Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8489 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari ekstremitas dan nyeri jika di renggangkan atau dipegang setelah kejang durasi 3-5menit ec epilepsi, pasien mengeluh sesak, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan syaraf ekstremitas akibat kejang ec epilepsi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kejang ec epilepsi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak napas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: mual berhubungan dengan kejang ec epilepsi.
5. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan pusing dan hipertensi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan mobilitas fisik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari satu atau lebih ekstremitas.
2. Nyeri akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
3. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas fisik.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
5. Perubahan perfusi serebral: Ketidakmampuan dari sistem sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkontrol.
2. Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan rasa sakit.
3. Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
4. Status nutrisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
5. Fungsi serebrovaskular: Kemampuan perfusi serebral untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi otak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen mobilitas: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan pasien dalam bergerak.
2. Manajemen nyeri: Intervensi untuk mengendalikan rasa sakit yang dialami pasien.
3. Manajemen aktivitas: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas.
4. Manajemen nutrisi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi pasien.
5. Manajemen perfusi serebral: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan perfusi serebral.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang berlaku di Indonesia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8490 | 10 Dec 2024
Klinis : Prioritas diagnosa keperawatan apa yg cocok pada pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari ekstremitas dan nyeri jika di renggangkan atau dipegang setelah kejang durasi 3-5menit ec epilepsi, pasien mengeluh sesak, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Gejala: Pasien mengeluhkan nyeri pada ekstremitas jika direnggangkan atau dipegang.
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Rentan mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler, yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala: Pasien mengeluhkan mual dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan Sekunder:
3. Hipertensi
Definisi: Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi nilai normal.
Gejala: Tekanan darah pasien 150/100 mmHg.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang independen dalam lingkungan.
Gejala: Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari ekstremitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan praktik keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. Diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Gangguan Sensori Persepsi: Nyeri Akut dan Risiko Kekurangan Volume Cairan. Diagnosa keperawatan sekunder meliputi Hipertensi dan Gangguan Mobilitas Fisik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan mobilisasi pasien. -
Article No. 8491 | 10 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik dirujuk ke RS pusat luka bakar. Pasien tidak memiliki riwayat medis apapun. Saat kejadian, pasien sedang memegang pengisian daya smartphone di tangan kanannya saat akan mandi di bath tub. Tidak sengaja pasien tersengat listrik. Setelah mendengar teriakan keras, ibu dari pasien memutuskan listrik dari meteran listrik dan segera membawa putrinya keluar dari kamar mandi.Menurut sang ibu, pasien langsung tidak sadar dan menunjukkan kontraksi otot seperti kejang. Seorang tetangga yang mendengar teriakan segera datang dan membantu ibu pasien melakukan RJP pada pasien. Setelah itu pasien menjadi responsif lagi. Pasien langsung dibawa ke RS. Setelah penanganan di UGD, pasien dirawat di ruang HCU. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan dua luka bakar yang dalam: (1) lesi berbentuk oval yang dibatasi sekitar 1 × 1 cm, dengan zona tengah pucat di sisi palmar tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, dan (2) stripe Laserasi -berbentuk kulit sekitar 1 × 12 cm, di perut, dekat daerah epigastrik, dikelilingi oleh zona hiperemia. Total luas permukaan tubuh pasien yang dibakar kurang dari 0,5%.Pemeriksaan darah: Level serum kreatinin kinase (CK) pasien adalah 1294 U/L (sangat meningkat). Tidak ada kelainan yang terlihat pada elektrokardiogram. Pasien dirawat di bangsal perawatan luka bakar untuk observasi dan survei tersier. Sehari setelah masuk, level CK -nya sedikit meningkat menjadi 1400 U/L. Urinnya diuji untuk mioglobinuria tetapi tidak menunjukkan tanda -tanda rhabdomyolysis. Selain itu, pasien tidak memiliki keluhan atau kelainan lain pada survei tersier dan karena itu pasien dipulangkan pada hari ke-2 paska luka bakar.Karena amnesia, pasien gagal memberikan rekonstruksi rinci tentang cedera. Kekakuan otot, keparahan luka bakar, dan pembusukan otot (peningkatan level CK) menunjukkan bahwa pasien terkena arus listrik. Mungkin tangan pasien tidak sengaja menyentuh bagian logam dari pengisi daya sehingga terjadi konduktansi langsung antara tangan pasien dengan sumber listrik. Atau kemungkinan ada arus mengalir di sisi luar kabel pengisian, sementara tangan pasien lembab akibat mandi. Awalnya, luka bakar diperlakukan secara konservatif dengan krim silver sulfadiazin, yang diubah menjadi krim asam fusida setelah 1 minggu. Perawatan ini memadai untuk luka terbakar di tangan dan menunjukkan penyembuhan. Namun, setelah 21 hari, luka bakar di perut perut tidak cukup menunjukkan penyembuhan. Oleh karena itu, dilakukan reseksi bedah dan transposisi kulit dilakukan dilakukan. Ini mengakibatkan penyembuhan yang memuaskan dengan hanya sedikit bekas luka.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Sengatan Listrik
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan luka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Integritas Jaringan Kulit: Kemampuan mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan penyembuhan luka.
2. Manajemen Energi: Intervensi untuk mengatur penggunaan energi secara efektif.
3. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengontrol dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Perawatan Luka:
- Melakukan pembersihan dan debridemen luka secara aseptik.
- Menerapkan terapi topikal yang sesuai (misalnya krim silver sulfadiazin atau asam fusida).
- Memantau tanda-tanda infeksi dan respons penyembuhan luka.
2. Manajemen Energi:
- Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien.
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang cukup.
- Mengatur aktivitas dan mobilisasi sesuai toleransi pasien.
3. Manajemen Nyeri:
- Mengevaluasi intensitas dan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien.
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan dan mengevaluasi efektivitasnya.
- Menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya distraksi, relaksasi).
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat memulihkan luka bakarnya, mempertahankan integritas kulit, dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 8492 | 10 Dec 2024
Klinis : carikan saya 10 diagnosa keperawatan dengan penyakit TB Paru
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan (SIKI) untuk kondisi pasien dengan penyakit TB Paru.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Pasien dengan TB Paru:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya sputum berlebih, napas cuping hidung, dan retraksi otot pernapasan.
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sputum akibat proses infeksi dan peradangan.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Ditandai dengan adanya sianosis, takipnea, dan dispnea.
- Berhubungan dengan penurunan fungsi alveolar dan difusi oksigen.
3. Intoleransi Aktivitas
- Ditandai dengan kelelahan, sesak napas, dan penurunan kapasitas latihan.
- Berhubungan dengan penurunan stamina dan daya tahan akibat proses penyakit.
4. Nyeri Akut
- Ditandai dengan keluhan nyeri dada, batuk, dan nyeri saat menarik napas.
- Berhubungan dengan proses infeksi dan peradangan pada paru-paru.
5. Risiko Infeksi
- Ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan produksi sputum.
- Berhubungan dengan penurunan sistem imun dan peningkatan paparan bakteri penyebab TB.
6. Malnutrisi Risiko Tinggi
- Ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan malaise.
- Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi akibat proses penyakit.
7. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Ditandai dengan ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan dan kontrol kesehatan.
- Berhubungan dengan kurangnya pemahaman, motivasi, dan dukungan sosial.
8. Kelelahan
- Ditandai dengan adanya keletihan yang berkepanjangan, penurunan aktivitas, dan gangguan tidur.
- Berhubungan dengan proses penyakit dan penurunan status kesehatan.
9. Defisit Pengetahuan
- Ditandai dengan kurangnya pemahaman pasien mengenai penyakit, pengobatan, dan pencegahan.
- Berhubungan dengan kurangnya informasi yang diberikan kepada pasien.
10. Risiko Perdarahan
- Ditandai dengan adanya perdarahan spontan atau mudah terjadi memar.
- Berhubungan dengan efek samping pengobatan anti-TB.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien mampu batuk efektif dan mengeluarkan sputum.
- Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan adekuat.
2. Pertukaran Gas Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan nilai oksigenasi (SpO2, PaO2).
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan pertukaran gas.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien menunjukkan peningkatan kapasitas latihan.
4. Nyeri Terkendali
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
5. Risiko Infeksi Menurun
- Tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit) dalam batas normal.
- Pasien tidak menunjukkan komplikasi infeksi.
6. Status Gizi Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan indeks massa tubuh.
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
7. Manajemen Kesehatan Efektif
- Pasien patuh terhadap regimen pengobatan dan kontrol kesehatan.
- Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman dan motivasi dalam mengelola penyakit.
8. Kelelahan Berkurang
- Pasien melaporkan penurunan tingkat kelelahan.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
9. Pengetahuan Meningkat
- Pasien mampu menjelaskan penyakit, pengobatan, dan pencegahan yang tepat.
- Pasien aktif dalam mencari informasi dan mengikuti edukasi kesehatan.
10. Risiko Perdarahan Menurun
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan spontan atau mudah terjadi memar.
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan profil koagulasi yang membaik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Identifikasi pola napas dan bunyi napas pasien
- Fasilitasi batuk efektif dan drainase sputum
- Lakukan tindakan nebulisasi dan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan ekspektorasi
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Monitor status oksigenasi (SpO2, PaO2)
- Atur posisi semi-fowler atau posisi yang memfasilitasi pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Edukasi pasien mengenai teknik pernapasan yang efektif
3. Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi tingkat aktivitas dan kapasitas fungsional pasien
- Berikan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi
- Anjurkan istirahat yang cukup dan tidur yang adekuat
4. Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dialami pasien
- Berikan analgesik sesuai resep medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Kolaborasi dengan tim interdisiplin untuk pengelolaan nyeri
5. Risiko Infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, produksi sputum)
- Lakukan pencegahan infeksi (hand hygiene, isolasi jika perlu)
- Berikan antibiotik sesuai resep medis
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi
6. Malnutrisi Risiko Tinggi
- Identifikasi status gizi dan kebutuhan nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang adekuat
- Berikan edukasi mengenai pentingnya nutrisi dan strategi peningkatan asupan
- Monitor berat badan dan parameter status gizi secara berkala
7. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Identifikasi faktor-faktor yang m -
Article No. 8493 | 10 Dec 2024
Klinis : Berikan prioritas diagnosa keperawatan dengan pasien datang ke igd dengan keluhan seluruh jari ekstremitas mengalami kekakuan saraf, pasien juga mengeluh pusing dan sesak serta mual, dengan data objektif td:150/100Mmhg setelah mengalami kejang dengan riwayat epilepsi, pasien diberikan inj omz
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kekakuan Saraf pada Ekstremitas
Penjelasan: Kondisi ini ditandai dengan adanya kekakuan pada seluruh jari ekstremitas, yang menghambat pergerakan dan fungsi fisik pasien. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan saraf yang memengaruhi sistem motorik.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Terkait Sesak Napas
Penjelasan: Pasien mengeluh sesak napas, yang dapat mengganggu pola pernapasan dan mengakibatkan bersihan jalan napas yang tidak efektif. Hal ini perlu segera ditangani untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
3. Mual Terkait Gangguan Gastrointestinal
Penjelasan: Pasien mengeluh mual, yang dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem gastrointestinal. Kondisi ini perlu dipantau dan diatasi untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
4. Risiko Cedera Terkait Riwayat Epilepsi
Penjelasan: Pasien memiliki riwayat epilepsi, yang meningkatkan risiko terjadinya cedera saat terjadi serangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengawasan yang ketat untuk meminimalkan risiko cedera.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Mual
- Risiko Cedera
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mobilitasi Fisik: Pergerakan Ekstremitas Meningkat
- Bersihan Jalan Napas: Pernapasan Efektif
- Kontrol Mual: Mual Berkurang
- Pencegahan Cedera: Bebas dari Cedera
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Modalitas Fisik: Latihan Pergerakan Ekstremitas
- Manajemen Jalan Napas: Pemantauan Pernapasan
- Manajemen Mual dan Muntah: Pemberian Antiemetik
- Pencegahan Risiko Cedera: Pemantauan Tanda-tanda Vital
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse -
Article No. 8494 | 10 Dec 2024
Klinis : carikan saya 10 diagnosa keperawatan dengan penyakit TB Paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan 10 diagnosa keperawatan untuk pasien dengan penyakit Tuberkulosis (TB) Paru berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Pola napas tidak efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk membantu pasien mempertahankan pola napas yang efektif
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan ventilasi dan oksigenasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk membantu pasien membersihkan jalan napas
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan sekret dari saluran napas
3. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Keterbatasan pada toleransi aktivitas fisik
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk meningkatkan toleransi aktivitas
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas
4. Kelelahan
- SDKI: Pengalaman subjektif dari kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk membantu mengurangi kelelahan
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan energi
5. Gangguan pertukaran gas
- SDKI: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveoli
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan oksigenasi dan ventilasi
6. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional terhadap ancaman yang dirasakan dan dirasakan tidak mampu untuk mengatasinya
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk mengurangi kecemasan
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi manajemen kecemasan
7. Malnutrisi
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk meningkatkan status gizi
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemenuhan nutrisi yang adekuat
8. Nyeri
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk mengurangi nyeri
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk manajemen nyeri
9. Ketidakpatuhan
- SDKI: Perilaku tidak sesuai dengan rekomendasi yang disepakati bersama oleh pasien dan tenaga kesehatan
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk meningkatkan kepatuhan
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi kepatuhan pasien
10. Risiko infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan
- SLKI: Intervensi Keperawatan untuk mencegah infeksi
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menurunkan risiko infeksi
Setiap diagnosa keperawatan di atas disusun berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh PPNI. Penjelasan singkat dari masing-masing komponen tersebut juga telah diberikan. -
Article No. 8495 | 10 Dec 2024
Klinis : nyeri kronis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik Definisi: Adanya keluhan nyeri yang menetap atau berulang, serta keterbatasan aktivitas dan penurunan kualitas hidup.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengendalikan nyeri, melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, dan meningkatkan kualitas hidup.
- Indikator Luaran: Tingkat nyeri berkurang, kemampuan mengontrol nyeri meningkat, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, terapi komplementer), kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan farmakologis, dan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri.
- Tujuan Intervensi: Membantu pasien mengontrol nyeri, meningkatkan kemampuan dalam mengelola nyeri, dan mencegah komplikasi akibat nyeri kronis.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan, merumuskan luaran yang diharapkan, dan mengembangkan rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien dengan nyeri kronis. Tujuannya adalah membantu pasien mencapai kualitas hidup yang optimal dengan mengelola nyeri secara efektif. -
Article No. 8496 | 10 Dec 2024
Klinis : nyeri kronis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri kronis:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri kronis adalah "Nyeri Kronis". Nyeri kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3-6 bulan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri: Klien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri sesuai target yang ditetapkan.
2. Koping: Klien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri kronis.
3. Aktivitas Sehari-hari: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
4. Kepuasan Hidup: Klien dapat melaporkan peningkatan kepuasan hidup dengan adanya manajemen nyeri yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Tentukan strategi manajemen nyeri yang sesuai
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang optimal
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk manajemen nyeri (misalnya relaksasi, distraksi, terapi panas-dingin)
- Pantau efektivitas tindakan manajemen nyeri
2. Manajemen Koping:
- Identifikasi respons koping klien terhadap nyeri kronis
- Ajarkan teknik koping yang efektif, seperti manajemen stres dan pemecahan masalah
- Dukung klien untuk mengembangkan strategi koping yang positif
- Pantau kemampuan klien dalam menerapkan strategi koping
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berikan latihan fisik dan aktivitas sesuai toleransi klien
- Kolaborasi dengan terapis okupasi atau fisik untuk rehabilitasi
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas
- Dukung klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan hobi
4. Peningkatan Kepuasan Hidup:
- Kaji persepsi klien tentang kualitas hidup dan kepuasan hidup
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan hidup klien
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Kolaborasi dengan tenaga profesional lain (psikolog, konselor) untuk intervensi yang komprehensif
- Pantau peningkatan kepuasan hidup klien secara berkala
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Kronis" dipilih karena klien mengalami kondisi nyeri yang berlangsung lebih dari 3-6 bulan, yang merupakan karakteristik dari nyeri kronis. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dapat menyebabkan dampak signifikan pada kualitas hidup klien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup empat aspek utama, yaitu manajemen nyeri, koping, aktivitas sehari-hari, dan kepuasan hidup. Tujuan utamanya adalah membantu klien mencapai penurunan intensitas nyeri, mengembangkan strategi koping yang efektif, mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan kepuasan hidup secara keseluruhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) melibatkan pendekatan komprehensif, mencakup manajemen nyeri, manajemen koping, peningkatan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan kepuasan hidup. Intervensi tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri secara holistik dan membantu klien mencapai kualitas hidup yang optimal meskipun menghadapi kondisi nyeri kronis.
Dalam menerapkan intervensi ini, perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam manajemen nyeri, rehabilitasi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Perawat juga harus memberikan dukungan emosional dan psikologis yang diperlukan untuk membantu klien beradaptasi dengan kondisi nyeri kronis dan meningkatkan kepuasan hidup. -
Article No. 8497 | 10 Dec 2024
Klinis : carikan saya 11 diagnosa keperawatan dengan penyakit TB Paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat, berikut 11 diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan untuk pasien dengan penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Terkait: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan obstruksi saluran napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Faktor Terkait: Kelemahan, keletihan, dan sesak napas.
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Terkait: Proses penyakit dan efek samping pengobatan.
4. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi organisme patogen.
- Faktor Terkait: Penurunan system kekebalan tubuh.
5. Gangguan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan normal.
- Faktor Terkait: Perubahan mekanis dinding dada, peningkatan sekresi, dan kelemahan otot pernapasan.
6. Cemas
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak jelas dan mengganggu.
- Faktor Terkait: Proses penyakit, ketidakpastian akan kondisi, dan perubahan gaya hidup.
7. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Terkait: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan obstruksi saluran napas.
8. Penurunan Curah Jantung
- Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Faktor Terkait: Peningkatan beban kerja jantung dan penurunan kemampuan jantung.
9. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Paru
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke paru-paru.
- Faktor Terkait: Perubahan struktur paru-paru dan gangguan ventilasi-perfusi.
10. Defisit Perawatan Diri: Mandi
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.
- Faktor Terkait: Kelemahan, kelelahan, dan sesak napas.
11. Ketidakefektifan Pemberian Obat
- Definisi: Pola pemberian obat yang tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan.
- Faktor Terkait: Ketidakpatuhan, efek samping, dan interaksi obat.
Diagn osa keperawatan di atas disusun dengan mengacu pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi dan faktor terkait yang spesifik untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan penyakit Tuberkulosis (TB) Paru. -
Article No. 8498 | 10 Dec 2024
Klinis : diagnosa beserta intervensi dari intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi intoleransi aktivitas.
Diagnosis Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan.
SDKI:
- Penurunan toleransi aktivitas
- Kelelahan
- Kelemahan
- Perubahan irama jantung
- Dispnea
- Nyeri
SLKI:
- Toleransi aktivitas meningkat
- Kelelahan menurun
- Kemandirian dalam aktivitas meningkat
- Fungsi kardiovaskular membaik
- Kemampuan bernapas membaik
- Bebas dari nyeri
SIKI:
- Manajemen aktivitas
- Manajemen energi
- Manajemen kardiovaskular
- Manajemen pernapasan
- Manajemen nyeri
Penjelasan Singkat:
Intoleransi aktivitas merupakan kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan pada tingkat yang diharapkan. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan toleransi aktivitas, kelelahan, kelemahan, perubahan irama jantung, dispnea, dan nyeri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, manajemen kardiovaskular, manajemen pernapasan, dan manajemen nyeri. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan toleransi aktivitas, menurunkan kelelahan, meningkatkan kemandirian dalam aktivitas, memperbaiki fungsi kardiovaskular dan pernapasan, serta mengurangi nyeri.