Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10116 | 31 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan G3P2A0 berusia 28 tahun hamil 30 minggu diantar suami ke sebuah Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatologi Emergensi Dasar) dengan keluhan batuk sejak 1 bulan terakhir, pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun, dan berat badan tetap. Pada malam hari pasien sering berkeringat berlebihan dan batuk lebih sering. Berdasarkan Riwayat pemeriksaan sebelumnya, pasien juga memiliki riwayat terdiagnosis anemia dan diminta meminum obat penambah darah. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk pasien. Sebutkan kebutuhan nutrisi untuk pasien, sebutkan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Sebutkan pemeriksaan laboratorium untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
- Faktor yang berhubungan: Sekret jalan napas yang berlebihan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia (penurunan nafsu makan)
Diagnosa ICD:
- J15.9 Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
- D64.9 Anemia, tidak ditetapkan
Diagnosa SLKI:
1. Pola Napas Efektif (0400)
2. Status Nutrisi Membaik (1009)
Pemeriksaan Fisik:
- Tanda-tanda vital: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
- Pemeriksaan paru-paru: wheezing, ronki, perkusi, auskultasi
- Pemeriksaan abdomen: auskultasi bising usus, palpasi massa
- Pemeriksaan ekstremitas: edema, sianosis
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit
- Foto toraks
- Uji fungsi paru (spirometri)
Kebutuhan Nutrisi:
- Tinggi kebutuhan kalori: 2.100-2.400 kkal/hari
- Tinggi kebutuhan protein: 71-100 gram/hari
- Asupan cairan yang cukup
- Suplemen vitamin dan mineral sesuai indikasi
Obat-obatan:
- Antibiotik sesuai pola resistensi bakteri
- Bronkodilator (salbutamol, ipratropium)
- Mukolitik (ACC, bromheksin)
- Suplemen besi (ferum sulfat)
Pemeriksaan Laboratorium:
- Hemoglobin, hematokrit
- Leukosit, diferensial leukosit
- Trombosit
- Elektrolit (Na, K, Cl)
- Fungsi hati (SGOT, SGPT)
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
- Monitor status respirasi
- Berikan terapi oksigen
- Berikan bronkodilator
- Fasilitasi batuk efektif
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Kaji status nutrisi
- Tentukan kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi pemberian nutrisi enteral/parenteral
- Pantau asupan dan output cairan
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0400)
- Pasien dapat bernafas dengan irama dan kedalaman normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
2. Status Nutrisi Membaik (1009)
- Berat badan pasien meningkat sesuai usia kehamilan
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien, yaitu batuk lama, penurunan nafsu makan, dan berat badan tetap. Hal ini mengindikasikan adanya masalah pernapasan dan ketidakseimbangan nutrisi. Pemeriksaan fisik dan penunjang dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosa dan mengevaluasi kondisi pasien secara komprehensif. Pemberian terapi obat dan dukungan nutrisi yang adekuat ditujukan untuk memperbaiki kondisi pasien dan mencapai luaran asuhan keperawatan yang diharapkan, yaitu pola napas efektif dan status nutrisi membaik. -
Article No. 10117 | 31 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan masih nyeri dada (+) O: Kesadaran compos mentis, hemodinamik TD: 150/93 mmHg, HR: 60 x/menit, RR: 14 x/menit S: 36,70C, Spo2: 100% dengan menggunakan binasal 3 lpm, terpasang IV line di vena metacarpal sinistra no. 20 (29/12/24) dengan cairan infuse Nacl 0,9% 500ml/jam, drip cedocard 3 mg/jam, terpasang DC no. 16 tgl (29/12/24) produksi urine ada, rencana ECHO hari ini, skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri akut
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 3 menjadi skala 1 atau 2.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD 120-140/80-90 mmHg, HR 60-80 x/menit, RR 12-20 x/menit, Suhu 36-37,5°C.
3. Tidak ada komplikasi yang timbul selama proses pemulihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri dan faktor yang mempengaruhi.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi, imajinasi terbimbing) untuk mengurangi nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana pemeriksaan ECHO dan terapi lanjutan.
6. Edukasikan pasien dan keluarga tentang penyebab, penanganan, dan pemantauan nyeri.
7. Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan.
8. Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri dada yang masih dirasakan (+). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (NANDA-I, 2018).
Luaran yang diharapkan meliputi kontrol nyeri, stabilitas tanda-tanda vital, serta pencegahan komplikasi. Kontrol nyeri sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi pemulihan. Pemantauan tanda-tanda vital juga diperlukan untuk mendeteksi adanya perubahan kondisi pasien. Pencegahan komplikasi bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan yang lebih serius.
Intervensi keperawatan yang direkomendasikan mencakup pengkajian komprehensif, pemberian analgesik, teknik relaksasi, pemantauan tanda-tanda vital, kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien dan keluarga, serta dokumentasi. Pengkajian nyeri yang lengkap akan membantu menentukan strategi penanganan yang tepat. Pemberian analgesik sesuai resep dokter dapat menurunkan nyeri secara efektif. Teknik relaksasi dapat membantu pasien mengelola nyeri secara mandiri. Pemantauan tanda-tanda vital penting untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan mendeteksi perburukan kondisi. Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk menentukan rencana pemeriksaan ECHO dan terapi lanjutan. Edukasi kepada pasien dan keluarga akan meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam perawatan. Dokumentasi yang baik akan memfasilitasi komunikasi dan evaluasi asuhan keperawatan. -
Article No. 10118 | 31 Dec 2024
Klinis : Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permintaan Anda. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Perilaku Kekerasan". Definisi dari diagnosa ini adalah "Risiko terjadinya perilaku yang dapat menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis pada diri sendiri atau orang lain".
Karakteristik definisi ini mencakup:
- Adanya kecenderungan atau potensi untuk melakukan perilaku kekerasan
- Perilaku kekerasan dapat berupa agresi fisik, verbal, atau psikologis
- Perilaku kekerasan dapat ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
- Perilaku kekerasan dapat menyebabkan kerusakan fisik, seperti luka, dan kerusakan psikologis, seperti trauma.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah dilakukan Asuhan Keperawatan untuk kondisi "Risiko Perilaku Kekerasan" adalah:
- Kontrol Perilaku: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
- Ekspresi Emosi: Kemampuan individu untuk mengekspresikan emosi secara tepat dan konstruktif.
- Interaksi Sosial: Kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara adaptif dan efektif.
Indikator pencapaian luaran ini antara lain:
- Individu dapat mengenali pemicu perilaku kekerasan
- Individu dapat menggunakan teknik manajemen marah dan stres dengan efektif
- Individu dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain tanpa menggunakan kekerasan
- Individu dapat menjalin hubungan sosial yang sehat dan konstruktif
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kondisi "Risiko Perilaku Kekerasan" antara lain:
- Manajemen Perilaku: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi, memantau, dan mengendalikan perilaku yang tidak adaptif.
- Terapi Perilaku: Intervensi untuk membantu individu mengembangkan keterampilan dan strategi yang dapat digunakan untuk mengelola perilaku yang tidak adaptif.
- Terapi Kognitif: Intervensi untuk membantu individu mengubah pola pikir, keyakinan, dan perspektif yang dapat memicu perilaku kekerasan.
- Terapi Kelompok: Intervensi untuk memfasilitasi interaksi dan dukungan sosial yang dapat membantu individu mengelola perilaku kekerasan.
- Komunikasi Terapeutik: Intervensi untuk membangun hubungan saling percaya dan mendukung antara perawat dan pasien, sehingga dapat memfasilitasi proses pemulihan.
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan untuk kondisi "Risiko Perilaku Kekerasan", perawat perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti penyebab, pemicu, dan manifestasi perilaku kekerasan, serta kondisi psikologis, sosial, dan lingkungan pasien. Perawat juga harus memastikan keamanan dan keselamatan pasien serta orang-orang di sekitarnya selama proses Asuhan Keperawatan berlangsung. -
Article No. 10119 | 31 Dec 2024
Klinis : Nyeri dada hilang timbul sejak Sabtu, memberat jam 5 sore, ditusuk-tusuk tembus ke punggung. Sesak napas hilang timbul. Mual ada, muntah tidak ada. Disana sudah loading DAPT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Definisi: Nyeri dada hilang timbul, memberat jam 5 sore, ditusuk-tusuk tembus ke punggung.
b. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Kekurangan oksigen dan/atau akumulasi karbon dioksida dalam darah arterial yang disebabkan oleh ketidakefektifan pertukaran gas.
Karakteristik Definisi: Sesak napas hilang timbul.
c. Mual
Definisi: Perasaan tidak nyaman dan ingin muntah.
Karakteristik Definisi: Mual ada.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2 atau kurang dari 0-10.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien dapat beraktivitas tanpa nyeri yang mencegah.
b. Gangguan Pertukaran Gas
- Pasien dapat bernapas dengan mudah.
- Pasien menunjukkan status oksigenasi yang memadai (saturasi oksigen, gas darah arterial).
- Pasien dapat beraktivitas tanpa sesak napas.
c. Mual
- Pasien melaporkan mual berkurang.
- Pasien tidak mengalami episode muntah.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Nyeri Akut
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, kualitas, durasi, dan faktor pemicu/pencetus).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Lakukan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi).
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk identifikasi dan penanganan penyebab nyeri.
b. Gangguan Pertukaran Gas
- Kaji status pernapasan (irama, kedalaman, dan usahanapas).
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Bantu pasien dalam teknik pernapasan yang efektif (misalnya napas dalam, pursed-lip breathing).
- Posisikan pasien dengan posisi semi-Fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk identifikasi dan penanganan penyebab gangguan pertukaran gas.
c. Mual
- Kaji faktor penyebab mual (misalnya obat-obatan, nyeri, stres).
- Berikan antiemetik sesuai dengan resep dokter.
- Berikan intervensi nonfarmakologis untuk mengurangi mual (misalnya kompres dingin, akupresur).
- Berikan makanan dan minuman yang mudah dicerna.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk identifikasi dan penanganan penyebab mual.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 10120 | 31 Dec 2024
Klinis : luka sobek
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: S01.x
- Deskripsi: Luka terbuka di kepala, leher, dan area mukokutaneus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.21
- Deskripsi: Penjahitan luka terbuka kulit dan jaringan subkutaneus.
Penjelasan:
Pada kondisi luka sobek, kode ICD-10 yang sesuai adalah S01.x, yang mencakup luka terbuka di kepala, leher, dan area mukokutaneus. Kode ini mencakup berbagai jenis luka sobek, seperti luka tusuk, luka iris, atau luka robekan di area tersebut.
Jika diperlukan tindakan penjahitan untuk menutup luka, maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 86.21, yang menggambarkan penjahitan luka terbuka pada kulit dan jaringan subkutaneus. Prosedur ini dilakukan untuk memulihkan integritas jaringan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan ketepatan diagnosis dan tindakan yang dilakukan, serta untuk memfasilitasi proses klaim, penagihan, dan pemantauan kualitas perawatan. -
Article No. 10121 | 31 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh demam sejak 6 hari, pusing dan lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien mengeluh demam sejak 6 hari, pusing dan lemas.
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam sejak 6 hari, pusing, dan lemas, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Hipertermia (Hyperthermia)
Definisi: Suhu tubuh di atas ambang batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan termoregulasi.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, gangguan termoregulasi.
Karakteristik: Suhu tubuh di atas 37,5°C, kulit hangat, nadi cepat, sakit kepala, lemas.
b. Aktivitas Intoleransi (Activity Intolerance)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Penyebab: Demam, kelelahan, penyakit.
Karakteristik: Lemas, aktivitas terbatas, kelelahan.
Kedua diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam, pusing, dan lemas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
a. Hipertermia (Hyperthermia)
- Suhu tubuh kembali normal
- Kulit terasa sejuk
- Nadi kembali normal
- Tidak ada keluhan sakit kepala
b. Aktivitas Intoleransi (Activity Intolerance)
- Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
- Menunjukkan peningkatan energi dan daya tahan
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Luaran/output di atas menggambarkan kondisi pasien yang diharapkan tercapai setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang sesuai, sebagai berikut:
a. Hipertermia (Hyperthermia)
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan cairan oral atau intravena untuk mengatasi dehidrasi
- Berikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen demam
b. Aktivitas Intoleransi (Activity Intolerance)
- Bantu pasien untuk beristirahat secukupnya
- Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memaksimalkan pemulihan pasien
- Berikan dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi pasien
Intervensi keperawatan di atas bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien, mulai dari menurunkan demam, mengatasi dehidrasi, hingga meningkatkan toleransi aktivitas, sehingga diharapkan pasien dapat kembali ke kondisi normal. -
Article No. 10122 | 31 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh menggigil, kulit terasa hangat, dan pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengeluh menggigil, kulit terasa hangat, dan pucat:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Hipertermia". Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan hilangnya panas tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C)
b. Tidak ada tanda-tanda menggigil
c. Kulit terlihat normal (tidak pucat)
d. Tanda-tanda vital stabil (nadi, respirasi, tekanan darah)
e. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Pemantauan suhu tubuh secara berkala (setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan)
b. Pemberian cairan intravenous (IV) untuk menggantikan cairan yang hilang
c. Pemberian antipiretik (obat penurun demam) sesuai dengan resep dokter
d. Pengaturan suhu lingkungan yang sejuk dan nyaman (suhu ruangan 20-25°C)
e. Kompres dingin pada dahi, leher, atau daerah lain yang terasa hangat
f. Menganjurkan pasien untuk beristirahat dan mengkonsumsi makanan/minuman hangat
g. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala (nadi, respirasi, tekanan darah)
h. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi hipertermia, penanganan, dan pencegahan komplikasi
Penjelasan lebih rinci:
Diagnosa keperawatan "Hipertermia" dipilih karena pasien mengeluhkan gejala-gejala khas hipertermia, yaitu menggigil, kulit terasa hangat, dan pucat. Hipertermia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau paparan suhu lingkungan yang tinggi.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah untuk mengembalikan suhu tubuh pasien ke rentang normal, menghilangkan tanda-tanda menggigil, menormalkan warna kulit, dan menstabilkan tanda-tanda vital. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertermia yang berkepanjangan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan suhu tubuh secara berkala, pemberian cairan IV, pemberian antipiretik, pengaturan suhu lingkungan, kompres dingin, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh, mengatasi gejala, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi hipertermia dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10123 | 31 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh menggigil, kulit terasa panas. dan pucat, suhu tubuh fluktuatif Suhu 38,5 C, kulit kemerahan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah Hipertermia. Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas normal yang disertai dengan gejala seperti menggigil, kulit panas, dan pucat. Pasien dalam kasus ini menunjukkan tanda-tanda hipertermia, yaitu mengeluh menggigil, kulit terasa panas dan pucat, serta suhu tubuh yang fluktuatif dengan suhu 38,5°C.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Suhu Tubuh: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Penurunan Gejala Hipertermia: Pasien menunjukkan penurunan atau hilangnya gejala-gejala hipertermia, seperti menggigil, kulit panas, dan pucat.
3. Peningkatan Kenyamanan: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan dan tidak mengalami lagi sensasi panas yang berlebihan.
4. Edukasi Pencegahan Hipertermia: Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertermia dan tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Monitoring Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan ketat terhadap suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah pasien.
2. Manajemen Suhu Tubuh: Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan suhu tubuh, seperti pemberian kompres dingin, pemberian obat penurun panas (antipiretik), dan pengaturan suhu lingkungan.
3. Manajemen Gejala Hipertermia: Memberikan kenyamanan pada pasien dengan menangani gejala-gejala hipertermia, seperti mengurangi sensasi menggigil dan panas.
4. Edukasi Pencegahan Hipertermia: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor-faktor pemicu hipertermia, tindakan pencegahan, dan kapan harus segera mencari pertolongan medis.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pemulihan suhu tubuh, penurunan gejala hipertermia, peningkatan kenyamanan, dan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam mencegah hipertermia di masa depan. -
Article No. 10124 | 31 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh menggigil, kulit terasa panas. dan pucat, suhu tubuh fluktuatif Suhu 38,5 C, kulit kemerahan, termoreguasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Hipertermi" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Hipertermi didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal yang terjadi akibat gangguan proses termoregulasi.
Tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien, seperti menggigil, kulit terasa panas dan pucat, serta suhu tubuh fluktuatif dengan suhu mencapai 38,5°C, menunjukkan adanya gangguan termoregulasi yang menyebabkan hipertermi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5°C - 37,5°C)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Tidak ada komplikasi akibat hipertermi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Ukur suhu tubuh pasien secara berkala (setiap 4 jam atau sesuai kondisi)
- Pantau denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah pasien
2. Manajemen Suhu Tubuh
- Lakukan tindakan pendinginan, seperti kompres hangat, kipas angin, atau selimut dingin, untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan cairan intravena yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang akibat peningkatan suhu tubuh
- Berikan obat penurun panas (antipiretik) sesuai instruksi dokter
3. Pencegahan Infeksi
- Lakukan perawatan kulit secara optimal untuk mencegah infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, bengkak, atau keluarnya cairan dari kulit
- Berikan obat antibiotik sesuai instruksi dokter, jika diperlukan
4. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda hipertermi, pencegahan, dan penanganannya
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah infeksi
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi hipertermi pada pasien. Sebagai perawat, saya akan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10125 | 31 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka lecet dikepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan luka lecet di kepala, maka berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Risiko Infeksi adalah keadaan rentan seseorang untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan.
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tidak Terjadi Infeksi
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Luka, Perawatan Luka, Pencegahan Infeksi
2. Nyeri Akut
- Penjelasan: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri Terkendali
- SIKI: Manajemen Nyeri, Manajemen Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
Pasien dengan luka lecet di kepala memiliki risiko infeksi yang perlu diantisipasi melalui perawatan luka dan pencegahan infeksi. Selain itu, pasien juga dapat mengalami nyeri akut akibat kerusakan jaringan, sehingga intervensi manajemen nyeri juga perlu dilakukan. Perawat perlu melakukan penilaian secara komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, dan memantau perkembangan pasien untuk mencegah komplikasi dan memastikan pemulihan yang optimal.