Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10064 | 30 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan Hipertensi.Lansia mengeluh sakit kepala karena tidak bisa tidur nyenyak saat malam hari karena merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dan takut akan terjadi komplikasi akibat hipertensi.Apakah pengkajian yang sesuai pada kondisi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi seorang perempuan usia 65 tahun dengan hipertensi yang mengeluh sulit tidur nyenyak karena khawatir dengan kondisi penyakitnya dan takut akan terjadi komplikasi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur (SDKI: Gangguan Pola Tidur)
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan fungsional.
Penyebab: Kecemasan terkait kondisi kesehatan.
2. Risiko Komplikasi Hipertensi (SDKI: Risiko Komplikasi Penyakit Kardiovaskuler)
Definisi: Rentan mengalami komplikasi yang mengancam jiwa sebagai akibat dari kondisi hipertensi.
Penyebab: Hipertensi yang tidak terkontrol.
Pengkajian yang sesuai:
1. Pengkajian pola tidur, termasuk durasi, kualitas, dan gangguan tidur.
2. Pengkajian tingkat kecemasan terkait kondisi hipertensi dan risiko komplikasi.
3. Pengkajian tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
4. Pengkajian gejala-gejala komplikasi hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan perubahan penglihatan.
5. Pengkajian faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kontrol hipertensi, seperti pola makan, aktivitas fisik, kepatuhan pengobatan, dan riwayat penyakit lain.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Tidur (SIKI: Manajemen Tidur)
Tujuan: Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.
Intervensi: Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, edukasi tentang teknik relaksasi, dan pengaturan lingkungan tidur yang nyaman.
2. Manajemen Hipertensi (SIKI: Manajemen Hipertensi)
Tujuan: Mencegah komplikasi dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan pengobatan.
Evaluasi (SIKI):
1. Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam tanpa gangguan.
2. Tidak ada tanda-tanda komplikasi hipertensi, dan tekanan darah pasien terkontrol dalam batas normal. -
Article No. 10065 | 30 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan Hipertensi.Lansia mengeluh sakit kepala karena tidak bisa tidur nyenyak saat malam hari karena merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dan takut akan terjadi komplikasi akibat hipertensi.Apakah pengkajian yang sesuai pada kondisi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pola Tidur (00198) berhubungan dengan rasa khawatir dan takut komplikasi hipertensi.
Definisi: Gangguan durasi dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Karakteristik Definisi: Sulit memulai tidur, terbangun di malam hari, rasa lelah/kelelahan saat bangun, keluhan/laporan gangguan tidur.
Pengkajian yang sesuai:
- Riwayat pola tidur sebelum dan saat ini
- Durasi dan kualitas tidur
- Waktu terbangun di malam hari
- Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur (stres, kecemasan, lingkungan, dll.)
- Tanda-tanda kelelahan saat bangun tidur
- Persepsi individu terhadap pola tidurnya
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Tidur Efektif (0004)
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan restoratif.
Indikator:
- Lama waktu tidur sesuai kebutuhan
- Bangun tidur merasa segar
- Tidur dan terjaga pada pola sirkadian yang sehat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Insomnia (6030)
Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatasi kesulitan memulai dan mempertahankan tidur.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia
- Ajarkan teknik relaksasi (pernafasan dalam, imajinasi terbimbing, dll.)
- Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Berikan dukungan emosional dan psikoedukasi terkait pentingnya tidur yang adekuat
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan
2. Manajemen Kecemasan (5820)
Definisi: Pemberian bantuan untuk mengurangi rasa takut, kekhawatiran, dan keprihatinan atau kegelisahan yang dialami individu.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab dan sumber kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
- Berikan dukungan emosional dan psikoedukasi terkait penyakit dan komplikasinya
- Dorong pengungkapan perasaan dan pikiran terkait kondisi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pola Tidur" dipilih karena lansia tersebut mengeluhkan kesulitan tidur nyenyak di malam hari yang disebabkan oleh rasa khawatir dan takut terhadap komplikasi hipertensi yang dideritanya. Pengkajian yang dilakukan mencakup riwayat pola tidur, kualitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Luaran yang diharapkan adalah "Pola Tidur Efektif", di mana lansia mampu mempertahankan pola tidur yang adekuat dan restoratif, yang ditandai dengan lama waktu tidur yang sesuai kebutuhan, bangun tidur merasa segar, dan tidur-terjaga pada pola sirkadian yang sehat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Insomnia" untuk membantu mengatasi kesulitan memulai dan mempertahankan tidur, serta "Manajemen Kecemasan" untuk mengurangi rasa takut dan khawatir yang dialami lansia terhadap kondisi penyakitnya. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab, mengajarkan teknik relaksasi, mengatur lingkungan tidur, memberikan dukungan emosional dan psikoedukasi, serta mengevaluasi efektivitas dan modifikasi intervensi jika diperlukan.
Dengan implementasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan lansia dapat memperoleh pola tidur yang efektif dan dapat mengelola kecemasan terkait kondisi hipertensinya dengan baik. -
Article No. 10066 | 30 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan Hipertensi.Lansia mengeluh sakit kepala karena tidak bisa tidur nyenyak saat malam hari karena merasa khawatir dengan kondisi penyakitnya dan takut akan terjadi komplikasi akibat hipertensi.Apakah pengkajian yang sesuai pada kondisi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal.
- Faktor yang berkontribusi: Kecemasan akibat kondisi hipertensi dan risiko komplikasi.
2. Kecemasan
- Definisi: Perasaan takut atau khawatir yang tidak jelas dan berkelanjutan.
- Faktor yang berkontribusi: Kekhawatiran akan kondisi hipertensi dan risiko komplikasi.
Pengkajian yang Sesuai:
1. Pola Tidur:
- Durasi tidur, waktu tidur, kualitas tidur, dan hambatan untuk tidur nyenyak.
- Gejala terkait, seperti sulit tertidur, sering terbangun, dan tidak merasa segar saat bangun.
2. Kecemasan:
- Tanda dan gejala kecemasan, seperti gelisah, sulit berkonsentrasi, dan perasaan khawatir.
- Faktor pemicu kecemasan, seperti kekhawatiran akan kondisi hipertensi dan risiko komplikasi.
- Dampak kecemasan terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Riwayat Kesehatan:
- Riwayat hipertensi, termasuk lama menderita, pengobatan, dan kontrol tekanan darah.
- Riwayat penyakit penyerta dan komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Status Fisiologis:
- Pengukuran tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
- Gejala terkait hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan mudah lelah.
Standar Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) PPNI:
- SDKI: Gangguan Pola Tidur dan Kecemasan
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur dan Pengurangan Kecemasan
- SIKI: Manajemen Tidur dan Manajemen Kecemasan
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh perawat meliputi intervensi farmakologis (obat tidur) dan non-farmakologis (teknik relaksasi, edukasi, dan dukungan psikososial) untuk mengatasi gangguan pola tidur dan kecemasan pada pasien lansia dengan hipertensi. -
Article No. 10067 | 30 Dec 2024
Klinis : DEFISIT NUTISI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Defisit Nutrisi dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Definisi Defisit Nutrisi menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Berat Badan: Indikator yang menggambarkan hasil pengukuran berat badan pasien.
2. Intake Nutrisi: Indikator yang menggambarkan jumlah asupan nutrisi yang dikonsumsi pasien.
3. Kadar Nutrisi dalam Darah: Indikator yang menggambarkan kadar zat gizi dalam darah pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatur asupan nutrisi pasien sesuai kebutuhan.
2. Edukasi Nutrisi: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait kebutuhan nutrisi pasien.
3. Pemantauan Nutrisi: Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk memantau status nutrisi pasien secara berkala.
Penerapan SDKI-SLKI-SIKI dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Defisit Nutrisi bertujuan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan status nutrisi pasien, peningkatan asupan nutrisi, serta kadar zat gizi dalam darah yang optimal. Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstandardisasi, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 10068 | 30 Dec 2024
Klinis : resiko bunuh diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko bunuh diri.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko bunuh diri adalah "Risiko Bunuh Diri". Diagnosis ini mengacu pada keadaan ketika individu memiliki niatan, niat, atau keinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Diagnosis ini didasarkan pada faktor-faktor risiko seperti depresi, kecemasan, riwayat percobaan bunuh diri, ketidakberdayaan, dan kurangnya dukungan sosial.
Luaran/Output SLKI:
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi risiko bunuh diri adalah:
1. Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor risiko bunuh diri.
2. Klien dapat menunjukkan strategi mengatasi keinginan bunuh diri.
3. Klien dapat menunjukkan peningkatan harga diri.
4. Klien dapat menunjukkan penurunan gejala depresi dan kecemasan.
5. Klien dapat melaporkan adanya dukungan sosial yang memadai.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada kondisi risiko bunuh diri adalah:
1. Pengkajian risiko bunuh diri: Mengkaji secara menyeluruh faktor-faktor risiko bunuh diri, riwayat percobaan bunuh diri, dan gejala depresi atau kecemasan.
2. Manajemen risiko bunuh diri: Mengembangkan rencana intervensi yang komprehensif untuk mengurangi risiko bunuh diri, termasuk penyediaan lingkungan aman, pengawasan yang ketat, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
3. Terapi kognitif-perilaku: Membantu klien mengidentifikasi dan menantang pemikiran negatif, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan meningkatkan harga diri.
4. Terapi suportif: Memberikan dukungan emosional, meningkatkan keterlibatan keluarga atau orang terdekat, dan memfasilitasi akses ke sumber daya komunitas yang relevan.
5. Edukasi kesehatan mental: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang depresi, kecemasan, dan risiko bunuh diri, serta strategi pencegahan dan penanganannya.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas didasarkan pada standar praktik keperawatan jiwa dan panduan praktik klinis yang diterapkan oleh para pakar dan praktisi keperawatan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu klien mengatasi risiko bunuh diri, meningkatkan kesejahteraan mental, dan mencapai hasil yang optimal dalam asuhan keperawatan. -
Article No. 10069 | 30 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga benanah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Infeksi Telinga Akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Infeksi Telinga Akut adalah keadaan dimana seseorang mengalami infeksi pada salah satu atau kedua telinga yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Gejala yang umum timbul adalah rasa sakit, telinga bernanah, dan gangguan pendengaran.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Infeksi Telinga Akut adalah pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan, seperti berkurangnya rasa sakit, jumlah nanah berkurang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Infeksi Telinga Akut meliputi:
1. Manajemen Nyeri: Mengelola rasa nyeri yang dirasakan pasien.
2. Perawatan Luka: Membersihkan dan merawat luka/infeksi pada telinga.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyebab, pencegahan, dan perawatan Infeksi Telinga Akut.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan atau tindakan lainnya yang diperlukan. -
Article No. 10070 | 30 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 32 tahun datang ke poliklinik Obsgyn. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan flek selama 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan pernah menderita fibroid selama kurang lebih 5 bulan. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit dalam keluarga, tidak pernah dirawat di rumah sakit, dan tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan. Siklus menstruasinya tidak teratur selama setahun terakhir. Selama 3 bulan terakhir, ia mengalami perdarahan menstruasi yang berkepanjangan dan peningkatan aliran darah. Dia menyangkal adanya masalah dengan makan dan minum dan dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Pasien mengalami nyeri perut bagian bawah selama 5 bulan terakhir, dengan nilai 6 pada skala nyeri, yang terjadi sebentar-sebentar sekitar 4-5 kali sehari dengan durasi 2 menit. Nyeri tersebut mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari ketika terjadi. Pasien menyatakan ketakutan tentang kondisi medisnya, karena dia telah menikah selama lima tahun tetapi belum hamil. Dia takut rahimnya akan diangkat di masa depan. Pasien telah menggunakan kontrasepsi suntik selama 2 tahun selama hubungan jarak jauh dengan suaminya karena pekerjaan, tetapi sekarang dia tidak menggunakan kontrasepsi karena dia ingin memiliki anak. Pasien dijadwalkan untuk menjalani operasi miomektomi laparoskopi besok. Dia tidak mengetahui proses operasi dan perawatan pasca operasi. Ia juga menanyakan apakah ia masih memiliki kesempatan untuk hamil dan meminta saran mengenai program kehamilan yang sesuai. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Dia melaporkan tidak ada masalah dalam hubungan seksualnya dengan suaminya, yang terjadi 1-2 kali seminggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 70 kali/menit, suhu 36,4°C, berat badan 51 kg, tinggi badan 150 cm, dan frekuensi napas 20 kali/menit. Teraba massa di daerah perut, sekitar 3 jari di bawah pusar. Hasil pemeriksaan ultrasonografi: Terlihat adanya fibroid uterus subserosa. Hasil pemeriksaan darah: Hb 9,2 g/dl, Ht 27,5%, RBC 5,38 x 10^6/HL, MCV 83,8 fl, MCH 19,2 pg, MCHC 34,5 g/dl, WBC 7,90 x 10^3/uL, trombosit 233 x 10^3/HL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Perdarahan Abnormal
3. Ketakutan
Penjelasan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (nyeri).
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien, seperti pengkajian nyeri, pemberian analgetik, terapi modalitas nyeri, dan manajemen nyeri.
2. Perdarahan Abnormal
- SDKI: Pendarahan dari vagina yang tidak normal dari segi jumlah, durasi, atau waktu.
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi perdarahan abnormal yang dialami pasien.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk menangani perdarahan abnormal, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan, dan perawatan higienis vagina.
3. Ketakutan
- SDKI: Respon terhadap ancaman yang disadari yang secara individu diakui sebagai bahaya.
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan ketakutan yang dialami pasien.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi ketakutan, seperti memberikan informasi, dukungan emosional, dan strategi koping.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri perut bagian bawah, perdarahan menstruasi yang berkepanjangan, dan ketakutan akan kondisi medisnya serta kemampuan untuk hamil di masa depan. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengkaji, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 10071 | 30 Dec 2024
Klinis : Tn. A 43 tahun dirawat karena ada beruntusan di sekitar dada kiri sampai dengan punggung sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu. Daerah beruntusan terasa nyeri dan tidak nyaman. Klien mengatakan nyeri terasa terus menerus dan bertambah nyeri bila tersentuh. Klien mengatakan badan terasa panas, sebelumnya sempat demam menggigil. Klien mengatakan tidurnya terganggu karena nyeri. Klien mengatakan tidak ada riwayat sakit lain. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan ataupun alergi terhadap obat-obatan. Klien mengatakan belum pernah rawat inap sebelumnya, belum pernah transfusi. Klien mengatakan di keluarganya tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan. Klien tampak lingkaran hitam di area bawah mata, sadar penuh. Klien juga mengatakan nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 (0-10 ), Hasil pengkajian: TTV: TD: 140/80 mmHg, suhu: 36.9°C, N: 84 x/menit, RR: 20x/menit. TB: 159 cm, BB: 63 kg. Pemeriksaan fisik: Klien mengatakan tidak ada keluhan saat bernapas. Pernafasan cuping hidung tidak ada, deviasi septum tidak ada, mucosa hidung tampak merah muda, secret tidak ada, polip tidak ada, tidak terpasang oksigen, tidak ada cyanosis, bentuk dada simetris, deviasi trachea tidak ada, retraksi dada tidak ada, dyspnea tidak ada. Daerah sinus paranasalis tidak ada nyeri tekan, taktil Fremitus antara getaran kiri dan kanan sama. Perkusi terdengar sonor. Suara napas saat auskultais terdengar vesikuler. Klien menyebutkan bahwa tidak pernah merasa nyeri dada kiri yang menjalar. Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada edema,clubbing of finger tidak ada,cyanosis tidak ada. CRT < 3 detik. Bunyi jantung I terdengar lup, bunyi jantung 2 terdengar dup, tidak ada bunyi jantung tambahan. Mulut dan bibir lembab, tampak ada stomatitis di mulut bagian atas, lidah bersih, gingivitis tidak ada, gusi tidak berdarah, tonsil normal, gigi tidak caries, gigi tanggal ada namun sudah terpasang gigi palsu, tidak terpasang NGT, bentuk abdomen normal, bayangan/gambaran bendungan pembuluh darah vena tidak ada, spider naevi tidak ada, tidak tampak distensi abdomen. Klien mengatakan bahwa nafsu makannya menjadi berkurang, karena memikirkan penyakitnya, takut tidak hilang bekasnya jika nanti sembuh. Saat dilakukan palpasi di abdomen, tidak teraba pembesaran organ dalam. Bising usus 12x/menit. BAB dan BAK lancar tidak ada keluahan. Bentuk tubuh normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran pada ujung-ujung ekstremitas atas ataupun bawah, lesi tidak ada. saat datang berobat tidak ditemukan masalah pada persarafan. Ekstremitas atas normal/simetris, bisa gerakan dengan baik, extremitas bawah normal/simetris dapat di gerakan dengan baik, tidak ada atrofi, rentang gerak/rom simentris, nilai kekuatan otot masing-masing sisi adalah maksimal. Terdapat beruntus-beruntus /vesikel-vesikel warna kemerahan berisi cairan bening sekitar dada kiri ( thoracal ke 6) menjalar ke punggung. Rambut warna hitam campur uban, distribusi baik, tidak rontok, potongan pendek, Kuku bersih, tampak pendek, Kulit bersih, lesi tidak ada, hanya sekitar daerah herpes terdapat vesicel- vesicel berwarna kemerahan, berisi cairan bening, Ptekhie tidak ada. tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau pun kelenjar limfe. Pada saat pengkajian klien tampak gelisah. Selama berinteraksi klien menjawab pertanyaan dengan jelas dan intonasi dalam bertutur kata baik. Klien mengatakan khawatir dan malu karna ada beruntusan di dadanya. Klien khawatir jika penyakit tersebut tidak segera hilang dan mnyebar makin luas. Tidak ada pemeriksaan laboratorium Terapi obat: acyclovir tab 5x800 mg, asam mefenamat 3x500 mg, cetirizine tab 1x10 mg, paracetamol 3x500 mg per oral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. A yang dideskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Penyebab: Kerusakan jaringan ditandai dengan vesikel-vesikel warna kemerahan berisi cairan bening di sekitar dada kiri dan punggung.
- Gejala: Nyeri terus-menerus dan bertambah nyeri bila tersentuh, skala nyeri 5 (0-10), riwayat demam dan menggigil, tidur terganggu.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Kerusakan jaringan akibat infeksi herpes zoster.
- Gejala: Adanya vesikel-vesikel warna kemerahan berisi cairan bening di sekitar dada kiri dan punggung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Nyeri yang digambarkan sebagai rasa sakit, nyeri yang dirasakan terus-menerus, nyeri yang bertambah saat tersentuh.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
- Karakteristik: Adanya lesi kulit berupa vesikel, eritema, eksudat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Indikator: Melaporkan penurunan intensitas nyeri, melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas, melaporkan peningkatan kemampuan untuk beristirahat.
2. Integritas Kulit Terpelihara
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan struktur dan fungsi epidermis dan dermis.
- Indikator: Tidak ada kerusakan pada kulit, tidak ada infeksi pada luka, tidak ada perubahan warna kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi atau meminimalkan nyeri yang dialami oleh klien.
- Tindakan: Identifikasi karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi, berikan analgesik sesuai indikasi.
2. Perawatan Luka
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memelihara integritas kulit dan mencegah komplikasi.
- Tindakan: Bersihkan luka, lakukan perawatan luka sesuai indikasi, pantau tanda-tanda infeksi. -
Article No. 10072 | 30 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan dada terasa berat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan dada terasa berat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Dada Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Dada Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di dada.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Dada Akut adalah pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Dada Akut antara lain:
1. Pengkajian nyeri komprehensif
2. Manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis
3. Pemberian posisi yang nyaman
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut
Harapan saya penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait kondisi pasien dengan keluhan dada terasa berat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 10073 | 30 Dec 2024
Klinis : Ny. L masuk RS pada tanggal 27 Desember 2024 dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum MRS, nyeri kepala seperti berdenyut-denyut, nyeri seluruh tubuh, mual dan muntah. Hasil pemeriksaan laboratorium mendapatkan nilai leukosit meningkat: 12.6 ribu/ul dan tes widal sebesar 1/320. Ny. L dirawat dengan diagnosa medis Thypoid Fever.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. L:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
- Gejala yang dialami Ny. L: demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Gejala yang dialami Ny. L: nyeri kepala seperti berdenyut-denyut, nyeri seluruh tubuh.
3. Mual
- Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan dari desakan untuk muntah.
- Gejala yang dialami Ny. L: mual dan muntah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Luaran/Output: Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
- Indikator:
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36.5-37.5°C)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Nyeri Akut
- Luaran/Output: Kontrol Nyeri
- Indikator:
- Nyeri berkurang atau hilang
- Deskripsi nyeri berkurang
- Aktivitas sehari-hari tidak terganggu
3. Mual
- Luaran/Output: Tidak Ada Mual
- Indikator:
- Tidak ada sensasi mual
- Tidak ada muntah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia
- Intervensi:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian antipiretik sesuai resep
- Pemberian kompres hangat/dingin
- Edukasi tentang manajemen hipertermia
2. Nyeri Akut
- Intervensi:
- Pengkajian nyeri komprehensif
- Pemberian analgesik sesuai resep
- Teknik relaksasi
- Edukasi tentang manajemen nyeri
3. Mual
- Intervensi:
- Pengkajian mual dan muntah
- Pemberian antiemetik sesuai resep
- Pengaturan posisi tidur
- Edukasi tentang manajemen mual dan muntah
Semoga penjelasan yang saya berikan dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.