Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10138 | 01 Jan 2025
Klinis : S: -pasien mengatakan mengeluh sesak nafas dan lemas, pasien - pasien mengatakan BAB berwana hitam sejak 1 minggu yang lalu O: compos mentis, TD: 148/65, Nadi: 68 x/menit, RR: 12x/menit, Suhu: 36,7 Celcius terpasang chimino di tangan kiri hematome dari rumah, CDL di jugularis kanan, terpasang infus DI VMD no. 22 tanggal 31/12/2024 bengkak dan vena pedis sinestra no.22 tanggal 01/01/2025. cairan infus Nacl 0,9 % 500 ml/24 jam dan drip Pantoprazole 8 mg/jam. BAK spontan, urine minimal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini, yaitu:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal
- S: Pasien mengeluh BAB berwarna hitam sejak 1 minggu yang lalu.
- O: Pasien terpasang chimino di tangan kiri dengan hematoma, dan CDL di jugularis kanan.
- Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- S: Pasien mengeluh sesak napas dan lemas.
- O: RR pasien 12x/menit.
- Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal:
- Perubahan Warna Kulit: Membaik
- Perdarahan Gastrointestinal: Terkendali
- Rasa Tidak Nyaman Saluran Cerna: Terkurangi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Frekuensi Napas: Membaik
- Upaya Napas: Membaik
- Oksigenasi: Membaik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Perfusi Jaringan Gastrointestinal:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi perdarahan atau hematemesis
- Atur posisi pasien untuk memaksimalkan aliran darah ke saluran cerna
- Kolaborasi pemberian obat-obatan antihemoragik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pemantauan gejala dan tanda-tanda perdarahan
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Bantu pasien dengan teknik pernapasan yang efektif
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga pola napas yang efektif
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan sesak napas, lemas, dan BAB berwarna hitam. Gangguan perfusi jaringan gastrointestinal dan ketidakefektifan pola napas merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mengacu pada penggunaan SLKI, yakni memantau perbaikan kondisi pasien terkait perubahan warna kulit, perdarahan gastrointestinal, rasa tidak nyaman saluran cerna, frekuensi napas, upaya napas, dan oksigenasi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran menggunakan SIKI, yaitu pemantauan tanda-tanda vital, observasi gejala, pengaturan posisi pasien, kolaborasi pemberian obat-obatan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Intervensi ini bertujuan untuk mengendalikan perdarahan, memperbaiki pola napas, dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 10139 | 01 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan pusing, mual dan muntah (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk permintaan Anda:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Pasien mengatakan pusing, mual dan muntah (+)
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan pusing, mual, dan muntah, yang merupakan gejala-gejala dari ketidakseimbangan nutrisi karena asupan makanan dan cairan yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Mual dan muntah dapat menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan, sehingga asupan nutrisi terganggu. Hal ini mengarah pada diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah".
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
Keseimbangan Cairan: Adekuat
Penjelasan:
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output "Keseimbangan Cairan: Adekuat". Ini berarti pasien dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mencegah dehidrasi dan memfasilitasi proses penyembuhan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Keseimbangan Cairan: Adekuat" adalah:
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Mual
3. Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
1. Manajemen Cairan
- Pantau status cairan pasien, termasuk intake dan output, berat badan, dan tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan cairan intravena atau enteral sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang akibat mual dan muntah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan pasien.
2. Manajemen Mual
- Identifikasi faktor penyebab mual, seperti efek samping obat, infeksi, atau ketidakseimbangan elektrolit.
- Berikan antiemetik sesuai resep untuk mengurangi mual.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual.
3. Manajemen Nutrisi
- Hitung kebutuhan kalori dan nutrisi pasien, serta berikan makanan/suplemen yang mudah dicerna.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pantau asupan makanan dan cairan pasien, serta berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
Dengan penerapan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output "Keseimbangan Cairan: Adekuat", sehingga dapat membantu proses pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 10140 | 01 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan badan pegel (+)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan pegel.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengatakan badan pegel, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah Nyeri Akut. Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien yang mengeluhkan badan pegel umumnya mengalami nyeri akut, yang ditandai dengan gejala seperti rasa tidak nyaman, kaku, dan keterbatasan dalam pergerakan.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagaimana tercantum dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu Kontrol Nyeri. Kontrol Nyeri didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman nyeri yang dirasakan. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk menilai Kontrol Nyeri meliputi: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri, (2) Menerapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, (3) Melaporkan penurunan intensitas nyeri, dan (4) Melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi, dan terapi musik.
- Dorong pasien untuk menggunakan strategi manajemen nyeri yang telah dipelajari.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
- Kaji tingkat mobilitas fisik pasien saat ini.
- Bantu pasien melakukan latihan gerak dan pergerakan sesuai toleransi.
- Ajarkan teknik mobilisasi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk menyusun program rehabilitasi yang sesuai.
- Evaluasi progres pasien dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, di mana pasien mampu mengendalikan pengalaman nyeri yang dirasakan dan meningkatkan kemampuan beraktivitas. -
Article No. 10141 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan terkait implantasi plasenta yang abnormal (plasenta akreta)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko perdarahan adalah kondisi individu yang memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital.
- Faktor yang berkontribusi pada risiko perdarahan pada kasus plasenta akreta meliputi implantasi plasenta yang abnormal, anomali uterus, dan riwayat bedah uterus sebelumnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, tidak terjadi komplikasi perdarahan, dan tidak terjadi syok hipovolemik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, pemberian cairan intravena, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan operatif jika diperlukan. -
Article No. 10142 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi plasenta akreta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi plasenta akreta adalah "Perdarahan". Plasenta akreta merupakan kondisi di mana plasenta tertanam terlalu dalam pada dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan saat proses kelahiran. Perdarahan pada plasenta akreta dapat menjadi sangat parah dan mengancam nyawa ibu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan: Ibu mampu mempertahankan volume darah yang adekuat dan tidak mengalami perdarahan yang berlebihan.
2. Stabilitas Hemodinamik: Ibu mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan respirasi.
3. Pemulihan Fisiologis: Ibu menunjukkan tanda-tanda pemulihan fisiologis yang baik, seperti pengembalian warna kulit, perbaikan kadar Hb, dan pemulihan energi.
4. Manajemen Nyeri: Ibu dapat mengelola nyeri yang terkait dengan plasenta akreta dan proses persalinan dengan efektif.
5. Kepuasan Pasien: Ibu merasa puas dengan asuhan keperawatan yang diberikan dan merasa aman selama proses persalinan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat menandakan perdarahan atau instabilitas hemodinamik.
2. Pemantauan Perdarahan: Melakukan pemantauan ketat terhadap jumlah dan karakteristik perdarahan yang terjadi, serta melakukan tindakan intervensi segera jika terjadi perdarahan yang berlebihan.
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Memberikan cairan intravena dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume darah dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan melakukan intervensi nonfarmakologis, seperti distraksi, relaksasi, dan aplikasi kompres, untuk membantu mengelola nyeri yang dialami ibu.
5. Edukasi dan Dukungan Emosional: Memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi plasenta akreta, proses persalinan, dan rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Selain itu, memberikan dukungan emosional untuk membantu ibu dan keluarga menghadapi kondisi yang menegangkan.
6. Kolaborasi dengan Tim Medis: Melakukan kolaborasi yang erat dengan tim medis, seperti dokter obstetrisi, untuk mengkoordinasikan rencana perawatan dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi komplikasi plasenta akreta.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada kasus plasenta akreta, perawat harus memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai kondisi tersebut, serta keterampilan dan kemampuan untuk melakukan pemantauan yang ketat, intervensi yang tepat, dan kolaborasi yang efektif dengan tim medis. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan keselamatan ibu, mencegah komplikasi yang lebih berat, dan mendukung pemulihan yang optimal. -
Article No. 10143 | 01 Jan 2025
Klinis : plasenta akreta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi plasenta akreta.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Hebat berhubungan dengan gangguan pemisahan plasenta.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan Hebat didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya kehilangan darah yang berlebihan dari tempat implantasi plasenta. Kondisi plasenta akreta meningkatkan risiko terjadinya perdarahan hebat karena plasenta tidak dapat terpisah dengan sempurna dari dinding uterus.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan risiko perdarahan hebat pada plasenta akreta antara lain: perdarahan terkendali, hemodinamik stabil, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, kolaborasi dengan tenaga medis untuk tindakan operatif (histerektomi) atau penggunaan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, serta pemberian dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan berbasis bukti ilmiah dan berpusat pada pasien, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi risiko, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola kondisi plasenta akreta dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien. -
Article No. 10144 | 01 Jan 2025
Klinis : Nyeri dada hilang timbul sejak 4 hari, memberat kemarin jam 5 sore, seperti ditusuk dan ditimpa, tembus ke punggung. Sesak napas hilang timbul. Keringat dingin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu nyeri dada hilang timbul sejak 4 hari, memberat kemarin jam 5 sore, seperti ditusuk dan ditimpa, tembus ke punggung, serta sesak napas hilang timbul dan keringat dingin, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri kardiovaskular b.d. iskemia jantung m.d. infark miokard atau sindrom koroner akut, dibuktikan dengan nyeri dada yang seperti ditusuk dan ditimpa serta tembus ke punggung.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. gagal jantung m.d. infark miokard atau sindrom koroner akut, dibuktikan dengan sesak napas hilang timbul.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Nyeri kardiovaskular terkontrol, ditandai dengan:
a. Intensitas nyeri menurun dari skala 8 menjadi skala 2-3.
b. Durasi nyeri berkurang dari 4 jam menjadi 30 menit.
c. Frekuensi nyeri berkurang dari 5 kali/hari menjadi 1 kali/hari.
d. Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus nyeri dan dapat melakukan tindakan untuk menguranginya.
2. Pola napas efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi napas 16-20 kali/menit.
b. Irama napas teratur.
c. Tidak ada retraksi otot bantu napas.
d. Saturasi oksigen dalam batas normal (94-99%).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen nyeri kardiovaskular:
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan kualitas nyeri).
b. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk menurunkan kerja jantung.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik dan antianginal yang sesuai.
d. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan hindari aktivitas yang dapat memicu nyeri.
e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen pola napas tidak efektif:
a. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, laju napas, dan saturasi oksigen).
b. Berikan oksigen sesuai indikasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
c. Anjurkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis yang sesuai.
e. Ajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang rinci dan terperinci berdasarkan kondisi yang Anda paparkan. Jika terdapat pertanyaan lainnya, saya akan berusaha menjawabnya dengan baik. -
Article No. 10145 | 01 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan Nyeri dada hilang timbul, seperti ditusuk dan ditimpa, tembus ke punggung. Sesak napas hilang timbul. Keringat dingin.badan pegel dan batuk kering
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu nyeri dada hilang timbul yang seperti ditusuk dan ditimpa, sesak napas hilang timbul, keringat dingin, badan pegel, serta batuk kering, diagnosis keperawatan SDKI yang paling sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Pasien mengeluhkan nyeri dada yang hilang timbul, dirasakan seperti ditusuk dan ditimpa, serta tembus ke punggung. Hal ini menggambarkan adanya nyeri akut pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Pasien tidak mengalami komplikasi terkait nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus)
2. Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya analgesik)
3. Lakukan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya posisi senyaman mungkin, distraksi, relaksasi)
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk penanganan komprehensif
Diagnosa Keperawatan SDKI:
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Pasien mengeluhkan sesak napas yang hilang timbul, yang merupakan indikasi adanya ketidakefektifan pola napas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan pola napas efektif
2. Pasien tidak mengalami komplikasi terkait gangguan pola napas
3. Pasien mampu beradaptasi dengan kondisi napas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian pola napas secara komprehensif (frekuensi, irama, kedalaman, dan kerja napas)
2. Berikan oksigenasi sesuai indikasi (misalnya kanula, masker, atau ventilasi mekanik)
3. Lakukan latihan napas dalam dan teknik pernapasan dengan baik
4. Bantu pasien untuk beradaptasi dengan kondisi napas (misalnya edukasi, pijat dada)
5. Pantau tanda-tanda vital dan gejala klinis secara berkala
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk penanganan komprehensif
Diagnosa Keperawatan SDKI:
3. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluhkan badan yang pegel, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal saat beraktivitas
3. Pasien mampu beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien secara komprehensif
2. Berikan latihan aktivitas sesuai dengan kondisi pasien (misalnya latihan ambulasi, latihan rentang gerak)
3. Monitoring tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
4. Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya fisioterapis) untuk penanganan komprehensif
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10146 | 01 Jan 2025
Klinis : gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pneumonia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Etiologi:
1. Mukus yang berlebihan
2. Kelemahan otot pernapasan
3. Penyumbatan jalan napas
4. Hipersekresi bronkial
Tanda dan Gejala:
1. Adanya sputum yang berlebihan
2. Suara napas tambahan (mengi, ronki, wheezing)
3. Kesulitan bernapas
4. Perubahan frekuensi napas
5. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode: 10012
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode: 10012
Hasil yang Diharapkan:
1. Jalan napas yang bebas dari obstruksi
2. Tidak ada kesulitan bernapas
3. Tidak ada perubahan frekuensi napas
4. Mampu mengeluarkan sekresi dengan efektif
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode: 10012
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau status pernapasan
2. Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan
3. Auskultasi suara napas
4. Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
6. Motivasi pasien untuk melakukan latihan pernapasan
Dengan memahami diagnosa keperawatan, definisi, etiologi, tanda dan gejala, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien dengan pneumonia. -
Article No. 10147 | 01 Jan 2025
Klinis : kencing normal tapi sedikit, hasil usg adanya hidronefrosis, ureum 107 mg/dl, kreatinin 5,4 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan jawaban yang terperinci terkait dengan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu kencing normal tapi sedikit, hasil USG adanya hidronefrosis, ureum 107 mg/dl, dan kreatinin 5,4 mg/dl, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Gangguan Keseimbangan Cairan berhubungan dengan Gangguan Fungsi Ginjal yang Ditandai dengan Hidronefrosis.
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan hasil laboratorium peningkatan ureum dan kreatinin, serta adanya hidronefrosis pada pemeriksaan USG. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, sehingga perlu adanya intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan Terjaga
- Indikator:
a. Berat badan stabil
b. Turgor kulit baik
c. Intake dan output cairan seimbang
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan adalah agar pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal. Hal ini ditandai dengan berat badan yang stabil, turgor kulit baik, intake dan output cairan seimbang, serta tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan secara ketat
- Catat semua cairan yang masuk dan keluar dari tubuh pasien
- Lakukan pengukuran berat badan secara rutin
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Berikan cairan sesuai kebutuhan dan pertimbangan kondisi pasien
2. Edukasi Manajemen Cairan
- Jelaskan pentingnya menjaga keseimbangan cairan
- Ajarkan pasien dan keluarga cara memantau intake dan output cairan
- Berikan informasi tentang makanan dan minuman yang sesuai untuk kondisi pasien
3. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain
- Komunikasikan hasil pemantauan dan kondisi pasien dengan dokter
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan asupan cairan dan elektrolit yang sesuai
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan adalah manajemen cairan, edukasi manajemen cairan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Tujuannya adalah agar pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal sehingga dapat membantu memperbaiki kondisi fungsi ginjal.
Harap diperhatikan bahwa intervensi keperawatan ini perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien. Selain itu, evaluasi dan monitoring yang berkala juga sangat penting untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.