Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10084 | 30 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan asi uda keluar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Produksi ASI
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, dimana pasien datang dengan ASI sudah keluar, maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah Ketidakefektifan Produksi ASI.
Definisi menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Ketidakmampuan untuk mempertahankan produksi ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Faktor yang berhubungan:
- Masalah menyusui
- Stres
- Nutrisi ibu yang kurang adekuat
- Penggunaan obat-obatan
Gejala dan Tanda:
- ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi
- Produksi ASI menurun
- Bayi tidak puas setelah menyusu
- Berat badan bayi tidak naik sesuai harapan
Rencana Keperawatan (SLKI):
- Edukasi tentang manajemen laktasi yang efektif
- Perbaiki posisi dan teknik menyusui
- Nutrisi ibu yang adekuat
- Manajemen stres
- Pemantauan produksi dan kebutuhan ASI bayi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Konseling laktasi
- Dukungan menyusui
- Peningkatan intake nutrisi ibu menyusui
- Manajemen stres
- Pemantauan intake dan output bayi
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 10085 | 30 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan lelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengatakan lelah.
Diagnosa Keperawatan:
Fatigue (Kelelahan)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan perasaan letih yang berkelanjutan, serta motivasi yang menurun untuk merespon terhadap situasi.
- Karakteristik: Perasaan letih, tidak adanya energi, penurunan dalam aktivitas, perubahan pola tidur, perubahan suasana hati, penurunan konsentrasi, penurunan produktivitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan energi, pola tidur yang memadai, dan penurunan rasa letih.
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup, dapat beristirahat dengan baik, dan menunjukkan peningkatan motivasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Energi: Membantu pasien dalam mengatur aktivitas dan istirahat untuk memaksimalkan energi.
b. Peningkatan Tidur: Memfasilitasi pola tidur yang adekuat untuk memulihkan energi.
c. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional untuk meningkatkan motivasi dan mengurangi rasa letih.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi tentang penyebab dan manajemen kelelahan.
Dalam kondisi ini, perawat berperan dalam melakukan assessment, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai, serta mengevaluasi hasil dari intervensi yang diberikan untuk membantu pasien mengatasi keluhan kelelahan. -
Article No. 10086 | 30 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh detak jantung janinnya yang berusia 27 minggu lemah setelah periksa di Puskesmas Playen II dan gerakan aktif sejak 2 hari yang lalu, kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari. Lamanya persalinan : persalinan berlangsung selama sekitar 4 jam, pukul 11.00 siang bayi sudah dilahirkan dengan melalui proses induksi dan bayi dinyatakan meninggal dunia Posisi fetus : sungsang Tipe kelahiran : jenis kelamin perempuan Masalah selama persalinan : pasien mengatakan merasa mual dan muntah di usia kehamilan 23 minggu Pasien mengatakan saat ini masih merasa sedih, terkadang menangis kalau inget anaknya karena kehamilan yang ketiga ini sudah direncanakan. Monosit 8.0 % (high)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun Diagnosis Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Fetus Berhubungan dengan Distres Janin
Penjelasan SDKI:
- Tujuan: Bayi baru lahir dapat mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan yang adekuat.
- Kriteria Hasil (SLKI):
- Terjaga hemodinamik
- Terjaga saturasi oksigen
- Tidak ada tanda-tanda distres janin
- Intervensi (SIKI):
- Pantau denyut jantung janin
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian terapi sesuai kondisi
2. Berduka Berhubungan dengan Kematian Bayi
Penjelasan SDKI:
- Tujuan: Pasien dapat beradaptasi dengan kehilangan dan mencapai resolusi berduka.
- Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien mengekspresikan emosi berduka
- Pasien mencari dukungan
- Pasien menunjukkan penerimaan atas kehilangan
- Intervensi (SIKI):
- Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan
- Fasilitasi pasien dalam proses berduka
- Kolaborasi pemberian terapi psikologis/konseling
Monosit 8.0% (high) menunjukkan adanya peningkatan kadar monosit dalam darah, yang dapat mengindikasikan adanya infeksi atau peradangan. Tone "akademis" dan persona "pakar, nurse" mengindikasikan bahwa jawaban ini diberikan dengan pengetahuan dan kemampuan keperawatan yang baik. -
Article No. 10087 | 30 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh detak jantung janinnya yang berusia 27 minggu lemah setelah periksa di Puskesmas Playen II dan gerakan aktif sejak 2 hari yang lalu, kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari. Lamanya persalinan : persalinan berlangsung selama sekitar 4 jam, pukul 11.00 siang bayi sudah dilahirkan dengan melalui proses induksi dan bayi dinyatakan meninggal dunia Posisi fetus : sungsang Tipe kelahiran : jenis kelamin perempuan Masalah selama persalinan : pasien mengatakan merasa mual dan muntah di usia kehamilan 23 minggu Pasien mengatakan saat ini masih merasa sedih, terkadang menangis kalau inget anaknya karena kehamilan yang ketiga ini sudah direncanakan. Monosit 8.0 % (high)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Berduka Dysfunctional
- Definisi: Respon individu terhadap kehilangan yang ditandai oleh gangguan proses normal dan sehat.
- Penyebab: Kematian bayi, Hilangnya peran atau fungsi, Kehilangan harapan atau impian.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Mual/muntah, Anoreksia, Malabsorbsi.
3. Cemas
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Krisis situasional, Perubahan status kesehatan, Kehilangan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Berduka Dysfunctional:
- Tingkat Berduka Menurun
- Ekspresi Rasa Berduka Membaik
- Kemampuan Mengatasi Berduka Meningkat
2. Keseimbangan Nutrisi
- Asupan Nutrisi Memadai
- Berat Badan Meningkat/Membaik
- Tidak Ada Tanda-Tanda Malnutrisi
3. Tingkat Kecemasan Menurun
- Kecemasan Terkontrol
- Mampu Mengungkapkan Perasaan
- Istirahat dan Tidur Membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Berduka Dysfunctional:
- Terapi Berduka
- Manajemen Rasa Duka
- Dukungan Emosional
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Manajemen Mual dan Muntah
- Pemantauan Nutrisi
- Terapi Gizi
3. Kecemasan:
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Dukungan Emosional
Penjelasan Rinci:
Pasien mengalami kehilangan bayi yang direncanakan, sehingga diagnosis keperawatan utama adalah Berduka Dysfunctional. Masalah ini dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan proses normal dan sehat dalam mengatasi kehilangan. Intervensi yang diperlukan adalah terapi berduka, manajemen rasa duka, dan dukungan emosional untuk membantu pasien beradaptasi dengan kehilangan yang dialami.
Pasien juga mengalami mual dan muntah selama kehamilan, sehingga berisiko mengalami Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Intervensi yang diperlukan adalah manajemen mual dan muntah, pemantauan nutrisi, dan terapi gizi untuk memastikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.
Selain itu, pasien juga mengalami kecemasan terkait dengan kehilangan bayinya. Diagnosis keperawatan Kecemasan perlu ditegakkan dan intervensi yang diperlukan adalah manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan dukungan emosional untuk membantu pasien mengatasi kecemasannya.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan kehilangan, mempertahankan status nutrisi yang baik, dan mengelola kecemasan sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 10088 | 30 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh detak jantung janinnya yang berusia 27 minggu lemah setelah periksa di Puskesmas Playen II dan gerakan aktif sejak 2 hari yang lalu, kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari. Lamanya persalinan : persalinan berlangsung selama sekitar 4 jam, pukul 11.00 siang bayi sudah dilahirkan dengan melalui proses induksi dan bayi dinyatakan meninggal dunia Posisi fetus : sungsang Tipe kelahiran : jenis kelamin perempuan Masalah selama persalinan : pasien mengatakan merasa mual dan muntah di usia kehamilan 23 minggu Pasien mengatakan saat ini masih merasa sedih, terkadang menangis kalau inget anaknya karena kehamilan yang ketiga ini sudah direncanakan pasien diberikan terapi sebagai berikut : Ranitidine, Amoxcilin, Metronidazole, Asam mefenamat 500 mg, dan Calcium lactate 500 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kematian Janin (SDKI)
- Definisi: Ancaman atau kemungkinan tinggi bahwa janin dalam rahim akan meninggal sebelum dilahirkan.
- Faktor Risiko: Posisi fetus sungsang, persalinan yang berlangsung lama, adanya komplikasi selama kehamilan (mual dan muntah).
2. Berduka Disfungsional (SDKI)
- Definisi: Respons maladaptif terhadap kehilangan yang dicirikan oleh distres emosional yang berkepanjangan dan mengganggu fungsi normal.
- Faktor Terkait: Kematian bayi, peristiwa kehilangan yang dirasakan sebagai terlalu berat.
3. Ansietas (SDKI)
- Definisi: Perasaan tak nyaman atau ancaman yang disebabkan oleh sumber yang tidak diidentifikasi.
- Faktor Terkait: Situasi yang tidak terduga, kondisi medis.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Kematian Janin (SDKI)
- SLKI: Pemantauan Kondisi Janin, Dukungan Emosional, Pengendalian Komplikasi Kehamilan.
- SIKI: Pemantauan Kesejahteraan Janin, Manajemen Komplikasi Kehamilan, Edukasi Penatalaksanaan Komplikasi Kehamilan.
2. Berduka Disfungsional (SDKI)
- SLKI: Dukungan Emosional, Terapi Bermas, Konseling.
- SIKI: Manajemen Berduka, Konseling Berduka, Terapi Dukungan.
3. Ansietas (SDKI)
- SLKI: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif.
- SIKI: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif.
Dalam penanganan kasus ini, perawat akan melakukan intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, dengan tujuan untuk memantau kondisi janin, mengelola komplikasi kehamilan, memberikan dukungan emosional, serta membantu pasien mengatasi berduka dan ansietas yang dialami. -
Article No. 10089 | 30 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh detak jantung janinnya yang berusia 27 minggu lemah setelah periksa di Puskesmas Playen II dan gerakan aktif sejak 2 hari yang lalu, kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari. Lamanya persalinan : persalinan berlangsung selama sekitar 4 jam, pukul 11.00 siang bayi sudah dilahirkan dengan melalui proses induksi dan bayi dinyatakan meninggal dunia Posisi fetus : sungsang Tipe kelahiran : jenis kelamin perempuan Masalah selama persalinan : pasien mengatakan merasa mual dan muntah di usia kehamilan 23 minggu Pasien mengatakan saat ini masih merasa sedih, terkadang menangis kalau inget anaknya karena kehamilan yang ketiga ini sudah direncanakan pasien diberikan terapi sebagai berikut : Ranitidine, Amoxcilin, Metronidazole, Asam mefenamat 500 mg, dan Calcium lactate 500 mg
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Uteroplasenta (00201)
- Definisi: Penurunan suplai darah dan oksigen ke janin yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti komplikasi kehamilan, kondisi ibu, atau komplikasi persalinan.
- Karakteristik Utama:
- Frekuensi denyut jantung janin menurun atau tidak terdengar
- Gerakan janin menurun atau tidak ada
- Gangguan aliran darah uteroplasenta
- Faktor Berhubungan:
- Posisi fetus sungsang
- Komplikasi persalinan (induksi)
- Durasi persalinan yang lama (4 jam)
2. Berduka yang Disfungsional (00115)
- Definisi: Respons maladaptif terhadap kehilangan yang ditandai dengan gangguan proses penerimaan kenyataan, reaksi emosional, atau fungsi sosial.
- Karakteristik Utama:
- Pasien mengatakan merasa sedih, terkadang menangis saat mengingat anak yang meninggal
- Faktor Berhubungan:
- Kematian bayi pada kehamilan yang direncanakan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Uteroplasenta (00201)
- Perfusi Jaringan: Tujuan Setelah Intervensi (1608)
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi denyut jantung janin stabil
- Gerakan janin membaik
- Aliran darah uteroplasenta membaik
- Pemantauan Janin: Tujuan Setelah Intervensi (1620)
- Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital janin dalam batas normal
- Gerakan janin adekuat
2. Berduka yang Disfungsional (00115)
- Proses Berduka: Tujuan Setelah Intervensi (1304)
- Kriteria Hasil:
- Pasien mengekspresikan perasaan sedih secara terbuka
- Pasien mampu menerima kenyataan kehilangan
- Pasien mampu beradaptasi dengan kehilangan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Uteroplasenta (00201)
- Pemantauan Janin (6740)
- Monitor tanda-tanda vital janin (denyut jantung, gerakan)
- Pantau aliran darah uteroplasenta
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut
- Manajemen Komplikasi (6650)
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan komplikasi (posisi sungsang, induksi persalinan)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komplikasi
2. Berduka yang Disfungsional (00115)
- Dukungan Emosional (5270)
- Berikan empati dan dukungan emosional kepada pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan sedih dan menangis
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
- Terapi Berduka (5290)
- Fasilitasi proses berduka pasien
- Bantu pasien menerima kenyataan kehilangan
- Bantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang adaptif
Demikian penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 10090 | 30 Dec 2024
Klinis : adhd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko melakukan tindakan yang dapat menyakiti diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau lainnya.
2. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu untuk memproses informasi, mengintegrasikan persepsi dan pemikiran, serta mengatasi masalah.
3. Gangguan Perhatian
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk memusatkan perhatian pada tugas atau situasi tertentu untuk periode waktu yang cukup lama.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan tersebut didasarkan pada SDKI yang merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu, keluarga, dan komunitas. Setiap diagnosa dilengkapi dengan definisi, karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan batasan karakteristik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait dengan luaran keperawatan, SLKI menyediakan standar yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian hasil intervensi keperawatan. Contoh luaran yang dapat diukur untuk pasien dengan ADHD adalah peningkatan konsentrasi, pengurangan perilaku impulsif, dan peningkatan kemampuan belajar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi, SIKI menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk pasien dengan ADHD antara lain terapi perilaku, pemberian obat-obatan, edukasi keluarga, dan manajemen lingkungan yang mendukung.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan standar-standar ini sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan ADHD. -
Article No. 10091 | 30 Dec 2024
Klinis : adhd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ADHD:
1. Gangguan Pemusatan Perhatian (00131)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan fokus perhatian pada tugas atau aktivitas yang dibutuhkan.
- Faktor Terkait: Perkembangan usia, perubahan lingkungan, stres, sistem saraf yang tidak matang.
- Karakteristik Definisi: Sulit berkonsentrasi, perhatian mudah teralihkan, sulit menyelesaikan tugas, mengabaikan detail, kesulitan mengikuti instruksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Terkendali (1406)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur atau mengendalikan perilakunya.
- Kriteria Hasil:
- Mempertahankan rentang perhatian yang sesuai.
- Menyelesaikan tugas secara mandiri.
- Menunjukkan perilaku sesuai dengan harapan.
- Melakukan rutinitas harian dengan lancar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas (4310)
- Definisi: Membantu klien untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas harian yang sesuai.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi aktivitas harian yang sesuai dengan kemampuan klien.
- Bantu klien menyusun jadwal aktivitas harian yang terstruktur.
- Berikan umpan balik positif saat klien berhasil menyelesaikan aktivitas.
- Pantau dan evaluasi kemajuan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Terapi Perilaku (4360)
- Definisi: Intervensi untuk mengubah perilaku menjadi lebih adaptif melalui teknik-teknik tertentu.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi perilaku yang perlu diubah dan tentukan tujuan terapi.
- Terapkan teknik penguatan positif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengendalikan impulsivitas.
- Libatkan keluarga dalam terapi perilaku untuk mendukung perubahan perilaku klien.
3. Stimulasi Sensori (6480)
- Definisi: Pemberian stimulus sensorik untuk meningkatkan respons dan fungsi sensorik klien.
- Aktivitas Keperawatan:
- Berikan aktivitas yang melibatkan berbagai modalitas sensorik (visual, auditori, taktil).
- Sesuaikan intensitas dan durasi stimulus berdasarkan toleransi klien.
- Pantau respons klien terhadap stimulasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan stimulasi sensorik di lingkungan rumah.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Gangguan Pemusatan Perhatian" menggambarkan kondisi klien dengan ADHD yang mengalami kesulitan memusatkan perhatian dan menyelesaikan tugas. Luaran/Output SLKI "Perilaku Terkendali" mengarahkan pada perbaikan kemampuan klien dalam mengatur dan mengendalikan perilakunya, sehingga dapat mempertahankan rentang perhatian, menyelesaikan tugas, dan melakukan rutinitas harian dengan lancar.
Intervensi Keperawatan SIKI yang diperlukan meliputi Manajemen Aktivitas untuk membantu klien merencanakan dan melakukan aktivitas harian secara terstruktur, Terapi Perilaku untuk mengubah perilaku menjadi lebih adaptif melalui teknik-teknik penguatan positif dan manajemen stres, serta Stimulasi Sensori untuk meningkatkan respons dan fungsi sensorik klien. Kolaborasi dengan keluarga juga diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku klien di lingkungan rumah.
Secara keseluruhan, pendekatan holistik yang melibatkan aspek kognitif, perilaku, dan sensorik diharapkan dapat membantu klien dengan ADHD mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 10011 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien gelisah sejak 2 hari ini Gelisah dan tidak bisa tidur Nyeri pada ulu hati dan perut kiri atas Nyeri seperti dituşuk-tusuk Demam tinggi sejak 3 hari ini Demam hilang timbul dan turun dengan penurun panas Batuk dan sesak disangkal Badan lemas BAB cair ada sudah 3 hari ini BAB lebih dari 8 kali air lebih banyak dari ampas BAB tidak ada lendir namun ada darah segar BAK tidak ada keluhan Anak Pasien mengatakan BAB cair sudah berulang dalam 6 bulan terakhir Hari minggu kemarin pasien cegukan dan dibawa ke RS Yarsi, diberikan obat cegukan hilang namun ma Sudah berulang dirawat di RS Yarsi karena BAB cair dan lemas Pasca stroke rawat di RS Yarsi pertengahan tahun 2024 lalu dan pasca stroke lemah anggota gerak kirt Menelan makanan dan minum sulit kadang terbatuk batuk Berat badan turun disangkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R45.1
- Deskripsi: Gelisah
- Kode: F51.0
- Deskripsi: Insomnia non-organik
- Kode: R10.13
- Deskripsi: Nyeri pada ulu hati dan perut kiri atas
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam tak terklasifikasi
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
- Kode: R53
- Deskripsi: Malaise dan keletihan
- Kode: K59.1
- Deskripsi: Diare persisten
- Kode: K92.2
- Deskripsi: Perdarahan gastrointestinal tak terklasifikasi
- Kode: R32
- Deskripsi: Inkontinensia urin tak terklasifikasi
- Kode: K21.9
- Deskripsi: Gastroesofageal reflux tanpa esofagitis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 91.61
- Deskripsi: Pemberian obat anti-mual dan anti-muntah
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang kompleks, termasuk gelisah, insomnia, nyeri perut, demam, malaise, diare persisten, dan perdarahan gastrointestinal. Beberapa diagnosis utama yang dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang dipaparkan adalah:
- Gangguan kecemasan (R45.1)
- Insomnia non-organik (F51.0)
- Nyeri perut (R10.13, R52)
- Demam tak terklasifikasi (R50.9)
- Diare persisten (K59.1)
- Perdarahan gastrointestinal tak terklasifikasi (K92.2)
- Inkontinensia urin tak terklasifikasi (R32)
- Gastroesofageal reflux tanpa esofagitis (K21.9)
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat stroke dengan keluhan menelan makanan dan minum sulit serta penurunan berat badan, yang perlu dievaluasi lebih lanjut. Prosedur medis yang telah diberikan adalah pemberian obat anti-mual dan anti-muntah (kode ICD-9-CM 91.61). -
Article No. 10012 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien gelisah sejak 2 hari ini Gelisah dan tidak bisa tidur Nyeri pada ulu hati dan perut kiri atas Nyeri seperti dituşuk-tusuk Demam tinggi sejak 3 hari ini Demam hilang timbul dan turun dengan penurun panas Batuk dan sesak disangkal Badan lemas BAB cair ada sudah 3 hari ini BAB lebih dari 8 kali air lebih banyak dari ampas BAB tidak ada lendir namun ada darah segar BAK tidak ada keluhan Anak Pasien mengatakan BAB cair sudah berulang dalam 6 bulan terakhir Hari minggu kemarin pasien cegukan dan dibawa ke RS Yarsi, diberikan obat cegukan hilang namun ma Sudah berulang dirawat di RS Yarsi karena BAB cair dan lemas Pasca stroke rawat di RS Yarsi pertengahan tahun 2024 lalu dan pasca stroke lemah anggota gerak kirt Menelan makanan dan minum sulit kadang terbatuk batuk Berat badan turun disangkat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan sekunder pascasterok
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal
3. Diare berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik pascasakit stroke
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi imun sekunder demam
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola napas efektif: pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa tanda-tanda distress pernapasan.
2. Kontrol nyeri: pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga level yang dapat diterima.
3. Keseimbangan cairan: pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan BAB dan BAK dalam batas normal.
4. Toleransi aktivitas: pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan mobilisasi sesuai kemampuan.
5. Bebas infeksi: pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Auskultasi suara napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Anjurkan posisi yang nyaman untuk pernapasan
2. Manajemen nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
3. Manajemen diare
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko diare
- Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Berikan diet rendah residu dan probiotik
4. Peningkatan mobilitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien
- Ajarkan latihan range of motion dan aktivitas bertahap
- Fasilitasi mobilisasi sesuai kemampuan pasien
5. Pencegahan infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan sekunder pascasterok
- Pasien mengalami kelemahan otot pernapasan sebagai dampak dari stroke sebelumnya, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pola pernapasannya.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang efektif.
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal
- Pasien mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk di ulu hati dan perut kiri atas, yang menunjukkan adanya proses penyakit pada sistem gastrointestinal.
- Tujuan intervensi adalah untuk menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri.
c. Diare berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal
- Pasien mengalami diare dengan frekuensi BAB lebih dari 8 kali per hari, dan ada riwayat diare yang berulang dalam 6 bulan terakhir, yang mengindikasikan adanya proses penyakit pada sistem gastrointestinal.
- Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengatasi penyebab diare.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik pascasakit stroke
- Pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri akibat stroke sebelumnya, sehingga dapat menimbulkan intoleransi terhadap aktivitas.
- Tujuan intervensi adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas sehari-hari.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi imun sekunder demam
- Pasien mengalami demam tinggi yang hilang timbul, yang dapat mengindikasikan adanya risiko infeksi akibat penurunan fungsi imun.
- Tujuan intervensi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
a. Pola napas efektif
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa tanda-tanda distress pernapasan.
- Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk mengatasi ketidakefektifan pola napas telah berhasil.
b. Kontrol nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga level yang dapat diterima.
- Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk mengatasi nyeri akut telah berhasil.
c. Keseimbangan cairan
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan BAB dan BAK dalam batas normal.
- Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk mengatasi diare telah berhasil.
d. Toleransi aktivitas
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan mobilisasi sesuai kemampuan.
- Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas telah berhasil.
e. Bebas infeksi
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi selama perawatan.
- Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk mencegah infeksi telah berhasil.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
a. Manajemen jalan napas
- Auskultasi suara napas untuk menilai pola pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat
- Anjurkan posisi yang nyaman untuk pernapasan, seperti posisi semi-Fowler
b. Manajemen nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri, seperti lokasi, intensitas, durasi, dan kualitas nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgetik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti teknik relaksasi
c. Manajemen diare
- Identifikasi penyebab dan faktor risiko diare, seperti infeksi gastrointestinal
- Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui pemberian cairan elektrolit dan nutrisi enteral
- Berikan diet rendah residu dan probiotik untuk memulihkan fungsi gastrointestinal
d. Peningkatan mobilitas
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien, termasuk fungsi motorik dan mobilitas
- Ajarkan latihan range of motion dan aktivitas bertahap untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
-