Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8243 | 08 Dec 2024
Klinis : Ketidakefektifan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ketidakefektifan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan
Definisi SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan adalah suatu keadaan di mana individu mengalami perubahan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan/atau spiritual yang menyimpang dari rentang normal.
Definisi SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan Ketidakefektifan adalah individu dapat menunjukkan peningkatan dalam fungsi biologis, psikologis, sosial, dan/atau spiritual sesuai dengan rentang normal.
Definisi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa Ketidakefektifan antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital dan status fisiologis
2. Manajemen nutrisi dan cairan
3. Terapi aktivitas dan latihan
4. Terapi psikososial
5. Edukasi kesehatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menyusun rencana tindakan, melaksanakan intervensi, dan mengevaluasi hasilnya secara komprehensif sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 8181 | 08 Dec 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, demam, batuk, sulit tidur,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien menunjukkan perilaku yang mengarah pada penurunan nyeri
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi relaksasi
3. Terapi komplementer
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
SDKI:
Hipertermia adalah suhu tubuh di atas rentang normal (36,5-37,5°C) akibat peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
SLKI:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Pasien melaporkan suhu tubuh normal
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
SIKI:
1. Manajemen demam
2. Manajemen suhu tubuh
3. Terapi oksigen
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
SDKI:
Gangguan pola tidur adalah ketidakmampuan untuk tidur atau mempertahankan tidur selama periode waktu yang diharapkan.
SLKI:
1. Pasien melaporkan pola tidur yang membaik
2. Pasien menunjukkan perilaku yang mengarah pada perbaikan pola tidur
3. Pasien melaporkan kualitas tidur yang membaik
SIKI:
1. Manajemen nyeri
2. Terapi relaksasi
3. Edukasi manajemen pola tidur
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 8182 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. carikan diagnosa dan diagram panah etiologi masing masing diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. E dengan leukemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Berhubungan Dengan Peningkatan Kehilangan Cairan dan Gangguan Intake Cairan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Penurunan Nafsu Makan
3. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Trombositopenia
4. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Anemia dan Leukositosis
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Volume Cairan Berhubungan Dengan Peningkatan Kehilangan Cairan dan Gangguan Intake Cairan
- SDKI: Penurunan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Pasien mengalami demam, mual, dan penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dan gangguan dalam intake cairan. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Penurunan Nafsu Makan
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Manajemen Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, sehingga asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan status gizi yang kurang.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Trombositopenia
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pencegahan Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Pasien mengalami trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan.
4. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Anemia dan Leukositosis
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Pasien mengalami anemia dan leukositosis, yang dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan toleransi aktivitas.
Diagram Panah Etiologi:
[Diagram Panah Etiologi]
1. Penurunan Volume Cairan
Etiologi: Peningkatan Kehilangan Cairan (Demam, Mual) -> Gangguan Intake Cairan (Penurunan Nafsu Makan)
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Etiologi: Penurunan Nafsu Makan
3. Risiko Perdarahan
Etiologi: Trombositopenia
4. Intoleransi Aktivitas
Etiologi: Anemia, Leukositosis
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan akademis dan perspektif pakar untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 8184 | 08 Dec 2024
Klinis : Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan sistem imun, prosedur invasif, atau kontak dengan sumber-sumber infeksi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Risiko Infeksi adalah:
1. Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi
2. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
3. Menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang adekuat
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Risiko Infeksi meliputi:
1. Pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan APD, dll.
2. Perawatan luka dan terapi oksigen, jika perlu.
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
4. Pemantauan tanda-tanda vital dan status infeksi.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan infeksi.
Sebagai perawat, kita harus secara komprehensif mengelola Risiko Infeksi pada pasien dengan mempertimbangkan faktor-faktor predisposisi, melakukan intervensi pencegahan yang tepat, serta melakukan pemantauan dan evaluasi yang ketat untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8185 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny A:
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit Perubahan Integritas Kulit Perinium r/t Episiotomi
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada struktur dan fungsi kulit dan jaringan yang mendasarinya di area perinium.
- Karakteristik Definisi: Adanya episiotomi, nyeri di area perinium, tanda-tanda infeksi (REEDA) belum terkaji.
2. Nyeri Akut r/t Episiotomi
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di area perinium.
- Karakteristik Definisi: Ny A mengeluh nyeri di area perinium, adanya episiotomi.
3. Kecemasan r/t Perubahan Status Kesehatan
- Definisi: Respon individu terhadap ancaman yang dirasakan pada integritas diri yang ditandai dengan rasa takut, khawatir, dan gelisah.
- Karakteristik Definisi: Ny A merasa takut untuk buang air kecil, ASI belum keluar dan takut menyusui bayi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit Perubahan Integritas Kulit Perinium r/t Episiotomi
- Integritas Kulit: Tidak ada tanda-tanda infeksi (REEDA)
- Proses Penyembuhan Luka: Luka episiotomi membaik (skor REEDA menurun)
2. Nyeri Akut r/t Episiotomi
- Kontrol Nyeri: Nyeri berkurang (Skala Nyeri VAS 0-2)
- Perilaku Adaptif: Ny A dapat beraktivitas tanpa dipengaruhi nyeri
3. Kecemasan r/t Perubahan Status Kesehatan
- Tingkat Kecemasan: Kecemasan berkurang (Skala Kecemasan Numerical Rating Scale 1-3)
- Perilaku Tenang: Ny A tampak tenang dan dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Gangguan Integritas Kulit Perubahan Integritas Kulit Perinium r/t Episiotomi
- Perawatan Luka Episiotomi
- Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi (REEDA)
- Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Luka Episiotomi
2. Nyeri Akut r/t Episiotomi
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Kolaborasi Pemberian Analgetik
3. Kecemasan r/t Perubahan Status Kesehatan
- Terapi Suportif
- Manajemen Kecemasan
- Pendidikan Kesehatan tentang Adaptasi Masa Nifas
Penjelasan rinci dan terperinci:
Sebagai perawat, saya telah mengidentifikasi 3 diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi Ny A berdasarkan data pengkajian yang diberikan. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi dan karakteristik definisi yang spesifik untuk membantu mengarahkan intervensi keperawatan yang tepat.
Selanjutnya, saya telah menetapkan luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan untuk masing-masing diagnosa. Luaran ini mencakup perubahan yang diinginkan pada kondisi Ny A, seperti menurunnya tanda-tanda infeksi, berkurangnya nyeri, dan menurunnya kecemasan.
Terakhir, saya telah menyusun intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut. Intervensi-intervensi ini mencakup perawatan luka episiotomi, manajemen nyeri, terapi relaksasi, serta intervensi untuk mengatasi kecemasan Ny A. Dengan menetapkan diagnosa, luaran, dan intervensi yang komprehensif, saya berharap dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk Ny A. -
Article No. 8186 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Prosedur pembedahan (episiotomi), cedera jaringan.
- Tanda dan Gejala: Ibu mengeluh nyeri di daerah perineum, tanda-tanda REEDA belum terkaji.
2. Ketakutan
- Definisi: Respon emosional dan psikofiologis terhadap sumber yang diidentifikasi yang secara realitas atau subjektif dianggap mengancam.
- Penyebab: Prosedur baru (buang air kecil), pengalaman sebelumnya.
- Tanda dan Gejala: Ibu merasa takut untuk buang air kecil.
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu
- Definisi: Ketidaksesuaian antara kebutuhan bayi untuk menyusu dan kemampuan ibu untuk menyusui.
- Penyebab: ASI belum keluar, ibu takut menyusui bayinya.
- Tanda dan Gejala: Ibu mengatakan ASI-nya belum keluar dan takut menyusui bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Tujuan: Nyeri berkurang.
- Kriteria Hasil:
- Ibu melaporkan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala 3.
- Ibu menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Ketakutan:
- Tujuan: Ibu dapat mengatasi ketakutan.
- Kriteria Hasil:
- Ibu dapat mengidentifikasi sumber ketakutan.
- Ibu dapat menyatakan strategi untuk mengatasi ketakutan.
- Ibu dapat mendemonstrasikan perilaku kooperatif saat prosedur.
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu:
- Tujuan: Ibu dapat menyusui bayi secara efektif.
- Kriteria Hasil:
- Ibu dapat menyusui bayi dengan teknik yang benar.
- Ibu melaporkan ASI sudah keluar.
- Bayi dapat menghisap, menelan, dan bernapas dengan nyaman saat menyusu.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Terapi Relaksasi
2. Ketakutan:
- Konseling
- Terapi Kognitif
- Pendidikan Kesehatan
3. Ketidakefektifan Pola Menyusu:
- Dukungan Menyusui
- Perawatan Payudara
- Edukasi Menyusui
Penjelasan Rinci:
Sebagai seorang perawat, saya telah menganalisis kondisi Ny. A dan mengidentifikasi tiga diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Diagnosa tersebut adalah Nyeri Akut, Ketakutan, dan Ketidakefektifan Pola Menyusu.
Untuk Nyeri Akut, sumber nyeri berasal dari prosedur episiotomi yang dilakukan saat persalinan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik, dan Terapi Relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh Ny. A.
Diagnosa Ketakutan muncul karena Ny. A merasa takut untuk buang air kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh prosedur baru yang belum pernah dialami sebelumnya dan pengalaman sebelumnya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah Konseling, Terapi Kognitif, dan Pendidikan Kesehatan agar Ny. A dapat mengatasi rasa takutnya.
Diagnosa Ketidakefektifan Pola Menyusu terjadi karena ASI Ny. A belum keluar dan ia takut untuk menyusui bayinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah Dukungan Menyusui, Perawatan Payudara, dan Edukasi Menyusui agar Ny. A dapat menyusui bayinya dengan efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah Nyeri Akut berkurang, Ny. A dapat mengatasi ketakutannya, dan Ny. A dapat menyusui bayinya secara efektif. Kriteria hasil untuk masing-masing luaran telah dijabarkan secara rinci.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu Ny. A mencapai hasil yang diharapkan. Pendekatan yang digunakan akan mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual Ny. A agar dapat membantu meningkatkan kesehatannya. -
Article No. 8187 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2.
- Gejala dan Tanda: Ibu mengeluh nyeri di daerah perineum, tanda-tanda REEDA belum terkaji.
2. Takut
- Definisi: Respon emosi dan perilaku terhadap ancaman yang diketahui secara jelas dan spesifik yang dapat menurunkan kemampuan individu.
- Penyebab: Ibu merasa takut untuk buang air kecil.
- Gejala dan Tanda: Ibu mengatakan takut untuk buang air kecil.
3. Ketidakefektifan Menyusui
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi ASI yang cukup untuk mendukung kebutuhan nutrisi bayi.
- Penyebab: Ibu mengatakan ASI-nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
- Gejala dan Tanda: Ibu mengatakan ASI belum keluar dan takut menyusui bayi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Kriteria Hasil:
- Tingkat nyeri menurun.
- Ibu dapat mengontrol nyeri.
- Ibu dapat beristirahat dengan adekuat.
2. Takut:
- Kriteria Hasil:
- Ibu dapat mengidentifikasi penyebab rasa takut.
- Ibu dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif.
- Ibu dapat menunjukkan perilaku yang sesuai.
3. Ketidakefektifan Menyusui:
- Kriteria Hasil:
- Ibu dapat mengidentifikasi penyebab ketidakefektifan menyusui.
- Ibu dapat mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
- Ibu dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi ASI.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Pemberian Analgesik
- Kolaborasi Pemberian Obat Analgesik
2. Takut:
- Asesmen Rasa Takut
- Pengurangan Rasa Takut
- Terapi Relaksasi
3. Ketidakefektifan Menyusui:
- Asesmen Menyusui
- Dukungan Menyusui
- Edukasi Menyusui
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. A adalah Nyeri Akut, Takut, dan Ketidakefektifan Menyusui. Luaran/output yang diharapkan adalah menurunnya tingkat nyeri, ibu dapat mengontrol rasa takut, dan ibu dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi ASI. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, asesmen dan pengurangan rasa takut, serta asesmen dan dukungan menyusui. -
Article No. 8188 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang berhubungan: Agen pencedera fisik (episiotomi).
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang nyeri
- Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
- Perubahan tanda-tanda vital
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
Faktor yang berhubungan: Perubahan status kesehatan.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang perasaan cemas
- Perilaku gelisah
- Peningkatan ketegangan otot
3. Gangguan Pola Elimnasi Urin
Definisi: Gangguan dalam eliminasi urin yang tidak sesuai dengan pola normal.
Faktor yang berhubungan: Trauma pada perineum.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang kesulitan dalam eliminasi urin
- Perubahan frekuensi dan volume urin
- Nyeri saat berkemih
4. Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Hambatan dalam kemampuan ibu dan bayi untuk melakukan praktik menyusui yang efektif dan memuaskan.
Faktor yang berhubungan: Keterlambatan produksi ASI.
Gejala dan Tanda Mayor:
- Laporan pasien tentang ketidakpuasan terhadap proses menyusui
- Ketidakefektifan menyusui
- Berat badan bayi tidak sesuai dengan usia
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Ketiga standar ini (SDKI, SLKI, SIKI) merupakan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8189 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Ny. A yang baru melahirkan 6 jam yang lalu, saya memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma perineum akibat episiotomi.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan ekspresi wajah rileks, dan dapat beristirahat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, kompres hangat pada area perineum, dan kolaborasi pemberian analgetik.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran menjadi seorang ibu.
Penjelasan:
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menunjukkan ekspresi wajah tenang, dan dapat beradaptasi dengan peran baru.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi suportif, manajemen kecemasan, dan konseling.
3. Ketidakefektifan Menyusui berhubungan dengan belum keluar ASI.
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan bayi untuk menghisap atau mempertahankan posisi untuk memperoleh asupan nutrisi yang memadai dari ibu.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat memposisikan bayi dengan benar, bayi dapat melekat dan menghisap puting dengan baik, serta volume ASI yang dikeluarkan meningkat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain dukungan menyusui, edukasi teknik menyusui yang benar, dan kolaborasi dengan konselor laktasi.
Harapan saya, penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) untuk kasus Ny. A. Silakan tanyakan jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 8190 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny A berusia 28 tahun, P1 A0 melahirkan bayi nya 6 jam yang lalu. Ibu melahirkan dengan partus spontan dengan episiotomi medio lateral grade 2. Telah dilakukan jahitan luka episitomi, ibu mengeluh nyeri didaerah perineum, Tanda tanda REEDA belum terkaji. ibu merasa takut buang air kecil. Saat ini ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat post partum dan dalam masa observasi. Hasil pengkajian didapatkan data: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 oC, Tinggi fundus uterus 2 jari bawah pusat, diastasis rekti abdominal sekitar 4 cm kontraksi baik, lochea rubra. Ibu dan bayi belum rawat gabung. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar dan takut jika menyusui bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan (episiotomi) ditandai dengan Ny. A mengeluhkan nyeri di area perineum.
2. Takut berhubungan dengan kemampuan untuk buang air kecil ditandai dengan Ny. A merasa takut untuk buang air kecil.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur normal ditandai dengan Ny. A belum beradaptasi dengan pola tidur baru setelah melahirkan.
4. Ketidakefektifan Menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan menyusui ditandai dengan Ny. A mengatakan ASI nya belum keluar dan takut menyusui bayinya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
2. Takut: Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab rasa takut dan mampu mengatasinya.
3. Pola Tidur: Pasien dapat beradaptasi dengan pola tidur baru dan dapat beristirahat dengan cukup.
4. Kemampuan Menyusui: Pasien dapat menyusui bayi dengan teknik yang benar dan produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk menurunkan nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik jika diperlukan
2. Takut:
- Kaji penyebab rasa takut pasien
- Berikan informasi dan edukasi terkait proses penyembuhan dan perawatan yang akan dilakukan
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan dan relaksasi
3. Pola Tidur:
- Kaji pola tidur sebelum dan sesudah melahirkan
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk istirahat
- Anjurkan pasien untuk mengatur jadwal tidur dan bangun yang teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
4. Kemampuan Menyusui:
- Kaji pengetahuan dan keterampilan menyusui pasien
- Berikan edukasi dan bimbingan teknik menyusui yang benar
- Anjurkan pasien untuk menyusui bayi segera setelah lahir
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi jika diperlukan
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Nyeri Akut:
- Nyeri akut sering terjadi pada ibu post partum, terutama pada kasus episiotomi. Pengkajian nyeri komprehensif perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi.
- Pemberian tindakan farmakologis dan non-farmakologis dapat membantu mengurangi nyeri. Tindakan farmakologis dapat berupa analgesik, sedangkan tindakan non-farmakologis dapat berupa kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
- Pasien perlu diajarkan teknik relaksasi dan distraksi agar dapat mengatasi nyeri secara mandiri.
- Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk pemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Takut:
- Rasa takut yang dialami pasien dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang proses penyembuhan dan perawatan yang akan dilakukan.
- Memberikan informasi dan edukasi yang jelas dan terperinci dapat membantu mengurangi rasa takut pasien.
- Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional juga dapat membantu pasien dalam mengatasi rasa takut.
- Pasien perlu diajarkan teknik manajemen kecemasan dan relaksasi agar dapat mengatasi rasa takut secara mandiri.
3. Pola Tidur:
- Pengkajian pola tidur sebelum dan sesudah melahirkan perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk istirahat, seperti menjaga ketenangan dan kenyamanan ruangan, dapat membantu pasien beristirahat dengan cukup.
- Anjuran untuk mengatur jadwal tidur dan bangun yang teratur dapat membantu pasien beradaptasi dengan pola tidur baru.
- Kolaborasi dengan dokter diperlukan jika pemberian obat tidur diperlukan untuk membantu pasien beristirahat.
4. Kemampuan Menyusui:
- Pengkajian pengetahuan dan keterampilan menyusui pasien perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan edukasi dan bimbingan.
- Memberikan edukasi dan bimbingan teknik menyusui yang benar, seperti posisi dan lama menyusui, dapat membantu pasien meningkatkan kemampuan menyusui.
- Anjuran untuk menyusui bayi segera setelah lahir dapat membantu merangsang produksi ASI.
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi diperlukan jika terdapat kendala dalam produksi ASI atau perkembangan bayi.