Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8288 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 68 tahun dirawat di Ruang Penyakit Dalam dengan keluhan sesak dan batuk terus-menerus. Hasil pengkajian: batuk selama 4 minggu yang disertai dengan dahak dan sulit di keluarkan, lemah, mual dan anoreksia. Hasil pemeriksaan fisik: TB 160, BB 55 kg, suara napas ronchi pada kedua lapang paru, TD 130/90 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit dan frekuensi nadi 88 x/menit. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A. Intoleransi aktivitas B. Gangguan pertukaran gas C. Ketidakseimbangan nutrisi D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Penjelasan:
Pasien mengalami batuk terus-menerus yang disertai dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Selain itu, pasien juga mengalami sesak napas dengan frekuensi napas 32 x/menit. Temuan pemeriksaan fisik berupa suara napas ronchi pada kedua lapang paru menunjukkan adanya jalan napas yang tidak efektif. Oleh karena itu, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas: Terbukanya jalan napas yang ditandai dengan perubahan suara napas normal, tidak ada sekret yang sulit dikeluarkan, dan frekuensi napas 16-20 x/menit.
2. Status pernapasan: Pernapasan dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan seperti penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
3. Pengendalian batuk: Batuk produktif dengan hasil yang memadai, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
- Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara tambahan (ronchi, wheezing, dll.)
- Berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
- Lakukan suction jika terdapat sekret yang tidak dapat dikeluarkan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
2. Manajemen batuk
- Monitor karakteristik batuk: frekuensi, produktivitas, dan kemampuan pasien dalam mengontrol batuk
- Kolaborasi pemberian terapi bronkodilator dan mukolitik untuk membantu pengeluaran sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan untuk memobilisasi sekret
3. Manajemen nutrisi
- Monitor berat badan dan intake nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Berikan makanan tinggi kalori, protein, dan mudah dicerna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan masalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien dapat teratasi dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8289 | 09 Dec 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset tiba-tiba, durasi relatif singkat, dan intensitas bervariasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkendali, mendemonstrasikan perilaku relaksasi yang efektif, dan dapat beraktivitas sesuai kapasitas. Evaluasi dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri, kemampuan melakukan aktivitas, dan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk nyeri akut mencakup pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis (misalnya distraksi, relaksasi, terapi panas-dingin), edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Intervensi disesuaikan dengan penyebab nyeri, karakteristik nyeri, dan respon pasien.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh, menentukan intervensi yang sesuai, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri akut pasien secara efektif, dengan mempertimbangkan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 8290 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 64 tahun, dirawat di ICU dengan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor + ileostomy, sepsis, hypoalbuminemia. Pasien dirawat di ICU hari perawatan ke-1. Terpasang ventilator mekanik dengan mode CPAP, PS 8, PEEP = 5 cmH2O dan FI O2 60%. Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6 Vett. Berat badan pasien = 65 kg. Diketahui vital sign saat ini: TDS 110-125 mmHg, TDD 55-65 mmHg dengan terpasang obat norepinephrine 0,2 mcg/kgBB/menit dan Dobutamine 5 mcg/KgBB/menit. Urine output dalam 3 jam: 30cc, kuning pekat. Suhu: 37,6 sampai dengan 38,8 derajat Celcius Hasil laboratorium: Hb 8,4 g/dL, Hematokrit 25,1%, WBC (ribu/mm2) 27.6, Platelet (ribu/mm2) 450, Ur 58 mg/dL, Kreatinin 1,49 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3 mmol/L, Clorida 107 mmol/L, GDS 143 mg/dL, Albumin 2, Bilirubin Total 0,7, Bilirubin Direk 0,6, Leukosit 22.000/mm3, CRP 221 mg/L AGD: pH 7,25, pCO2 45,9, PO2 95, SatO2 97,6, HCO3 22, BE -3,4 Saat dilakukan pengkajian pasien tampak kooperatif dengan bantuan ventilasi mekanik, namun napas cepat disertasi demam, diuresis menurun, nadi meningkat, tekanan darah unstable.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K91.2
- Deskripsi: Disfungsi usus pasca operasi
- Kode: A41.9
- Deskripsi: Sepsis, tidak spesifik
- Kode: E46
- Deskripsi: Malnutrisi protein-energi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.75
- Deskripsi: Reseksi usus besar, tidak termasuk rektum
- Kode: 46.10
- Deskripsi: Penempatan ileostomi, tidak spesifik
Penjelasan:
- Pasien perempuan usia 64 tahun menunjukkan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor dan ileostomi, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 K91.2 (Disfungsi usus pasca operasi).
- Pasien juga mengalami sepsis, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 A41.9 (Sepsis, tidak spesifik).
- Pasien juga mengalami hypoalbuminemia, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 E46 (Malnutrisi protein-energi, tidak spesifik).
- Prosedur medis yang dilakukan adalah reseksi usus besar, tidak termasuk rektum, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-9-CM 45.75, dan penempatan ileostomi, tidak spesifik, yang dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-9-CM 46.10. -
Article No. 8291 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 64 tahun, dirawat di ICU dengan diagnosis pasca operasi laparatomi reseksi tumor + ileostomy, sepsis, hypoalbuminemia. Pasien dirawat di ICU hari perawatan ke-1. Terpasang ventilator mekanik dengan mode CPAP, PS 8, PEEP = 5 cmH2O dan FI O2 60%. Kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4M6 Vett. Berat badan pasien = 65 kg. Diketahui vital sign saat ini: TDS 110-125 mmHg, TDD 55-65 mmHg dengan terpasang obat norepinephrine 0,2 mcg/kgBB/menit dan Dobutamine 5 mcg/KgBB/menit. Urine output dalam 3 jam: 30cc, kuning pekat. Suhu: 37,6 sampai dengan 38,8 derajat Celcius Hasil laboratorium: Hb 8,4 g/dL, Hematokrit 25,1%, WBC (ribu/mm2) 27.6, Platelet (ribu/mm2) 450, Ur 58 mg/dL, Kreatinin 1,49 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3 mmol/L, Clorida 107 mmol/L, GDS 143 mg/dL, Albumin 2, Bilirubin Total 0,7, Bilirubin Direk 0,6, Leukosit 22.000/mm3, CRP 221 mg/L AGD: pH 7,25, pCO2 45,9, PO2 95, SatO2 97,6, HCO3 22, BE -3,4 Saat dilakukan pengkajian pasien tampak kooperatif dengan bantuan ventilasi mekanik, namun napas cepat disertasi demam, diuresis menurun, nadi meningkat, tekanan darah unstable.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan sepsis, ditandai dengan suhu tubuh 37,6°C - 38,8°C.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru, ditandai dengan nilai pO2 95 mmHg, saturasi oksigen 97,6%, dan penggunaan ventilator mekanik.
3. Ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan, dibuktikan dengan urin output 30 cc dalam 3 jam, hipoalbuminemia, dan adanya norepinefrin dan dobutamin.
4. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik, ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, terpasang ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu (leukositosis dan peningkatan CRP).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36,5°C - 37,5°C).
2. Pertukaran gas membaik: Nilai pO2, saturasi oksigen, dan ventilasi mekanik sesuai target.
3. Volume cairan seimbang: Urin output meningkat, tanda-tanda hipovolemia tidak ada, dan kadar albumin meningkat.
4. Kelelahan teratasi: Respiratory rate normal, kesadaran membaik.
5. Tidak terjadi infeksi: Tanda-tanda infeksi tidak ada, hasil laboratorium menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipertermia:
a. Monitor suhu tubuh secara berkala.
b. Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antipiretik.
2. Manajemen ventilasi:
a. Monitor parameter ventilator dan nilai oksigenasi.
b. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk mengoptimalkan setting ventilator.
c. Lakukan suction dan fisioterapi dada sesuai kebutuhan.
3. Manajemen cairan:
a. Monitor input dan output cairan.
b. Ganti cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.
c. Monitor kadar albumin dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian albumin.
4. Manajemen kelelahan:
a. Monitor tanda-tanda vital dan kelelahan.
b. Pertahankan posisi semi-fowler untuk meningkatkan ventilasi.
c. Berikan istirahat yang cukup dan upaya untuk mengurangi stres.
5. Manajemen risiko infeksi:
a. Lakukan hand hygiene dengan benar.
b. Pertahankan teknik aseptik pada tindakan invasif.
c. Monitor tanda-tanda infeksi dan lakukan kolaborasi dengan tenaga medis untuk terapi antibiotik.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan sepsis, ditandai dengan suhu tubuh 37,6°C - 38,8°C.
Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh proses infeksi atau sepsis yang sedang dialami. Kondisi ini perlu ditangani dengan cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru, ditandai dengan nilai pO2 95 mmHg, saturasi oksigen 97,6%, dan penggunaan ventilator mekanik.
Pasien mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan nilai pO2 yang masih kurang optimal dan penggunaan ventilator mekanik. Kondisi ini perlu ditangani untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
3. Ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan, dibuktikan dengan urin output 30 cc dalam 3 jam, hipoalbuminemia, dan adanya norepinefrin dan dobutamin.
Pasien mengalami ketidakstabilan volume cairan yang ditandai dengan output urin yang rendah, hipoalbuminemia, serta penggunaan obat-obatan vasoaktif. Kondisi ini perlu dikelola untuk mencegah terjadinya hipovolemia atau overload cairan.
4. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik, ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis.
Pasien mengalami kelelahan yang ditandai dengan napas cepat dan kesadaran kompos mentis. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik akibat kondisi penyakit yang dialami.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, terpasang ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu (leukositosis dan peningkatan CRP).
Pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi yang disebabkan oleh prosedur pembedahan, pemasangan ventilator mekanik, dan kondisi imunitas yang terganggu. Hal ini perlu dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia teratasi: Suhu tubuh kembali normal (36,5°C - 37,5°C).
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal, menandakan bahwa hipertermia telah teratasi.
2. Pertukaran gas membaik: Nilai pO2, saturasi oksigen, dan ventilasi mekanik sesuai target.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan pertukaran gas pasien membaik, ditandai dengan nilai pO2, saturasi oksigen, dan parameter ventilasi mekanik yang sesuai dengan target.
3. Volume cairan seimbang: Urin output meningkat, tanda-tanda hipovolemia tidak ada, dan kadar albumin meningkat.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan volume cairan pasien menjadi seimbang, ditandai dengan peningkatan output urin, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan kadar albumin yang meningkat.
4. Kelelahan teratasi: Respiratory rate normal, kesadaran membaik.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan kelelahan pasien teratasi, ditandai dengan respiratory rate yang normal dan kesadaran yang membaik.
5. Tidak terjadi infeksi: Tanda-tanda infeksi tidak ada, hasil laboratorium menunjukkan perbaikan.
Setelah asuhan keperawatan, diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi dan hasil laboratorium yang -
Article No. 8292 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 54 tahun di rawat di ruang penyakit dalam karena demam naik turun selama 4 hari. Hasil pengkajian: Pasien samnolen, kulit kering dan akral dingin, TD 90/70 mmHg, frekuensi nadi 115 x/menit, suhu 380C, CRT 3 detik. Hasil laboratorium: Hb 10 gr/dL, trombosit 100.000/mm3, hematokrit 70%. Diagnosis medis: Demam berdarah. Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut? A. Hipertermia B. Risiko perdarahan C. Defisit volume cairan D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Terima kasih atas pertanyaan Anda. Saya akan mencoba memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kasus yang Anda sajikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama yang sesuai adalah:
E. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Kondisi pasien menunjukkan adanya penurunan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan kulit kering dan akral dingin, serta tekanan darah rendah (90/70 mmHg). Demam berdarah dapat menyebabkan kebocoran plasma yang memicu terjadinya hipovolemia dan gangguan perfusi jaringan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer
- Indikator: Warna kulit, suhu kulit, pengisian kapiler, dan tekanan darah
- Kriteria Hasil: Warna kulit normal, suhu kulit hangat, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dan tekanan darah dalam rentang normal.
2. Hipovolemia
- Indikator: Turgor kulit, pengisian vena, dan frekuensi nadi
- Kriteria Hasil: Turgor kulit baik, pengisian vena adekuat, dan frekuensi nadi dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipovolemia
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh)
- Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Pantau intake dan output cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda perfusi jaringan (warna, suhu, pengisian kapiler)
- Posisikan pasien dengan kaki lebih tinggi dari jantung untuk meningkatkan aliran balik vena
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan (misalnya cairan intravena, vasopressor) sesuai indikasi
3. Manajemen Demam
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan perfusi jaringan perifer, mengatasi hipovolemia, dan mengendalikan demam pada pasien sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 8293 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 64 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medik hipertensi. Hasil pengkajian: pasien merasa sakit kepala, skala nyeri 8 (1-10), pusing, kaku kuduk, gelisah, lemas, mual dan muntah, TD 190/110 mmHg, dan frekuensi nadi 112 x/menit. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A. Ansietas B. Nyeri akut C. Risiko cedera D. Intoleransi aktifitas E. Risiko penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
B. Nyeri akut
Pasien mengalami sakit kepala dengan skala nyeri 8 (1-10), pusing, dan kaku kuduk yang merupakan tanda-tanda nyeri akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Keluhan nyeri berkurang
3. Pasien dapat mengenali faktor penyebab nyeri
4. Pasien dapat melakukan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi.
3. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
4. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
5. Berikan dukungan emosional dan informasi yang cukup kepada pasien dan keluarga.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan nyeri akut dipilih karena pasien mengalami gejala nyeri kepala yang signifikan dengan skala 8 (1-10), disertai pusing dan kaku kuduk. Gejala-gejala ini menunjukkan adanya nyeri akut yang perlu ditangani segera. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan tanda-tanda vital, berkurangnya keluhan nyeri, pasien dapat mengenali faktor penyebab nyeri, dan dapat melakukan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis, mengajarkan teknik non-farmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, serta pemberian dukungan emosional dan informasi yang cukup kepada pasien dan keluarga.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8294 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 56 tahun di rawat di ruang rawat jantung karena sering pingsan tiba-tiba. Hasil pemeriksaan fisik: TD 70/50 mmHg, frekuensi nadi 135 x/menit, frekuensi napas 12 x/menit, dan suhu 35,50C. Apakah posisi tidur yang paling tepat untuk mengatasi masalah pasien tersebut? A. Sims B. Lateral C. Lithotomy D. Trendelenberg E. Genu pectoral
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Penurunan Curah Jantung
Pasien mengalami penurunan tekanan darah, frekuensi nadi yang meningkat, serta suhu yang rendah, yang menunjukkan adanya penurunan curah jantung.
Posisi tidur yang paling tepat:
D. Trendelenberg
Posisi Trendelenberg, di mana kaki pasien berada lebih tinggi dari kepala, akan membantu meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak, sehingga dapat membantu mengatasi masalah penurunan curah jantung pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Curah Jantung
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengalami peningkatan curah jantung, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi nadi, serta normalisasi suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
Melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh.
2. Pemberian Posisi Trendelenberg
Menempatkan pasien dalam posisi Trendelenberg, di mana kaki pasien berada lebih tinggi dari kepala, untuk membantu meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak.
3. Pemberian Cairan Intravena
Memberikan cairan intravena untuk membantu meningkatkan volume darah dan curah jantung.
4. Pemberian Obat-obatan Kardiovaskular
Jika diperlukan, pemberian obat-obatan kardiovaskular (seperti inotropik atau vasopresor) untuk membantu meningkatkan curah jantung.
5. Kolaborasi dengan Dokter
Berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan penanganan yang tepat bagi pasien, termasuk pemeriksaan diagnostik dan pengobatan yang diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengalami peningkatan curah jantung dan perbaikan kondisi secara keseluruhan. -
Article No. 8295 | 09 Dec 2024
Klinis : Intervensi keperawatan yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan sebagai berikut… A. Tinggikan ektremitas yang mengalami edema B. Pantau dan catat haluaran urine C. Kaji distensi vena jugularis D. Monitor tekanan darah E. Timbang berat badan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, intervensi, dan luaran yang sesuai untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Kondisi yang diberikan tidak menunjukkan adanya kelebihan volume cairan, melainkan lebih mengarah pada edema. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
"Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer".
Intervensi Keperawatan yang Bukan untuk Mengatasi Kelebihan Volume Cairan:
Dari opsi yang diberikan, intervensi yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan adalah:
A. Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
Intervensi ini sesuai untuk mengatasi edema, bukan kelebihan volume cairan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer", intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Kaji tanda-tanda edema (lokasi, derajat, pitting, dll)
2. Tingkatkan posisi ekstremitas yang mengalami edema di atas level jantung
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, jika perlu
4. Lakukan massage/kompres hangat pada area yang mengalami edema
5. Edukasikan pasien/keluarga tentang manajemen edema (pembatasan cairan, diet rendah garam, aktivitas, dll)
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Edema menurun
2. Perfusi jaringan perifer membaik
3. Pasien/keluarga mampu melakukan manajemen edema secara mandiri
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Edema berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan perifer" dipilih karena kondisi yang diberikan lebih mengarah pada edema, bukan kelebihan volume cairan. Edema dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan sirkulasi, gangguan fungsi ginjal, atau faktor lainnya yang menyebabkan akumulasi cairan di jaringan.
Intervensi keperawatan yang bukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan adalah "Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema". Hal ini sesuai untuk mengatasi edema, karena dengan meningkatkan posisi ekstremitas di atas level jantung, dapat membantu drainase cairan dan mengurangi penumpukan cairan di jaringan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran antara lain: mengkaji tanda-tanda edema, meningkatkan posisi ekstremitas, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, melakukan massage/kompres hangat, serta memberikan edukasi kepada pasien/keluarga tentang manajemen edema. Tujuannya adalah untuk menurunkan edema, memperbaiki perfusi jaringan perifer, dan memampukan pasien/keluarga dalam mengelola edema secara mandiri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah: edema menurun, perfusi jaringan perifer membaik, serta pasien/keluarga mampu melakukan manajemen edema secara mandiri. Capaian luaran ini menunjukkan keberhasilan intervensi keperawatan yang dilakukan. -
Article No. 8296 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 48 tahun di rawat dengan keluhan muntah darah dan BAB berdarah. Hasil pengkajian: Demam 4 hari yang lalu, nyeri kepala, epistaksis, melena, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 370C, Hb 10 gr/dL, trombosit 70.000/mm3, waktu perdarahan 7 menit, waktu protombin 18 detik. Diagnosa medis: demam berdarah. Apakah intervensi kolaborasi utama pada kasus tersebut? A. Memberikan cairan melalui IVFD B. Memberikan nutrisi parenteral C. Memberikan transfusi darah D. Memberikan vitamin K E. Memberikan oksigen
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien menunjukkan gejala yang sesuai dengan diagnosis medis demam berdarah. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, intervensi kolaborasi utama, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia pada demam berdarah ditandai dengan adanya epistaksis, melena, dan waktu perdarahan yang memanjang.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan demam 4 hari yang lalu.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan nyeri kepala.
Intervensi Kolaborasi Utama:
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi kolaborasi utama yang diperlukan adalah C. Memberikan transfusi darah.
Pasien mengalami trombositopenia dengan jumlah trombosit 70.000/mm3, sehingga perlu diberikan transfusi trombosit untuk mencegah perdarahan yang lebih berat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif
- Waktu perdarahan kembali normal
- Jumlah trombosit dalam batas normal
2. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tanda-tanda infeksi menurun
3. Nyeri Akut:
- Skala nyeri menurun
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Monitor tanda-tanda perdarahan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian transfusi trombosit
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko perdarahan dan tanda-tanda bahaya
2. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara rutin
- Berikan kompres dingin jika suhu tubuh meningkat
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian obat penurun demam
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda hipertermia
3. Nyeri Akut:
- Assess nyeri secara komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pengelolaan nyeri
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, berkolaborasi dengan tenaga medis, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8297 | 09 Dec 2024
Klinis : diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk Diabetes Melitus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Risiko Komplikasi
3. Intoleransi Aktivitas
4. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Klien mampu mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pengaturan diet, konsultasi gizi, dan pemantauan status nutrisi.
2. Risiko Komplikasi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami komplikasi akibat penyakit.
- SLKI: Klien mampu mencegah terjadinya komplikasi.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang komplikasi, dan manajemen glukosa darah.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik.
- SLKI: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah pengaturan aktivitas, latihan fisik, dan manajemen energi.
4. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI: Keadaan di mana individu tidak mampu mengelola secara mandiri penyakit atau kondisi kesehatannya.
- SLKI: Klien mampu mengelola penyakitnya secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan adalah edukasi tentang manajemen diabetes, konseling, dan pengawasan terhadap kepatuhan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).