Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8355 | 09 Dec 2024
Klinis : D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif b.d disfungsi hati d.d sirosis hepatis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah rincian yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
Definisi: Rentan mengalami penurunan suplai darah dan oksigen ke saluran pencernaan yang dapat menyebabkan disfungsi organ.
Faktor yang berhubungan: Disfungsi hati d.d sirosis hepatis
Sirosis hepatis merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif. Pada sirosis, terjadi gangguan aliran darah portal yang menyebabkan penurunan suplai darah dan oksigen ke saluran pencernaan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya disfungsi organ.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien akan mempertahankan perfusi gastrointestinal yang efektif, ditandai dengan:
- Tidak ada tanda-tanda penurunan perfusi gastrointestinal (misalnya perdarahan, mual, muntah, diare, abdominal distension)
- Fungsi gastrointestinal dalam batas normal (misalnya pemeriksaan laboratorium)
- Tidak ada komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif (misalnya perdarahan, infeksi)
b. Pasien dapat mengelola faktor risiko yang memengaruhi perfusi gastrointestinal, seperti:
- Patuh terhadap pengobatan untuk mengelola sirosis hepatis
- Menerapkan diet yang sesuai untuk menunjang fungsi hati
- Melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan:
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
- Monitor tanda-tanda penurunan perfusi gastrointestinal (perdarahan, mual, muntah, diare, abdominal distension)
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium terkait fungsi gastrointestinal
b. Manajemen:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan sirosis hepatis (misalnya pemberian obat, tindakan medis)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk menunjang fungsi hati
- Fasilitasi aktivitas fisik sesuai toleransi pasien
c. Observasi:
- Observasi tanda-tanda komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif
- Observasi kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan anjuran terkait pengelolaan kondisi
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mempertahankan perfusi gastrointestinal yang efektif dan mengelola faktor risiko yang memengaruhinya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif. -
Article No. 8356 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan dalam mempertahankan dan membersihkan jalan napas secara efektif, yang ditandai dengan batuk berdahak, suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang ditandai dengan keluhan sesak napas dan kehilangan nafsu makan, yang dapat menghambat partisipasi dalam perawatan kesehatan.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien berisiko mengalami infeksi terkait dengan diagnosis tuberkulosis paru, yang dapat menyebabkan komplikasi dan memperpanjang periode pemulihan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
SDKI menyediakan definisi dan kriteria diagnostik untuk diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada pasien. SLKI menyediakan ukuran hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 8357 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak. Riwayat CKD on HD 1 bulan yang lalu. Post pasang cimino kejang 1 kali. Hasil lab Kalium 2.7 Creatinin 1.91.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan yang mungkin dilakukan adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.6
- Deskripsi: Hipokalsemia
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 39.93
- Deskripsi: Pemasangan akses vaskular untuk dialisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E87.6 (Hipokalsemia):
- Pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan sesak nafas dan riwayat penyakit ginjal kronis (CKD) yang sedang menjalani hemodialisis (HD) sejak 1 bulan yang lalu.
- Hasil laboratorium menunjukkan kadar kalium (K) yang rendah (2.7 mEq/L), yang dapat menyebabkan gejala sesak nafas.
- Hipokalsemia dapat terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, karena kehilangan mineral calcium dan kalium selama proses dialisis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 39.93 (Pemasangan akses vaskular untuk dialisis):
- Pasien dengan penyakit ginjal kronis yang memerlukan hemodialisis biasanya akan dilakukan pemasangan akses vaskular, seperti fistula Cimino, untuk memudahkan proses dialisis.
- Riwayat kejang pasca pemasangan fistula Cimino dapat mengindikasikan adanya komplikasi dari prosedur tersebut.
Kode-kode tersebut dapat digunakan untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien ini dalam rekam medis. -
Article No. 8358 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak. Riwayat CKD on HD 1 bulan yang lalu. Post pasang cimino kejang 1 kali. Hasil lab Kalium 2.7 Creatinin 1.91.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan volume (SDKI)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit ginjal kronis, tindakan pengobatan (hemodialisis).
- Gejala dan tanda: Sesak napas, edema, nilai laboratorium yang menyimpang (hipokalemia).
2. Resiko gangguan perfusi jaringan (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih jaringan tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit ginjal kronis, tindakan pengobatan (hemodialisis).
- Gejala dan tanda: Sesak napas, edema, nilai laboratorium yang menyimpang (hipokalemia).
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen cairan
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sesuai.
- Tindakan: Pemantauan intake dan output cairan, pemantauan tanda-tanda vital, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengaturan cairan.
2. Manajemen perfusi jaringan
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Tindakan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan nilai laboratorium, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengaturan terapi.
Rencana Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan keseimbangan cairan
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan yang sesuai.
- Tindakan: Pemantauan intake dan output cairan, pemantauan berat badan, pemantauan edema, pemantauan tanda-tanda vital.
2. Manajemen perfusi jaringan
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Tindakan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan nilai laboratorium, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengaturan terapi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika ada hal yang belum jelas. -
Article No. 8359 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan sering terjaga saat malam hari sehingga sering mengeluh sakit leher belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkatnya berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang sering terjaga saat malam hari sehingga sering mengeluh sakit leher belakang.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan singkat:
SDKI:
Gangguan Pola Tidur: Perubahan dalam kuantitas, kualitas, atau pola tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI:
Kriteria Hasil:
1. Pasien melaporkan tidur yang cukup.
2. Pasien melaporkan energi yang meningkat.
3. Pasien melaporkan konsentrasi yang meningkat.
4. Pasien melaporkan nyeri leher yang berkurang.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Tidur
2. Relaksasi Otot Progresif
3. Terapi Kognitif
4. Terapi Kompres Hangat
Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi gangguan pola tidur pada pasien, seperti manajemen tidur, relaksasi otot progresif, terapi kognitif, dan terapi kompres hangat untuk mengurangi keluhan sakit leher belakang. Tujuannya adalah untuk membantu pasien memperoleh kualitas tidur yang baik, meningkatkan energi, konsentrasi, dan mengurangi nyeri leher. -
Article No. 8360 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (SDKI: Nyeri)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Infark miokard akut
Gejala: Nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, sesak napas, mual, dan keringat dingin.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Penyebab: Penurunan kekuatan, ketahanan, dan energi akibat infark miokard akut.
Gejala: Sesak napas saat melakukan aktivitas.
3. Risiko perburukan perfusi jaringan kardiovaskular (SDKI: Perburukan Perfusi Jaringan)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi oksigen ke jantung dan organ vital lainnya.
Penyebab: Infark miokard akut, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2.
Gejala: Nyeri dada, sesak napas, dan perubahan tanda-tanda vital.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan luaran keperawatan yang diharapkan dapat tercapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merumuskan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan ketiga standar tersebut sebagai acuan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8361 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat akut lung odem
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut.
2. Penjelasan Singkat:
- Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut adalah kondisi di mana pasien mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin sebagai manifestasi dari infark miokard akut.
3. Standar SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00132
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Utama: Keluhan nyeri dada, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 1605
- Judul Luaran: Kontrol Nyeri
- Definisi: Tingkat kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
- Indikator:
1. Melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Menggunakan tindakan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Melaporkan kepuasan dengan pengelolaan nyeri.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 1400
- Judul Intervensi: Manajemen Nyeri
- Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri yang dialami oleh pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
3. Berikan tindakan farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Monitoring tanda-tanda vital dan efek samping pengobatan.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Dalam konteks ini, dengan tone = akademis dan persona = pakar, perawat diharapkan dapat memberikan penanganan yang komprehensif dan profesional untuk mengatasi nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut yang dialami oleh pasien. -
Article No. 8362 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, sesak napas, napas cepat dan tampak penggunaan otot bantu napas, EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat akut lung odem
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
- SLKI: Peningkatan upaya pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, perubahan irama pernapasan, perubahan frekuensi pernapasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pola napas efektif, seperti memberikan oksigen, mengatur posisi, dan melakukan manajemen pernapasan.
2. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Individu mengalami peningkatan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular yang dapat mengganggu fungsi organ.
- SLKI: Edema, distensi vena leher, bunyi napas tambahan, peningkatan berat badan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola kelebihan volume cairan, seperti pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan pemantauan tanda-tanda vital.
3. Nyeri Akut
- SDKI: Individu mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Laporan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, dan perilaku protektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri akut, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan teknik relaksasi.
Penjelasan Singkat:
Pasien wanita usia 60 tahun mengalami sesak napas, napas cepat, dan penggunaan otot bantu napas, yang menunjukkan adanya Pola Napas Tidak Efektif. Selain itu, pasien memiliki riwayat akut lung edema, yang menunjukkan Kelebihan Volume Cairan. Dengan adanya infark miokard akut, pasien juga mungkin mengalami Nyeri Akut.
Peran perawat dalam penanganan pasien ini adalah memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, seperti memberikan oksigen, mengatur posisi, melakukan manajemen pernapasan, mengelola kelebihan volume cairan, dan mengelola nyeri akut. Selain itu, perawat juga harus memperhatikan persona akademis dan pakar dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan profesional. -
Article No. 8363 | 09 Dec 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kebutuhan cairan dan elektrolit.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Kondisi di mana terdapat perbedaan antara kebutuhan dan jumlah cairan dan elektrolit yang dikonsumsi atau diterima oleh tubuh.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit, penurunan asupan, atau ketidakmampuan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, mukosa lembab, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overhydrasi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Monitor intake dan output cairan, monitor kadar elektrolit, berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, edukasi pasien dan keluarga tentang kebutuhan cairan dan elektrolit.
- Tujuan intervensi: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat dan mencegah komplikasi.
Sebagai perawat, kita memiliki tanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan mengelola kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien secara komprehensif, sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 8364 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien dengan kelihan muntah 75 kali, mengeluh pusing dan lemas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Mual (00134)
Definisi: Perasaan tidak nyaman dan dorongan untuk muntah.
Karakteristik Definisi:
- Melaporkan sensasi ingin muntah
- Frekuensi muntah meningkat (75 kali)
- Mengeluh pusing dan lemas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Mual (1618)
- Skala Mual menurun
- Frekuensi muntah berkurang
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Klien melaporkan merasa lebih nyaman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual (4605)
- Identifikasi penyebab mual (misalnya obat, iritasi lambung, kecemasan, dll.)
- Ajarkan teknik relaksasi (pernafasan dalam, distraksi, visualisasi) untuk mengurangi mual
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti-mual jika diperlukan
- Anjurkan diet yang mudah dicerna dan bernutrisi
- Monitor tanda-tanda vital dan status cairan tubuh
- Sediakan emesis basin dan letakkan di tempat yang mudah dijangkau
- Berikan perawatan mulut untuk mencegah iritasi rongga mulut
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Mual (00134)
Pasien mengalami keluhan muntah yang sangat sering (75 kali), serta pusing dan lemas. Hal ini menunjukkan adanya masalah mual yang perlu ditangani.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk menurunkan skala mual, mengurangi frekuensi muntah, mencegah dehidrasi, dan membuat pasien merasa lebih nyaman.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi yang diperlukan meliputi identifikasi penyebab mual, pemberian terapi non-farmakologis, pemberian obat anti-mual jika diperlukan, serta dukungan nutrisi dan hidrasi. Tujuannya adalah untuk mengatasi mual dan mencegah komplikasi akibat muntah yang berlebihan.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah mual pada pasien ini dan memantau perkembangannya secara teratur. Komunikasi yang baik dengan pasien dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga merupakan hal penting untuk mencapai hasil yang optimal.