Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8422 | 10 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan nyeri dada disertai sesak nafas dari beberapa hari. tidak punya riwayat asma. Saat ini nyeri dada masih terasa, nyeri seperti tertindih benda berat. skala nyeri ringan. nyeri bertambah saat aktifitas berpindah tempat tidur. O : Kesadaran Compos mentis. tidak tampak sesak. oksigenasi dengan binasal 3 liter/menit, hemodinamik TD 129/80 mmhg, HR 75 x/menit. RR 18 x/menit. Saturasi 98 %. Suhu 36,6oC. Terpasang IV line no. 18 di vena metacarpal sinistra dengan venflon, drip lasix 5 mg/jam. akses infus lancar. Terpasang IV line no. 20 di Vena pedis sinistra drip heparin 12 ui/kgBB/jam. Terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih. skala nyeri 3.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri dada seperti tertindih benda berat, skala nyeri ringan, dan nyeri bertambah saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
2. Pasien mampu mengontrol nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian komprehensif tentang nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi napas dalam, distraksi, dan terapi kompres hangat.
4. Pantau tanda-tanda vital secara teratur untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung" dipilih karena pasien mengeluhkan gejala nyeri dada yang merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit jantung. Karakteristik nyeri yang dirasakan, seperti terasa tertindih benda berat dan bertambah saat beraktivitas, serta adanya faktor pencetus (aktivitas berpindah tempat tidur) mendukung diagnosis ini.
Luaran yang diharapkan, seperti pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, mampu mengontrol nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, merupakan outcomes yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan yang diberikan. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan, seperti pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri akut yang dialami pasien.
Pendekatan yang digunakan dalam penjelasan ini adalah tone akademis dan persona pakar/perawat, sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 8423 | 10 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan nyeri dada disertai sesak nafas dari beberapa hari. tidak punya riwayat asma. Saat ini nyeri dada masih terasa, nyeri seperti tertindih benda berat. skala nyeri ringan. nyeri bertambah saat aktifitas berpindah tempat tidur. demam O : Kesadaran Compos mentis. tidak tampak sesak. oksigenasi dengan binasal 3 liter/menit, hemodinamik TD 129/80 mmhg, HR 75 x/menit. RR 18 x/menit. Saturasi 98 %. Suhu 39 C. Terpasang IV line no. 18 di vena metacarpal sinistra dengan venflon, drip lasix 5 mg/jam. akses infus lancar. Terpasang IV line no. 20 di Vena pedis sinistra drip heparin 12 ui/kgBB/jam. Terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih. skala nyeri 3.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat saya akan memberikan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (kondisi medis) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada seperti tertindih benda berat, skala nyeri ringan, nyeri bertambah saat aktivitas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan proses penyakit (kondisi medis) ditandai dengan pasien mengeluh sesak napas.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (kondisi medis) ditandai dengan suhu tubuh pasien 39°C.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien akan melaporkan nyeri terkontrol dengan skala nyeri ≤ 2 setelah diberikan intervensi keperawatan.
2. Pola Napas Efektif: Pasien akan menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi napas 12-20 kali per menit dan tidak ada keluhan sesak napas setelah diberikan intervensi keperawatan.
3. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) setelah diberikan intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan lokasi nyeri.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai resep.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
2. Manajemen Jalan Napas:
a. Kaji pola napas pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien menggunakan kanula nasal.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian bronkodilator atau kortikosteroid sesuai resep.
3. Manajemen Demam:
a. Kaji suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antipiretik sesuai resep.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 8424 | 10 Dec 2024
Klinis : Gangguan mobilitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan mobilitas:
Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri atau yang disengaja pada satu atau lebih ekstremitas.
Faktor Risiko:
- Kondisi muskuloskeletal atau neurologis
- Rasa nyeri
- Fatigue
- Perubahan tingkat kesadaran
- Cemas atau depresi
Gejala dan Tanda Mayor:
- Keterbatasan rentang gerak sendi
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan koordinasi gerak
- Perubahan postur tubuh
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien dapat melakukan pergerakan sendi dengan rentang gerak yang adekuat
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Pasien dapat mempertahankan postur tubuh yang baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Aktivitas
- Terapi Latihan Fisik
- Perawatan Mobilitas
Tujuan intervensi adalah untuk memaksimalkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas fisik sesuai kondisinya. Perawat akan melakukan latihan fisik, manajemen aktivitas, serta perawatan untuk mengatasi keterbatasan mobilitas pasien. -
Article No. 8425 | 10 Dec 2024
Klinis : pinggang sakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode-kode diagnosis dan tindakan medis yang sesuai untuk kondisi pinggang sakit berdasarkan sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Sakit punggung bawah (low back pain)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.29
- Deskripsi: Prosedur terapeutik lainnya pada tulang belakang dan tulang keras, termasuk manipulasi punggung bawah
Penjelasan:
- Kode ICD-10 M54.5 (sakit punggung bawah) mencakup kondisi nyeri atau rasa tidak nyaman di area punggung bawah, termasuk sakit pinggang.
- Kode ICD-9-CM 72.29 (prosedur terapeutik lainnya pada tulang belakang dan tulang keras) dapat mencakup berbagai tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi nyeri punggung bawah, seperti manipulasi tulang belakang, terapi fisik, atau tindakan pembedahan jika diperlukan.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan memudahkan proses kodifikasi, tagihan, dan analisis epidemiologis terkait kondisi pinggang sakit. -
Article No. 8426 | 10 Dec 2024
Klinis : sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada pada saat batuk, nafsu makan menurun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak nafas)
- Kode: R07.1
- Deskripsi: Nyeri dada saat bernafas
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia (penurunan nafsu makan)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Observasi dan evaluasi medis lainnya
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10:
- R05 (Batuk): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi batuk yang dialami pasien.
- R06.0 (Dispnea): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi sesak nafas yang dialami pasien.
- R07.1 (Nyeri dada saat bernafas): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi nyeri dada yang timbul saat pasien batuk.
- R63.0 (Anoreksia): Kode ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi penurunan nafsu makan yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- 93.08 (Observasi dan evaluasi medis lainnya): Kode ini dapat digunakan untuk mencatat tindakan observasi dan evaluasi medis lainnya yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter atau perekam medis untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkodean ini penting untuk dokumentasi medis, penagihan asuransi, dan penelitian epidemiologi. -
Article No. 8427 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien pria usia 45 tahun tersebut, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
b. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Keterbatasan fisiologis, kelemahan umum.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, penurunan selera makan.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Toleransi aktivitas meningkat
c. Status nutrisi membaik
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen jalan napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih.
- Tindakan: Suction, nebulizer, postural drainage.
b. Manajemen aktivitas
- Tujuan: Meningkatkan toleransi aktivitas.
- Tindakan: Istirahat yang cukup, aktivitas bertahap.
c. Manajemen nutrisi
- Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Tindakan: Edukasi diet, pemberian suplemen, konsultasi ahli gizi.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya dan mencapai hasil yang optimal sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 8428 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Kehilangan nafsu makan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada suara napas bronkial
b. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keadaan gizi yang memenuhi kebutuhan tubuh.
- Indikator:
- Berat badan dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Intake nutrisi adekuat
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit dasar (tuberkulosis)
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi (berat badan, indeks massa tubuh, intake nutrisi)
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang tepat
- Pantau progress berat badan dan intake nutrisi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Pasien mengalami gejala batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial, yang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas. Selain itu, pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Status Nutrisi Membaik. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif, indikatornya adalah frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada suara napas bronkial. Untuk Status Nutrisi Membaik, indikatornya adalah berat badan dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan intake nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
1. Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit dasar (tuberkulosis)
2. Untuk Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi
- Berikan makanan bergizi sesuai kebutuhan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang tepat
- Pantau progress berat badan dan intake nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu Bersihan Jalan Napas Efektif dan Status Nutrisi Membaik, sehingga dapat membantu dalam proses pemulihan dari penyakit tuberkulosis paru. -
Article No. 8429 | 10 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bintik- bintik bernanah di badan kiri dan kanan sejak 3 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan bintik-bintik bernanah di badan kiri dan kanan sejak 3 hari, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Kerusakan integritas kulit, paparan terhadap lingkungan, prosedur invasif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi
- Ciri-ciri: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan luka dalam proses penyembuhan.
- Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda infeksi tidak muncul.
b. Suhu tubuh dalam rentang normal.
c. Luka menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Tujuan: Mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi.
- Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian luka secara komprehensif (lokasi, ukuran, warna, eksudat, dll.).
b. Bersihkan luka dengan larutan saline steril atau antiseptik sesuai indikasi.
c. Aplikasikan balutan luka yang sesuai untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah infeksi.
d. Monitor tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dll.).
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang tepat.
2. Manajemen Infeksi
- Tujuan: Mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Aktivitas:
a. Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien.
b. Lakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan dan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, farmasis, dll.) untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral yang sesuai.
d. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi secara teratur.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien datang dengan keluhan bintik-bintik bernanah di badan, yang mengindikasikan adanya gangguan integritas kulit yang dapat menjadi pintu masuk bagi organisme patogen. Risiko infeksi perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Kontrol Infeksi", yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, suhu tubuh dalam rentang normal, dan luka menunjukkan perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan efektif dalam mengatasi risiko infeksi pada pasien.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup perawatan luka dan manajemen infeksi. Perawatan luka bertujuan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi, sementara manajemen infeksi bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi secara keseluruhan. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini mencakup pengkajian luka, pembersihan dan perawatan luka, monitor tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta edukasi pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan risiko infeksi pada pasien dapat dikendalikan, sehingga luka dapat sembuh dengan baik dan tidak terjadi komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 8430 | 10 Dec 2024
Klinis : Meningoensephalitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Meningoensephalitis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan:
Kondisi meningoensephalitis dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke otak dan jaringan serebral. Hal ini dapat menimbulkan risiko terjadinya penurunan aliran darah ke otak dan kerusakan jaringan.
SLKI:
1. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
2. Tekanan Intrakranial Terkendali
SIKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Tanda-Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Tekanan Intrakranial
Sebagai perawat, saya akan fokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan manajemen tekanan intrakranial untuk mencegah penurunan perfusi jaringan serebral dan mempertahankan fungsi otak yang optimal. -
Article No. 8431 | 10 Dec 2024
Klinis : S: pasien mengatakan badan meriang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan meriang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluhkan badan meriang adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya disertai dengan peningkatan denyut nadi, pernapasan, dan keringat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau reaksi terhadap obat-obatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C) (SLKI, 2019).
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal, seperti denyut nadi 60-100 kali per menit, frekuensi napas 12-20 kali per menit (SLKI, 2019).
3. Pasien tidak merasa kedinginan atau menggigil (SLKI, 2019).
4. Pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab hipertermia (SLKI, 2019).
5. Pasien berpartisipasi aktif dalam upaya penurunan suhu tubuh (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin, terutama suhu tubuh (SIKI, 2018).
2. Manajemen demam, seperti pemberian kompres dingin, obat penurun demam, dan menjaga intake cairan yang cukup (SIKI, 2018).
3. Identifikasi dan pengelolaan penyebab hipertermia, misalnya infeksi, dehidrasi, atau reaksi obat (SIKI, 2018).
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan hipertermia (SIKI, 2018).
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk penatalaksanaan medis yang tepat (SIKI, 2018).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keperawatan, seperti berpusat pada pasien, mempertahankan keamanan, dan menjaga komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga. Perawat juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kondisi pasien, seperti usia, riwayat medis, dan status nutrisi.