Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10262 | 03 Jan 2025
Klinis : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi di paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Proses Inflamasi di Paru
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara pola pernapasan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Pola Nafas Tidak Efektif adalah Pola Nafas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan permeabilitas jalan napas, mencegah obstruksi jalan napas, dan memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
2. Manajemen Oksigen: Mempertahankan kadar oksigen darah dalam rentang normal dan memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
3. Manajemen Penyakit Paru: Mengelola kondisi penyakit paru, seperti inflamasi, yang dapat menyebabkan pola napas tidak efektif.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pola napas, penggunaan oksigen, dan manajemen penyakit paru.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengelola pasien dengan Pola Nafas Tidak Efektif. Kolaborasi antara perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 10263 | 03 Jan 2025
Klinis : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi di paru
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi di paru":
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menarik napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Proses inflamasi di paru.
Karakteristik Mayor: Irama napas tidak teratur, frekuensi napas meningkat, pola napas abnormal (misalnya, napas cepat dan dangkal).
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran Utama: Perbaikan Pola Napas
Definisi: Tercapainya pola napas yang efektif sesuai kebutuhan.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal.
b. Kedalaman napas dalam rentang normal.
c. Irama napas reguler.
d. Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Utama: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Memfasilitasi dan mempertahankan aliran udara melalui jalan napas untuk memaksimalkan pertukaran gas.
Aktivitas Keperawatan:
a. Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
c. Ajarkan teknik pernapasan dalam (deep breathing) dan batuk efektif.
d. Lakukan suction jika diperlukan untuk membebaskan jalan napas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi bronkodilator atau kortikosteroid jika diperlukan.
f. Pertahankan posisi semifowler atau posisi lain yang nyaman untuk meningkatkan ekspansi paru.
g. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami proses inflamasi di paru, yang dapat menyebabkan irama napas tidak teratur, frekuensi napas meningkat, dan pola napas abnormal. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk memperbaiki pola napas sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.
Luaran yang diharapkan adalah tercapainya pola napas yang efektif, dengan frekuensi dan kedalaman napas dalam rentang normal, irama napas reguler, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pelatihan teknik pernapasan, suction jika diperlukan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, dan mempertahankan posisi yang nyaman untuk meningkatkan ekspansi paru. Tujuan intervensi ini adalah untuk memfasilitasi dan mempertahankan aliran udara melalui jalan napas sehingga dapat memaksimalkan pertukaran gas. -
Article No. 10264 | 03 Jan 2025
Klinis : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi di paru
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J96.0
- Deskripsi: Insufisiensi pernafasan, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lainnya
Penjelasan:
Kode ICD-10 J96.0 (Insufisiensi pernafasan, tidak terspesifikasi) sesuai dengan kondisi "Pola nafas tidak efektif" yang disebabkan oleh proses inflamasi di paru. Ini menggambarkan gangguan pada fungsi pernafasan yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam pengambilan dan pengeluaran udara.
Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian oksigen, lainnya) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah pola nafas yang tidak efektif, seperti pemberian oksigen tambahan.
Secara umum, kode-kode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi medis serta tindakan yang dilakukan dalam penatalaksanaannya. -
Article No. 10265 | 03 Jan 2025
Klinis : manajemen oksigenisasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi manajemen oksigenisasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen oksigenisasi adalah "Penurunan Perfusi Jaringan". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan suplai oksigen ke jaringan, yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Pertukaran Gas
Luaran ini menggambarkan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan pertukaran gas, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Indikator yang dapat diukur antara lain peningkatan saturasi oksigen, perbaikan pola napas, dan perbaikan hasil analisis gas darah.
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
Luaran ini menggambarkan peningkatan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan metabolik sel. Indikator yang dapat diukur antara lain peningkatan suhu ekstremitas, perbaikan pengisian kapiler, dan perbaikan kadar laktat darah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi
Intervensi ini bertujuan untuk memantau dan mengidentifikasi perubahan pada pola pernapasan pasien, sehingga dapat segera dilakukan tindakan korektif. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mengukur frekuensi pernapasan, mengamati irama dan kedalaman pernapasan, serta menilai penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Pemberian Oksigen
Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan dengan memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memilih modalitas pemberian oksigen yang tepat, mengatur laju aliran oksigen, dan memantau respons pasien terhadap terapi oksigen.
3. Manajemen Jalan Napas
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas agar tetap terbuka, sehingga aliran udara ke dan dari paru-paru dapat berlangsung dengan baik. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain membersihkan jalan napas, memberikan posisi yang tepat, dan memantau adanya obstruksi jalan napas.
4. Manajemen Ventilasi
Intervensi ini bertujuan untuk membantu mencapai ventilasi yang adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mengatur parameter ventilator, memantau respons pasien terhadap terapi ventilasi, dan memberikan latihan pernapasan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu pasien dengan kondisi manajemen oksigenisasi untuk mencapai hasil yang optimal dalam perawatan. -
Article No. 10266 | 03 Jan 2025
Klinis : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Akumulasi Secret di Jalan Nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Akumulasi Sekret di Jalan Nafas
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Bersihan Jalan Nafas yang Efektif, yang ditandai dengan manifestasi klinis seperti bebas dari sumbatan jalan nafas, tidak ada suara napas tambahan, dan frekuensi napas dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Jalan Nafas, Suction, Terapi Oksigen, Latihan Batuk Efektif, dan Pemberian Humidifier. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan nafas sehingga ventilasi dapat berjalan efektif.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya evaluasi yang komprehensif terhadap kondisi pasien, pemantauan tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. -
Article No. 10267 | 03 Jan 2025
Klinis : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Akumulasi Secret di Jalan Nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Akumulasi Secret di Jalan Nafas" adalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga menyebabkan pertukaran gas yang tidak adekuat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
a. Permeabilitas Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan bebas dari obstruksi.
b. Pembersihan Jalan Napas: Pasien dapat membersihkan sekresi dari jalan napas secara efektif.
c. Oksigenasi: Pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
d. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk membersihkan sekresi dari jalan napas
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekresi
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
b. Manajemen Oksigen
- Pantau status oksigenasi pasien (SpO2, gas darah)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat
c. Manajemen Energi
- Rencakan aktivitas dan istirahat pasien untuk mempertahankan toleransi aktivitas
- Ajarkan teknik penghematan energi saat beraktivitas
d. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya bersihan jalan napas
- Ajarkan teknik batuk efektif dan manajemen sekresi jalan napas
e. Kolaborasi Interprofessional
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat-obatan, fisioterapi, atau tindakan lainnya yang diperlukan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan dan memulihkan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 10268 | 03 Jan 2025
Klinis : Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin terkait kondisi "Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi" dalam format akademis dari sudut pandang seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi "Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi" adalah "Pertukaran gas terganggu". Diagnosa ini menggambarkan adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang menyebabkan ketidakefektifan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Ventilasi efektif: Pasien menunjukkan pola pernafasan yang normal dengan frekuensi, irama, dan kedalaman yang adekuat.
b. Pertukaran gas yang memadai: Pasien menunjukkan kadar oksigen darah (PaO2) yang meningkat dan kadar karbon dioksida (PaCO2) yang menurun ke dalam rentang normal.
c. Tidak terjadi komplikasi akibat gangguan pertukaran gas: Pasien tidak mengalami komplikasi seperti hipoksemia, asidosis respiratorik, atau gagal napas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai, antara lain:
a. Pengkajian dan pemantauan:
- Melakukan pengkajian komprehensif terkait status pernapasan pasien, seperti frekuensi, irama, kedalaman, dan pola pernapasan.
- Memantau tanda-tanda vital, termasuk saturasi oksigen, tekanan darah, dan laju nadi.
- Melakukan pemeriksaan fisik terkait sistem pernapasan, seperti auskultasi paru-paru.
- Memantau hasil tes diagnostik seperti analisis gas darah dan rontgen dada.
b. Manajemen oksigenasi:
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Mengatur mode, laju alir, dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang efektif.
c. Manajemen ventilasi:
- Mengajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti latihan pernafasan dalam dan pursed-lip breathing.
- Melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
- Mempertimbangkan penggunaan alat bantu pernapasan, seperti ventilator, jika diperlukan.
d. Edukasi dan dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kondisi dan manajemen pernapasan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diharapkan dan memperbaiki kondisi pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 10269 | 03 Jan 2025
Klinis : Hipertermia b.d proses infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan komprehensif untuk kondisi Hipertermia b.d proses infeksi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C. Hipertermia adalah keadaan di mana suhu tubuh naik di atas batas normal sebagai respons tubuh terhadap proses infeksi. Proses infeksi dapat menyebabkan mediator inflamasi seperti interleukin dan prostaglandin yang akan menyebabkan peningkatan set point suhu di hipotalamus, sehingga tubuh akan menghasilkan panas yang lebih banyak dan membatasi kehilangan panas untuk mencapai suhu lebih tinggi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Suhu Tubuh: Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C) sesuai dengan penurunan tanda-tanda infeksi.
2. Kontrol Demam: Klien mampu mengontrol peningkatan suhu tubuh melalui penggunaan intervensi penurun demam.
3. Status Hidrasi: Status hidrasi klien terjaga dengan baik untuk mendukung proses penurunan suhu tubuh.
4. Pengetahuan Manajemen Demam: Klien dan keluarga memahami manajemen demam dan dapat menerapkannya secara mandiri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring Suhu Tubuh
- Ukur suhu tubur secara berkala (misal 4 jam sekali)
- Identifikasi pola dan perubahan suhu tubuh
- Catat dan dokumentasikan suhu tubuh secara akurat
2. Manajemen Demam
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai resep
- Anjurkan klien minum banyak cairan
- Anjurkan klien mengenakan pakaian yang tipis dan longgar
3. Edukasi Manajemen Demam
- Jelaskan penyebab dan gejala demam
- Ajarkan teknik pengukuran suhu tubuh
- Ajarkan cara penggunaan kompres hangat/dingin
- Ajarkan penggunaan obat penurun demam yang aman
- Anjurkan klien/keluarga untuk memantau suhu tubuh dan tanda infeksi secara rutin
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan
- Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian antipiretik atau pengobatan lain
- Kolaborasi dengan ahli gizi terkait kebutuhan cairan dan nutrisi selama demam
Penerapan intervensi-intervensi di atas secara komprehensif diharapkan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, mempertahankan status hidrasi, dan meningkatkan pengetahuan klien/keluarga dalam mengelola demam, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10270 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, , terpasang kateter, pasien sering kencing dicelana sehingga mengganggu ibadah, cemas dan takut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin: Kondisi di mana pasien tidak dapat menahan kencing, sehingga sering terjadi kebocoran urin atau kencing di celana.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk menahan atau mengontrol pengeluaran urin."
- Faktor-faktor yang dapat menyebabkan inkontinensia urin antara lain kelemahan sfingter, infeksi saluran kemih, dan efek samping obat-obatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama penanganan inkontinensia urin adalah mencapai kontinensia, mempertahankan integritas kulit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
- Luaran yang diharapkan antara lain pasien dapat mengendalikan eliminasi urin, tidak terjadi infeksi saluran kemih, dan pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengatur pola berkemih, latihan otot dasar panggul, penggunaan alat bantu seperti kateter, dan edukasi terkait manajemen inkontinensia.
- Perawat juga perlu memantau tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan area genital, dan memberikan dukungan psikologis kepada pasien.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah inkontinensia urin, mengurangi kecemasan dan ketakutan, serta meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan beribadah. -
Article No. 10271 | 03 Jan 2025
Klinis : seorang laki-laki umur 64 tahun dirawat di ruang bedah RSUD di semarang sejak pagi ini dengan diagnosa medis BPH grade III. sebelumnya kontrol ke poli klinik dan sempat dipasang kateter 1 minggu, namun 2 hari yang lalu kateter dilepas. pasien mengeluh tidak bisa kencing, kencing tidak tuntas, kencing menetes, harus mengejan saat kencing, sering kencing dicelana sehingga sering terganggu saat ibadah. pasien rencananya akan menjalani operasi TURP minggu ini. pasien mengatakan cemas dan takut, sesekali bertanya tentang bagaimana proses operasi dan kemungkinan keberhasilannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin Fungsional
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal (seperti hambatan fisik, psikologis, atau lingkungan) yang mengganggu kemampuan pasien untuk mencapai, menggunakan, atau mempertahankan toilet.
- Penyebab: Hambatan fisik (BPH), hambatan psikologis (kecemasan), hambatan lingkungan (tidak ada atau sulit mengakses toilet).
2. Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya atau risiko terjadinya kerusakan jaringan yang berlangsung atau berpotensi berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Adanya kondisi medis (BPH) yang menyebabkan nyeri saat berkemih.
3. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik.
- Penyebab: Ketakutan akan proses operasi dan hasil yang tidak pasti.
Penjelasan Singkat:
1. Inkontinensia Urin Fungsional:
- Merupakan ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin akibat faktor-faktor eksternal, seperti BPH yang menyebabkan hambatan fisik.
- Gejala yang dialami pasien, seperti tidak dapat berkemih dengan tuntas, kencing menetes, dan sering kencing di celana, sesuai dengan karakteristik inkontinensia urin fungsional.
2. Nyeri Kronis:
- Nyeri yang dialami pasien saat berkemih merupakan nyeri kronis yang berlangsung lebih dari 3 bulan akibat kondisi medis (BPH).
- Nyeri kronis dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup pasien.
3. Kecemasan:
- Pasien mengalami kecemasan dan ketakutan terkait proses operasi TURP yang akan dilakukan dan ketidakpastian hasil.
- Kecemasan ini merupakan respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik.
Sebagai perawat, saya akan membantu pasien mengatasi masalah-masalah tersebut melalui intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI, seperti manajemen inkontinensia urin, manajemen nyeri, dan manajemen kecemasan. Saya juga akan memberikan edukasi dan konseling untuk mempersiapkan pasien menghadapi operasi TURP.