Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8188 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang berhubungan: Agen pencedera fisik (episiotomi).
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang nyeri
- Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
- Perubahan tanda-tanda vital
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
Faktor yang berhubungan: Perubahan status kesehatan.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang perasaan cemas
- Perilaku gelisah
- Peningkatan ketegangan otot
3. Gangguan Pola Elimnasi Urin
Definisi: Gangguan dalam eliminasi urin yang tidak sesuai dengan pola normal.
Faktor yang berhubungan: Trauma pada perineum.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang kesulitan dalam eliminasi urin
- Perubahan frekuensi dan volume urin
- Nyeri saat berkemih
4. Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Hambatan dalam kemampuan ibu dan bayi untuk melakukan praktik menyusui yang efektif dan memuaskan.
Faktor yang berhubungan: Keterlambatan produksi ASI.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang ketidakpuasan terhadap proses menyusui
- Ketidakefektifan menyusui
- Berat badan bayi tidak sesuai dengan usia
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Ketiga standar ini (SDKI, SLKI, SIKI) merupakan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8189 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Ny. A yang baru melahirkan 6 jam yang lalu, saya memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma perineum akibat episiotomi.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan ekspresi wajah rileks, dan dapat beristirahat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, kompres hangat pada area perineum, dan kolaborasi pemberian analgetik.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran menjadi seorang ibu.
Penjelasan:
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menunjukkan ekspresi wajah tenang, dan dapat beradaptasi dengan peran baru.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi suportif, manajemen kecemasan, dan konseling.
3. Ketidakefektifan Menyusui berhubungan dengan belum keluar ASI.
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan bayi untuk menghisap atau mempertahankan posisi untuk memperoleh asupan nutrisi yang memadai dari ibu.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat memposisikan bayi dengan benar, bayi dapat melekat dan menghisap puting dengan baik, serta volume ASI yang dikeluarkan meningkat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain dukungan menyusui, edukasi teknik menyusui yang benar, dan kolaborasi dengan konselor laktasi.
Harapan saya, penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) untuk kasus Ny. A. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 8190 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan (episiotomi) ditandai dengan Ny. A mengeluhkan nyeri di area perineum.
2. Takut berhubungan dengan kemampuan untuk buang air kecil ditandai dengan Ny. A merasa takut untuk buang air kecil.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur normal ditandai dengan Ny. A belum beradaptasi dengan pola tidur baru setelah melahirkan.
4. Ketidakefektifan Menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan menyusui ditandai dengan Ny. A mengatakan ASI nya belum keluar dan takut menyusui bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
2. Takut: Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab rasa takut dan mampu mengatasinya.
3. Pola Tidur: Pasien dapat beradaptasi dengan pola tidur baru dan dapat beristirahat dengan cukup.
4. Kemampuan Menyusui: Pasien dapat menyusui bayi dengan teknik yang benar dan produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk menurunkan nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik jika diperlukan
2. Takut:
- Kaji penyebab rasa takut pasien
- Berikan informasi dan edukasi terkait proses penyembuhan dan perawatan yang akan dilakukan
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan dan relaksasi
3. Pola Tidur:
- Kaji pola tidur sebelum dan sesudah melahirkan
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk istirahat
- Anjurkan pasien untuk mengatur jadwal tidur dan bangun yang teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
4. Kemampuan Menyusui:
- Kaji pengetahuan dan keterampilan menyusui pasien
- Berikan edukasi dan bimbingan teknik menyusui yang benar
- Anjurkan pasien untuk menyusui bayi segera setelah lahir
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi jika diperlukan
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Nyeri Akut:
- Nyeri akut sering terjadi pada ibu post partum, terutama pada kasus episiotomi. Pengkajian nyeri komprehensif perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi.
- Pemberian tindakan farmakologis dan non-farmakologis dapat membantu mengurangi nyeri. Tindakan farmakologis dapat berupa analgesik, sedangkan tindakan non-farmakologis dapat berupa kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Pasien perlu diajarkan teknik relaksasi dan distraksi agar dapat mengatasi nyeri secara mandiri.
- Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk pemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Takut:
- Rasa takut yang dialami pasien dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang proses penyembuhan dan perawatan yang akan dilakukan.
- Memberikan informasi dan edukasi yang jelas dan terperinci dapat membantu mengurangi rasa takut pasien.
- Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional juga dapat membantu pasien dalam mengatasi rasa takut.
- Pasien perlu diajarkan teknik manajemen kecemasan dan relaksasi agar dapat mengatasi rasa takut secara mandiri.
3. Pola Tidur:
- Pengkajian pola tidur sebelum dan sesudah melahirkan perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk istirahat, seperti menjaga ketenangan dan kenyamanan ruangan, dapat membantu pasien beristirahat dengan cukup.
- Anjuran untuk mengatur jadwal tidur dan bangun yang teratur dapat membantu pasien beradaptasi dengan pola tidur baru.
- Kolaborasi dengan dokter diperlukan jika pemberian obat tidur diperlukan untuk membantu pasien beristirahat.
4. Kemampuan Menyusui:
- Pengkajian pengetahuan dan keterampilan menyusui pasien perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan edukasi dan bimbingan.
- Memberikan edukasi dan bimbingan teknik menyusui yang benar, seperti posisi dan lama menyusui, dapat membantu pasien meningkatkan kemampuan menyusui.
- Anjuran untuk menyusui bayi segera setelah lahir dapat membantu merangsang produksi ASI.
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi diperlukan jika terdapat kendala dalam produksi ASI atau perkembangan bayi. -
Article No. 8191 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny A adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Episiotomi medio-lateral grade 2.
2. Takut
Definisi: Respon terhadap ancaman yang diidentifikasi yang secara sadar disadari sebagai bahaya.
Penyebab: Takut buang air kecil karena nyeri di daerah perineum.
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghisap, mengisap, atau mempertahankan lekatan yang efektif pada puting susu, yang dapat mengakibatkan gangguan pada suplai nutrisi.
Penyebab: Belum ada keluarnya ASI dan ketakutan ibu untuk menyusui bayi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Tingkat nyeri menurun
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area episiotomi
- Ibu dapat beraktivitas sehari-hari tanpa kendala nyeri
2. Takut
- Ibu dapat mengungkapkan ketakutannya
- Ibu dapat mengenali faktor-faktor penyebab rasa takut
- Ibu dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi rasa takut
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu
- Ibu dapat menyusui bayinya dengan efektif
- Produksi ASI ibu meningkat
- Bayi mendapatkan nutrisi yang cukup
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
- Anjurkan ibu untuk melakukan teknik distraksi dan relaksasi
- Perawatan Luka
- Lakukan perawatan luka episiotomi secara aseptik
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan area luka
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan
2. Takut
- Dukungan Emosional
- Bina hubungan saling percaya dengan ibu
- Dengarkan dan beri kesempatan ibu untuk mengungkapkan kekhawatirannya
- Berikan reassurance dan validasi perasaan ibu
- Manajemen Kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu
- Manajemen Laktasi
- Kaji pola menyusu ibu dan bayi
- Bantu ibu untuk melakukan teknik menyusui yang benar
- Edukasi ibu tentang manfaat dan teknik menyusui
- Perawatan Payudara
- Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara
- Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang membantu produksi ASI
- Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan pemberian obat perangsang ASI
Penjelasan ini mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang relevan dengan kondisi Ny A. Harapan saya, penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 8123 | 07 Dec 2024
Klinis : Resiko Infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat profesional akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi "Resiko Infeksi" sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Resiko Infeksi" adalah:
a. Resiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Prosedur invasif, sistem kekebalan tubuh yang lemah, malnutrisi, usia ekstrim, lingkungan yang tidak higienis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk kondisi "Resiko Infeksi" adalah:
a. Kontrol Infeksi
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
Kriteria Hasil:
- Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
- Mendemonstrasikan perilaku pencegahan infeksi yang tepat
- Menunjukkan pemahaman tentang faktor risiko infeksi
- Mempertahankan integritas kulit/membran mukosa
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Kontrol Infeksi" pada kondisi "Resiko Infeksi" adalah:
a. Pencegahan Infeksi
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
Aktivitas Keperawatan:
- Mengidentifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Mendorong pasien untuk menjaga kebersihan tangan
- Memastikan penggunaan teknik aseptik saat melakukan prosedur invasif
- Memantau tanda dan gejala infeksi
- Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Memastikan kebersihan lingkungan perawatan pasien
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan untuk kondisi "Resiko Infeksi", perawat perlu memperhatikan faktor-faktor risiko yang ada pada pasien, memastikan penerapan tindakan pencegahan infeksi yang tepat, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi. Hal ini bertujuan untuk mencapai luaran "Kontrol Infeksi" dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat infeksi. -
Article No. 8124 | 07 Dec 2024
Klinis : TBC
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tuberkulosis (TBC).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Ketidakefektifan pola napas
3. Intoleransi aktivitas
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi pengeluaran sekresi dan mempertahankan jalan napas yang bebas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dan mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Ketidakefektifan pola napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama, kedalaman, dan kecepatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat dan mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat dan mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi individu agar dapat melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi individu agar dapat melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
Dalam konteks pasien dengan TBC, diagnosa keperawatan di atas menggambarkan permasalahan utama yang sering ditemui, yaitu terkait dengan gangguan pernapasan dan aktivitas. Perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah tersebut dan membantu pasien mencapai kesembuhan yang optimal. -
Article No. 8125 | 07 Dec 2024
Klinis : gangguan mengelolaan mood dan depresi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi tersebut.
I. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi gangguan pengelolaan mood dan depresi adalah:
1. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Gangguan dalam fungsi kognitif yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berpikir secara jernih, logis, dan koheren.
Karakteristik Umum: Pikiran yang tidak rasional, perubahan dalam kemampuan berkonsentrasi, perubahan dalam kemampuan membuat keputusan.
2. Koping Individu Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi kognitif dan/atau perilaku yang dapat membantu mengatasi tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal.
Karakteristik Umum: Kecemasan, depresi, ketidakmampuan menyelesaikan masalah.
Kedua diagnosa tersebut mencerminkan gangguan pada proses kognitif dan emosional yang sering terjadi pada kondisi depresi dan mood disorder.
II. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Pikir Membaik
Hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat berpikir secara logis dan rasional
- Pasien mampu berkonsentrasi dengan baik
- Pasien dapat membuat keputusan dengan tepat
2. Koping Efektif
Hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat mengelola kecemasan dan depresi dengan baik
- Pasien mampu menyelesaikan masalah secara adaptif
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan beradaptasi dengan tuntutan internal maupun eksternal
Luaran-luaran ini mencerminkan perbaikan pada fungsi kognitif dan kemampuan koping pasien sehingga dapat membantu mengatasi gangguan mood dan depresi.
III. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Terapi Perilaku Kognitif
- Membantu pasien mengidentifikasi dan memodifikasi pikiran irasional
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Memfasilitasi pasien dalam memecahkan masalah secara efektif
2. Terapi Suportif
- Memberikan dukungan emosional dan empati kepada pasien
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan berbagi pengalaman
- Mengidentifikasi sumber daya dan kekuatan yang dimiliki pasien
3. Manajemen Obat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi farmakologi yang sesuai
- Memantau efek dan efektivitas obat serta efek samping yang mungkin timbul
- Memberikan edukasi kepada pasien terkait penggunaan obat
Intervensi-intervensi tersebut ditujukan untuk memperbaiki proses pikir, meningkatkan kemampuan koping, serta mengelola kondisi mood dan depresi secara komprehensif melalui pendekatan bio-psiko-sosial.
Peran perawat dalam kondisi ini sangat penting, terutama dalam memberikan dukungan emosional, edukasi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 8126 | 07 Dec 2024
Klinis : Batita Perempuan, 17 bulan, dirawat di ruang perinatologi dengan Tetralogy Of Fallot. Hasil pengkajian, Ibu mengatakan anaknya sesak dan membiru saat menangis, tampak lemah, pucat, bibir sianosis, akral dingin, konjungtiva anemis, terdengar bunyi murmur pada jantung, nadi perifer teraba lambat, ictus cordis teraba 1 cm di RICV mid clavikula sinistra, fekuensi napas 40 x/menit, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36.8°C. Apa masalah keperawatan Utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat merumuskan diagnosis keperawatan utama untuk kasus batita perempuan, 17 bulan, dengan Tetralogy Of Fallot yang dirawat di ruang perinatologi, berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan Utama:
Penurunan curah jantung (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penjelasan:
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan penurunan curah jantung, seperti sesak napas, sianosis saat menangis, tampak lemah, pucat, nadi perifer lambat, dan bunyi murmur pada jantung. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan bawaan jantung, yaitu Tetralogy Of Fallot, yang menghambat aliran darah oksigenasi ke seluruh tubuh.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat
- Pemberian oksigen sesuai indikasi
- Pengaturan activity dan istirahat
- Manajemen nyeri dan kecemasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan kondisi jantung
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8127 | 07 Dec 2024
Klinis : Bayi permpuan, 3 bulan, di rawat di ruang perinatology. Hasil pengkajian, Ibu pasien mengatakan berat badan anak susah naik sejak lahir, napsu makan berkurang, anak sulit menyusu, tampak lemah, pucat, bibir sianosis, akral dingin, konjungtiva anemis, fekuensi napas 40 x/menit, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36.8°C. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan analisis berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus bayi perempuan berusia 3 bulan yang dirawat di ruang perinatologi dengan gejala-gejala yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Makan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan berat badan sulit naik, napsu makan berkurang, dan bayi tampak lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bayi dapat mengonsumsi asupan nutrisi yang adekuat.
- Berat badan bayi meningkat sesuai usia.
- Bayi tampak sehat dan aktif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi bayi.
- Berikan makanan/susu dengan komposisi dan jumlah yang sesuai.
- Pantau asupan, berat badan, dan tanda-tanda vital bayi secara rutin.
- Edukasi ibu tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan bayi.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan akral dingin, bibir sianosis, dan konjungtiva anemis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi jaringan perifer membaik.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis atau kekurangan oksigen.
- Temperatur ekstremitas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pantau tanda-tanda vital dan perfusi perifer secara rutin.
- Pertahankan temperatur lingkungan yang hangat.
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan sirkulasi, seperti memberikan kehangatan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang sesuai.
Dengan pendekatan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan bayi dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 8128 | 07 Dec 2024
Klinis : Bayi permpuan, 3 bulan, di rawat di ruang perinatology. Hasil pengkajian, Ibu pasien mengatakan berat badan anak susah naik sejak lahir, napsu makan berkurang, anak sulit menyusu, tampak lemah, pucat, bibir sianosis, akral dingin, konjungtiva anemis, fekuensi napas 40 x/menit, frekuensi nadi 112 x/menit, suhu 36.8°C. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan data pengkajian yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, ditandai dengan berat badan sulit naik, napsu makan berkurang, dan anak sulit menyusu.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan, ditandai dengan frekuensi napas 40 x/menit.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume cairan, ditandai dengan akral dingin, konjungtiva anemis, dan frekuensi nadi 112 x/menit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Berat badan bayi akan meningkat sesuai dengan usia.
- Nafsu makan bayi akan meningkat.
- Bayi akan dapat menyusu dengan efektif.
b. Ketidakefektifan pola napas:
- Frekuensi napas bayi akan berada dalam rentang normal (30-60 x/menit).
- Bayi akan menunjukkan pernapasan yang efektif.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif:
- Ekstremitas bayi akan teraba hangat.
- Warna kulit bayi akan membaik (tidak pucat).
- Frekuensi nadi bayi akan berada dalam rentang normal (100-160 x/menit).
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Lakukan pengkajian nutrisi secara komprehensif.
- Berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan bayi.
- Ajarkan ibu teknik menyusui yang efektif.
- Pantau berat badan bayi secara teratur.
b. Ketidakefektifan pola napas:
- Lakukan pengkajian fungsi pernapasan secara komprehensif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
- Pantau tanda-tanda vital pernapasan secara teratur.
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif:
- Lakukan pengkajian fungsi kardiovaskular secara komprehensif.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Pantau tanda-tanda vital kardiovaskular secara teratur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis yang diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara menyeluruh, menetapkan prioritas masalah, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. Perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif bagi pasien.