Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8295 | 09 Dec 2024
Klinis : Intervensi keperawatan yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan sebagai berikut… A. Tinggikan ektremitas yang mengalami edema B. Pantau dan catat haluaran urine C. Kaji distensi vena jugularis D. Monitor tekanan darah E. Timbang berat badan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, intervensi, dan luaran yang sesuai untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Kondisi yang diberikan tidak menunjukkan adanya kelebihan volume cairan, melainkan lebih mengarah pada edema. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
"Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer".
Intervensi Keperawatan yang Bukan untuk Mengatasi Kelebihan Volume Cairan:
Dari opsi yang diberikan, intervensi yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan adalah:
A. Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
Intervensi ini sesuai untuk mengatasi edema, bukan kelebihan volume cairan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer", intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Kaji tanda-tanda edema (lokasi, derajat, pitting, dll)
2. Tingkatkan posisi ekstremitas yang mengalami edema di atas level jantung
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, jika perlu
4. Lakukan massage/kompres hangat pada area yang mengalami edema
5. Edukasikan pasien/keluarga tentang manajemen edema (pembatasan cairan, diet rendah garam, aktivitas, dll)
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Edema menurun
2. Perfusi jaringan perifer membaik
3. Pasien/keluarga mampu melakukan manajemen edema secara mandiri
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer" dipilih karena kondisi yang diberikan lebih mengarah pada edema, bukan kelebihan volume cairan. Edema dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan sirkulasi, gangguan fungsi ginjal, atau faktor lainnya yang menyebabkan akumulasi cairan di jaringan.
Intervensi keperawatan yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan adalah "Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema". Hal ini sesuai untuk mengatasi edema, karena dengan meningkatkan posisi ekstremitas di atas level jantung, dapat membantu drainase cairan dan mengurangi penumpukan cairan di jaringan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran antara lain: mengkaji tanda-tanda edema, meningkatkan posisi ekstremitas, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, melakukan massage/kompres hangat, serta memberikan edukasi kepada pasien/keluarga tentang manajemen edema. Tujuannya adalah untuk menurunkan edema, memperbaiki perfusi jaringan perifer, dan memampukan pasien/keluarga dalam mengelola edema secara mandiri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah: edema menurun, perfusi jaringan perifer membaik, serta pasien/keluarga mampu melakukan manajemen edema secara mandiri. Capaian luaran ini menunjukkan keberhasilan intervensi keperawatan yang dilakukan. -
Article No. 8296 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 48 tahun di rawat dengan keluhan muntah darah dan BAB berdarah. Hasil pengkajian: Demam 4 hari yang lalu, nyeri kepala, epistaksis, melena, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 370C, Hb 10 gr/dL, trombosit 70.000/mm3, waktu perdarahan 7 menit, waktu protombin 18 detik. Diagnosa medis: demam berdarah. Apakah intervensi kolaborasi utama pada kasus tersebut? A. Memberikan cairan melalui IVFD B. Memberikan nutrisi parenteral C. Memberikan transfusi darah D. Memberikan vitamin K E. Memberikan oksigen
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien menunjukkan gejala yang sesuai dengan diagnosis medis demam berdarah. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, intervensi kolaborasi utama, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia pada demam berdarah ditandai dengan adanya epistaksis, melena, dan waktu perdarahan yang memanjang.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan demam 4 hari yang lalu.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan nyeri kepala.
Intervensi Kolaborasi Utama:
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi kolaborasi utama yang diperlukan adalah C. Memberikan transfusi darah.
Pasien mengalami trombositopenia dengan jumlah trombosit 70.000/mm3, sehingga perlu diberikan transfusi trombosit untuk mencegah perdarahan yang lebih berat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif
- Waktu perdarahan kembali normal
- Jumlah trombosit dalam batas normal
2. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tanda-tanda infeksi menurun
3. Nyeri Akut:
- Skala nyeri menurun
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Monitor tanda-tanda perdarahan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian transfusi trombosit
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko perdarahan dan tanda-tanda bahaya
2. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara rutin
- Berikan kompres dingin jika suhu tubuh meningkat
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian obat penurun demam
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda hipertermia
3. Nyeri Akut:
- Assess nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pengelolaan nyeri
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, berkolaborasi dengan tenaga medis, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8297 | 09 Dec 2024
Klinis : diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk Diabetes Melitus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Risiko Komplikasi
3. Intoleransi Aktivitas
4. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Klien mampu mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pengaturan diet, konsultasi gizi, dan pemantauan status nutrisi.
2. Risiko Komplikasi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami komplikasi akibat penyakit.
- SLKI: Klien mampu mencegah terjadinya komplikasi.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang komplikasi, dan manajemen glukosa darah.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik.
- SLKI: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pengaturan aktivitas, latihan fisik, dan manajemen energi.
4. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI: Keadaan di mana individu tidak mampu mengelola secara mandiri penyakit atau kondisi kesehatannya.
- SLKI: Klien mampu mengelola penyakitnya secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah edukasi tentang manajemen diabetes, konseling, dan pengawasan terhadap kepatuhan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 8298 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 68 tahun di rawat di ruang jantung karena infark miokard. Hasil pengkajian: nyeri dada dan sesak nafas sudah dirasakan sejak 4 tahun yang lalu, BB 65 Kg, TB 170 cm, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 75 x/menit. Hasil laboratorium: Kolesterol total 290 mg/dl, trigliserida 355 mg/dl, KGDS 185 mg/dl. Apakah materi pendidikan kesehatan yang tepat pada kasus tersebut? A. Menghindari stress B. Mengontrol tekanan darah C. Melakukan pengontrolan kadar gula darah D. Meningkatkan aktifitas fisik dengan berolahraga E. Menghindari makanan yang tinggi lemak dan kolestero
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada dan sesak napas yang dirasakan sejak 4 tahun yang lalu.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kelebihan berat badan berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat, ditandai dengan berat badan 65 kg dan hasil laboratorium menunjukkan kadar kolesterol total 290 mg/dl dan trigliserida 355 mg/dl.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan status fisiologis akibat infark miokard, ditandai dengan sesak napas.
4. Risiko komplikasi kardiovaskular berhubungan dengan faktor risiko penyakit jantung koroner, ditandai dengan usia pasien 68 tahun, riwayat infark miokard, dan kadar gula darah sewaktu 185 mg/dl.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol: pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dada dan sesak napas.
2. Status nutrisi membaik: pasien mencapai berat badan ideal dan kadar lipid darah dalam batas normal.
3. Toleransi aktivitas meningkat: pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa sesak.
4. Bebas komplikasi: pasien tidak mengalami komplikasi terkait penyakit jantung koroner.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
2. Manajemen nutrisi:
- Kaji status nutrisi dan pola makan pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pola makan yang sehat
3. Manajemen aktivitas:
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan teknik hemat energi dalam melakukan aktivitas
4. Pencegahan komplikasi:
- Kaji faktor risiko komplikasi kardiovaskular
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan faktor risiko
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan komplikasi
Materi pendidikan kesehatan yang tepat pada kasus ini adalah:
E. Menghindari makanan yang tinggi lemak dan kolestero
Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan dan intervensi yang diperlukan, yaitu untuk mengelola ketidakseimbangan nutrisi dan mencegah komplikasi kardiovaskular. Pasien perlu diedukasi tentang pemilihan makanan yang rendah lemak dan kolesterol untuk membantu mencapai status nutrisi yang optimal.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan infark miokard. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 8299 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 64 tahun di rawat di Ruang Penyakit Dalam dengan diagnosis medik hipertensi. Hasil pengkajian: BB 53 kg, TB 155 cm, kepribadian introvert, merokok 2 bungkus /hari. Pasien nyeri kepala, skala nyeri 6 (1-10), pusing, kaku kuduk, diplopia, gelisah, TD 180/110 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit. Apakah materi pendidikan kesehatan utama pada kasus tersebut? A. Bahaya merokok B. Diet rendah garam C. Minum obat secara teratur D. Belajar rileks dan mengontrol emosi E. Meningkatkan aktifitas fisik dengan berolah raga 57. Laki-laki usia 58 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan nyeri dada berat lebih dari 20 menit, menjalar ke lengan kiri dan bagian leher. Pasien akan menjalani prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi derajat stenosis pada arteri koroner. Apakah prosedur diagnostik yang paling tepat pada kasus tersebut? A. EKG B. Tredmill C. Foto thorak D. Echokardiografi E. Kateterisasi jantun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang terperinci untuk pertanyaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan hipertensi, ditandai dengan keluhan nyeri kepala, pusing, kaku kuduk, dan diplopia.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kondisi fisik akibat hipertensi, ditandai dengan gelisah dan frekuensi nadi yang meningkat.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan perilaku merokok yang tidak sehat.
Materi pendidikan kesehatan utama pada kasus tersebut adalah:
D. Belajar rileks dan mengontrol emosi
Pasien perlu belajar teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu mengontrol tekanan darah dan gejala terkait hipertensi.
Prosedur diagnostik yang paling tepat pada kasus nyeri dada adalah:
E. Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung merupakan pemeriksaan yang paling akurat untuk mengidentifikasi derajat stenosis pada arteri koroner.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol nyeri: Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 2 atau kurang.
2. Toleransi aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
3. Manajemen kesehatan: Pasien berkomitmen untuk berhenti merokok dan menerapkan gaya hidup sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri: Berikan analgesik, teknik relaksasi, kompres hangat, dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Manajemen aktivitas: Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas secara bertahap, monitor tanda-tanda vital.
3. Edukasi kesehatan: Beri konseling dan dukungan untuk berhenti merokok, anjurkan diet rendah garam, dan promosikan aktivitas fisik teratur.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kasus dan asuhan keperawatan yang sesuai. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8300 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 40 tahun di rawat di ruang jantung dengan keluhan nyeri dada bila beraktifitas ringan.Hasil pengkajian: BB 55 Kg, TB 165 cm, TD 120/80 mmHg, dan frekuensi nadi 86 x/menit. Hasil laboratorium: Kolesterol total 145 mg/dl, trigliserida 160 mg/dl, KGDS 290 mg/dl. Pasien sudah diizinkan pulang nanti sore. Apakah materi pendidikan kesehatan yang tepat pada kasus tersebut? A. Menghindari stress B. Mengontrol tekanan darah C. Melakukan pengontrolan kadar gula darah D. Meningkatkan aktifitas fisik dengan berolahraga E. Menghindari makanan yang tinggi lemak dan kolesterol 54. Laki-laki usia 68 tahun mengalami infark miokardial akut. Hasil pengkajian: pada EKG terdapat ST elevasi pada area V3R, V4R, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 35 x/menit. Berasal dari manakah impuls yang dihasilkan oleh sistem konduksi jantung tersebut? A. Atrioventrikular Nodus B. Serabut purkinye C. Sinoatrial Nodus D. Bundle branch E. Berkas his
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengenali tanda dan gejala nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik, durasi, frekuensi, dan lokasi nyeri
- Identifikasi faktor-faktor pencetus nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
Materi pendidikan kesehatan yang tepat pada kasus tersebut:
E. Menghindari makanan yang tinggi lemak dan kolesterol
Penjelasan:
- Pasien memiliki kadar kolesterol total dan trigliserida yang tinggi, serta kadar gula darah yang tidak terkontrol.
- Oleh karena itu, materi pendidikan kesehatan yang penting adalah menghindari asupan makanan yang tinggi lemak dan kolesterol, serta meningkatkan kontrol gula darah.
- Dengan menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol, dapat membantu menurunkan profil lipid darah pasien dan mengurangi risiko komplikasi penyakit jantung koroner.
- Selain itu, pengendalian kadar gula darah juga penting untuk mencegah komplikasi diabetes yang dapat memperburuk kondisi jantung pasien.
Impuls yang dihasilkan oleh sistem konduksi jantung tersebut berasal dari:
D. Bundle branch
Penjelasan:
- Pasien mengalami infark miokardial akut dengan ST elevasi pada area V3R dan V4R, yang menunjukkan keterlibatan ventrikulus kanan.
- Impuls yang dihasilkan berasal dari bundle branch, yaitu bagian dari sistem konduksi jantung yang bertugas menyalurkan impuls dari berkas His ke otot ventrikel.
- Adanya infark pada area ventrikulus kanan menyebabkan gangguan pada bundle branch sehingga menghasilkan impuls yang lambat dan tidak terkoordinasi.
- Hal ini dapat menyebabkan bradikardi dan penurunan kontraktilitas ventrikel, yang ditandai dengan tekanan darah rendah. -
Article No. 8301 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- Pasien mengalami batuk dan pilek, yang menandakan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
- Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, sesak, dan penurunan oksigenasi.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor Risiko: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Jalan napas bebas, tidak ada tanda-tanda obstruksi, suara napas normal, frekuensi napas normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, edukasi pasien dan keluarga.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan peran sebagai perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien serta standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8302 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu batuk dan pilek, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, edema mukosa, kelemahan otot pernapasan.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan peningkatan patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Paparan lingkungan yang tidak memadai, sistem pertahanan tubuh yang terganggu, prosedur invasif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Kriteria diagnostik, faktor yang berhubungan, dan karakteristik definisi.
- Risiko Infeksi: Kriteria diagnostik dan faktor risiko.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Hasil yang diharapkan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
- Bebas Infeksi: Hasil yang diharapkan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Definisi, tujuan, aktivitas, dan komplikasi potensial.
- Pencegahan Infeksi: Definisi, tujuan, aktivitas, dan komplikasi potensial.
Dalam konteks tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang sesuai dengan keluhan batuk dan pilek pada pasien. -
Article No. 8303 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 68 tahun mengalami gagal jantung. Mahasiswa praktik klinik keperawatan melakukan penyadapan EKG. Hasil EKG menunjukkan jarak R-R’ 5 kotak besar. Berapakah frekuensi nadi pasien tersebut? A. 80 x/menit B. 70 x/menit C. 60 x/menit D. 50 x/menit E. 40 x/menit 49. Penyebab utama anemia aplastik dapat di kaitkan dengan agent myelotoxic seperti… A. Radiasi, benzene, sulfonamid, Insectisida dan cloramfinicol B. Eritrosit yang immature dan bahan kimia tertentu C. Kekurangan vitamin B-12 dan asan folat D. Penghancuran eritrosit berlebih E. Defek hormone eritopoetin 50. Pernyataan kapasitas paru yang benar adalah… A. Kapasitas Residu Fungsional = volume cadangan ekspirasi + volume residu. B. Kapasitas Inspirasi = volume tidal + volume cadangan inspirasi. C. Kapasitas Vital = volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan inspirasi. D. Kapasitas Paru Total = kapasitas Residu fungsional + volume tidal. E. Kapasitas Inspirasi = volume tidal + volume cadangan ekspirasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan respons yang rinci dan akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Diagnosa yang tepat untuk pasien perempuan usia 68 tahun dengan gagal jantung adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak. Hal ini didasarkan pada hasil EKG yang menunjukkan jarak R-R' 5 kotak besar, yang menunjukkan adanya aritmia dan gangguan irama jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakefektifan perfusi dan suplai oksigen ke jaringan.
Frekuensi Nadi Pasien:
Berdasarkan hasil EKG dengan jarak R-R' 5 kotak besar, frekuensi nadi pasien adalah 60 x/menit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus: 60 detik / 5 kotak besar = 12 detik per kotak besar. Jadi, frekuensi nadi pasien adalah 60 x/menit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, dan respirasi yang berada dalam rentang normal.
2. Oksigenasi: Pasien menunjukkan oksigenasi jaringan yang efektif, terlihat dari parameter oksimetri, hasil analisis gas darah, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Pengendalian Gejala: Pasien mampu mengendalikan gejala-gejala yang muncul, seperti sesak napas, edema, dan nyeri dada.
4. Kepatuhan Terapeutik: Pasien menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapi, seperti mengonsumsi obat-obatan, melakukan latihan fisik, dan mengikuti diet yang disarankan.
5. Pengetahuan tentang Penyakit: Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko, dan manajemen diri yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda vital secara berkala untuk memastikan stabilitas hemodinamik pasien.
2. Oksigenasi: Memberikan terapi oksigen, jika diperlukan, dan memantau saturasi oksigen untuk memastikan oksigenasi jaringan yang efektif.
3. Manajemen Gejala: Mengelola gejala-gejala yang muncul, seperti memberikan obat-obatan untuk mengurangi sesak napas, edema, dan nyeri dada.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, faktor-faktor risiko, dan manajemen diri yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terapeutik.
5. Kolaborasi Interprofesional: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, dan ahli gizi, untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi interprofesional, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, oksigenasi yang efektif, pengendalian gejala, kepatuhan terapeutik, dan peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya. -
Article No. 8304 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang Anda sampaikan, yaitu batuk dan pilek, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Batasan Karakteristik: Bunyi napas tambahan, batuk yang tidak efektif, produksi sekret yang berlebihan, dispnea.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang berisi definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang memperberat diagnosis keperawatan.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SDKI menyediakan definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar yang berisi daftar luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SLKI menyediakan luaran keperawatan yang dapat ditargetkan, seperti Bersihan Jalan Napas Efektif, Pola Napas Efektif, dan Bebas Komplikasi Respirasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar yang berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Untuk diagnosis "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif", SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti Manajemen Jalan Napas, Manajemen Batuk, dan Terapi Inhalasi.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi masalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" pada pasien.