- Mendorong partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan fasilitas sanitasi yang ada.
4. Koordinasi dan Kolaborasi:
- Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, organisasi terkait, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program sanitasi dan higiene yang komprehensif.
- Membangun kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjamin keberlanjutan program dan memastikan efektivitas upaya promotif yang dilakukan.
Dengan pendekatan promotif yang komprehensif dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan masalah sanitasi dan higiene di Desa tersebut dapat diatasi secara bertahap dan berkelanjutan. -
Article No. 10036 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik karena ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
3. Kurang Pengetahuan tentang Kondisi Kesehatan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan kondisi, kebutuhan perawatan kesehatan, atau pengobatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Memberikan panduan standar untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan standar untuk hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Memberikan panduan standar untuk perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam memilih intervensi yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus pasien pria usia 45 tahun dengan tuberkulosis paru, perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan intervensi, hingga evaluasi hasil. -
Article No. 10037 | 29 Dec 2024
Klinis : 1. Nyeri akut b.d peregangan kapsul hati (D.0077) 2. Hipertermia b.d proses inflamasi (D.0108) 3. Ansietas b.d kurang informasi (D.0080)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Nyeri Akut b.d Peregangan Kapsul Hati (D.0077)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan melaporkan penurunan nyeri, mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan penurunan nyeri, dan mampu melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, relaksasi, terapi panas-dingin, dan edukasi tentang nyeri.
2. Hipertermia b.d Proses Inflamasi (D.0108)
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal sebagai respon terhadap stimulasi pusat pengatur suhu.
- SLKI: Pasien akan mencapai suhu tubuh dalam batas normal, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak mengeluhkan gejala-gejala terkait hipertermia.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan suhu tubuh, pemberian obat antipiretik, kompres hangat/dingin, dan edukasi tentang hipertermia.
3. Ansietas b.d Kurang Informasi (D.0080)
- SDKI: Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat ansietas, mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan penurunan ansietas, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan ansietas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian informasi, manajemen ansietas, terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
Dalam menyampaikan informasi ini, saya berusaha menggunakan nada akademis dan menyampaikannya dari perspektif seorang perawat/pakar. -
Article No. 10038 | 29 Dec 2024
Klinis : pusung, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pusung dan mual.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (NANDA-I: Nausea)
Definisi: Sensasi tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (NANDA-I: Ineffective Breathing Pattern)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penjelasan Singkat:
1. Mual (NANDA-I: Nausea)
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, kondisi medis (misalnya infeksi, gangguan gastrointestinal), stres emosional, atau peningkatan tekanan intrakranial.
- Karakteristik Definisi: Sensasi tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau perut, dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen mual, manajemen nutrisi, manajemen rasa nyaman.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (NANDA-I: Ineffective Breathing Pattern)
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan, atau gangguan neuromuskular.
- Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen jalan napas, manajemen oksigen, terapi pernapasan.
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (SIKI):
- Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI) untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 10039 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan hipokalemia di ruang icu dengan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan hipokalemia di ruang ICU dengan penurunan kesadaran:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan elektrolit: Hipokalemia
Penjelasan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan elektrolit: Hipokalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah di bawah normal, yang dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kelemahan, kelelahan, pusing, mual, dan penurunan kesadaran.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
- Outcome: Kadar kalium dalam darah kembali normal
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada gejala hipokalemia, kadar kalium dalam batas normal
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, termasuk pemberian suplemen kalium untuk mengoreksi hipokalemia
3. Manajemen Penurunan Kesadaran
- Melakukan pemantauan dan intervensi yang sesuai untuk mengatasi penurunan kesadaran, seperti mempertahankan jalan napas, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan terapi oksigen jika diperlukan.
Dalam penanganan pasien dengan hipokalemia di ruang ICU dengan penurunan kesadaran, perawat harus melakukan pemantauan ketat, pemberian terapi elektrolit yang sesuai, serta manajemen penurunan kesadaran untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan perbaikan kondisi pasien. -
Article No. 10040 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan hipokalemia di ruang icu dengan penurunan kesadaran, intervensi pemantauan elektrolit atau manajemen ketidakseimbangan elektrolit: hipokalemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya sebagai perawat profesional di Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan elektrolit: hipokalemia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan elektrolit: hipokalemia adalah kondisi penurunan konsentrasi kalium dalam cairan tubuh di bawah batas normal, yang dapat menyebabkan gejala seperti penurunan kesadaran, kelemahan otot, dan irama jantung tidak teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi pemantauan elektrolit atau manajemen ketidakseimbangan elektrolit: hipokalemia adalah pasien dapat mempertahankan kadar kalium dalam batas normal, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kesadaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan elektrolit secara berkala, pemberian suplemen kalium, dan manajemen cairan serta elektrolit. Perawat juga perlu melakukan edukasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi yang stabil dan pulih. -
Article No. 10041 | 29 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 32 tahun datang ke poliklinik Obsgyn. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan flek selama 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan pernah menderita fibroid selama kurang lebih 5 bulan. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit dalam keluarga, tidak pernah dirawat di rumah sakit, dan tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan. Siklus menstruasinya tidak teratur selama setahun terakhir. Selama 3 bulan terakhir, ia mengalami perdarahan menstruasi yang berkepanjangan dan peningkatan aliran darah. Dia menyangkal adanya masalah dengan makan dan minum dan dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Pasien mengalami nyeri perut bagian bawah selama 5 bulan terakhir, dengan nilai 6 pada skala nyeri, yang terjadi sebentar-sebentar sekitar 4-5 kali sehari dengan durasi 2 menit. Nyeri tersebut mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari ketika terjadi. Pasien menyatakan ketakutan tentang kondisi medisnya, karena dia telah menikah selama lima tahun tetapi belum hamil. Dia takut rahimnya akan diangkat di masa depan. Pasien telah menggunakan kontrasepsi suntik selama 2 tahun selama hubungan jarak jauh dengan suaminya karena pekerjaan, tetapi sekarang dia tidak menggunakan kontrasepsi karena dia ingin memiliki anak. Pasien dijadwalkan untuk menjalani operasi miomektomi laparoskopi besok. Dia tidak mengetahui proses operasi dan perawatan pasca operasi. Ia juga menanyakan apakah ia masih memiliki kesempatan untuk hamil dan meminta saran mengenai program kehamilan yang sesuai. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Dia melaporkan tidak ada masalah dalam hubungan seksualnya dengan suaminya, yang terjadi 1-2 kali seminggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 70 kali/menit, suhu 36,4°C, berat badan 51 kg, tinggi badan 150 cm, dan frekuensi napas 20 kali/menit. Teraba massa di daerah perut, sekitar 3 jari di bawah pusar. Hasil pemeriksaan ultrasonografi: Terlihat adanya fibroid uterus subserosa. Hasil pemeriksaan darah: Hb 9,2 g/dl, Ht 27,5%, RBC 5,38 x 10^6/HL, MCV 83,8 fl, MCH 19,2 pg, MCHC 34,5 g/dl, WBC 7,90 x 10^3/uL, trombosit 233 x 10^3/HL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (fibroid uterus)
2. Risiko Perdarahan
Definisi: Rentan mengalami kehilangan cairan darah yang berlebihan dari sistem vascular, dalam jumlah lebih besar dari batas normal.
Faktor yang berhubungan: Perubahan proses patologis (fibroid uterus)
3. Cemas
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap persepsi ancaman yang sangat mengganggu, dapat diidentifikasi sumber dan intensitasnya.
Faktor yang berhubungan: Ketakutan terkait kondisi medis (takut rahimnya akan diangkat, takut tidak dapat hamil)
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 6 menjadi skala 2 atau kurang.
- Pasien mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami perdarahan selama dan setelah prosedur operasi.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Pasien menunjukkan kadar hemoglobin dalam batas normal.
3. Cemas:
- Pasien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun.
- Pasien mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
- Pasien menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dalam menghadapi prosedur operasi dan perawatan pasca operasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengelola nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
2. Risiko Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
- Pantau jumlah dan karakteristik perdarahan.
- Berikan edukasi tentang tanda dan gejala perdarahan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penanganan perdarahan.
3. Cemas:
- Lakukan pengkajian kecemasan yang komprehensif.
- Berikan informasi yang jelas dan lengkap tentang prosedur operasi dan perawatan pasca operasi.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan, seperti relaksasi napas dalam.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan kecemasan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, pencegahan perdarahan, dan pengurangan kecemasan. Hal ini akan membantu pasien dalam menghadapi prosedur operasi dan meningkatkan kesempatannya untuk hamil di masa depan. -
Article No. 10042 | 29 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 32 tahun datang ke poliklinik Obsgyn. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan flek selama 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan pernah menderita fibroid selama kurang lebih 5 bulan. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit dalam keluarga, tidak pernah dirawat di rumah sakit, dan tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan. Siklus menstruasinya tidak teratur selama setahun terakhir. Selama 3 bulan terakhir, ia mengalami perdarahan menstruasi yang berkepanjangan dan peningkatan aliran darah. Dia menyangkal adanya masalah dengan makan dan minum dan dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Pasien mengalami nyeri perut bagian bawah selama 5 bulan terakhir, dengan nilai 6 pada skala nyeri, yang terjadi sebentar-sebentar sekitar 4-5 kali sehari dengan durasi 2 menit. Nyeri tersebut mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari ketika terjadi. Pasien menyatakan ketakutan tentang kondisi medisnya, karena dia telah menikah selama lima tahun tetapi belum hamil. Dia takut rahimnya akan diangkat di masa depan. Pasien telah menggunakan kontrasepsi suntik selama 2 tahun selama hubungan jarak jauh dengan suaminya karena pekerjaan, tetapi sekarang dia tidak menggunakan kontrasepsi karena dia ingin memiliki anak. Pasien dijadwalkan untuk menjalani operasi miomektomi laparoskopi besok. Dia tidak mengetahui proses operasi dan perawatan pasca operasi. Ia juga menanyakan apakah ia masih memiliki kesempatan untuk hamil dan meminta saran mengenai program kehamilan yang sesuai. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Dia melaporkan tidak ada masalah dalam hubungan seksualnya dengan suaminya, yang terjadi 1-2 kali seminggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 70 kali/menit, suhu 36,4°C, berat badan 51 kg, tinggi badan 150 cm, dan frekuensi napas 20 kali/menit. Teraba massa di daerah perut, sekitar 3 jari di bawah pusar. Hasil pemeriksaan ultrasonografi: Terlihat adanya fibroid uterus subserosa. Hasil pemeriksaan darah: Hb 9,2 g/dl, Ht 27,5%, RBC 5,38 x 10^6/HL, MCV 83,8 fl, MCH 19,2 pg, MCHC 34,5 g/dl, WBC 7,90 x 10^3/uL, trombosit 233 x 10^3/HL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
2. Perdarahan Uterus Abnormal berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
3. Risiko Infertilitas berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
4. Cemas berhubungan dengan kondisi medis dan rencana operasi miomektomi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Intervensi untuk mengatasi nyeri kronis yang disebabkan oleh adanya fibroid uterus subserosa.
- SIKI: Manajemen nyeri dengan pemberian analgesik, terapi modalitas, relaksasi, dan edukasi.
2. Perdarahan Uterus Abnormal berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
- SDKI: Perdarahan uterus yang melebihi batas normal, baik dalam volume, durasi, maupun frekuensi.
- SLKI: Intervensi untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal yang disebabkan oleh fibroid uterus subserosa.
- SIKI: Pemantauan perdarahan, pemberian terapi hormonal, dan edukasi.
3. Risiko Infertilitas berhubungan dengan adanya fibroid uterus subserosa
- SDKI: Kondisi yang memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami ketidakmampuan untuk membuahi atau melahirkan anak.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi risiko infertilitas akibat fibroid uterus subserosa.
- SIKI: Konseling tentang fertilitas, edukasi tentang rencana kehamilan, dan koordinasi dengan dokter spesialis.
4. Cemas berhubungan dengan kondisi medis dan rencana operasi miomektomi
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Intervensi untuk mengatasi kecemasan terkait kondisi medis dan rencana operasi miomektomi.
- SIKI: Terapi relaksasi, pemberian informasi, dan dukungan psikologis.
Secara umum, penatalaksanaan keperawatan untuk kondisi pasien ini akan fokus pada manajemen nyeri, pengendalian perdarahan, upaya peningkatan fertilitas, serta intervensi untuk mengurangi kecemasan. Kolaborasi yang erat dengan tim medis, terutama dokter spesialis, sangat diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.