Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8479 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. Intervensi yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Halo, saya adalah seorang perawat yang akan membantu Anda dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Kekakuan Otot Pascaejang ec Epilepsi
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak dan koordinasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang sesuai adalah Terapi Latihan, yaitu intervensi untuk memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi fisik.
Intervensi yang cocok:
1. Terapi Latihan
- Tujuan: Meningkatkan mobilitas dan koordinasi gerak pasien.
- Aktivitas: Latihan rentang gerak, latihan kekuatan otot, dan latihan koordinasi.
- Evaluasi: Pasien dapat melakukan aktivitas dengan rentang gerak dan koordinasi yang meningkat.
Diharapkan informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 8480 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. Intervensi yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot akibat kekakuan syaraf pada ekstremitas setelah kejang.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari satu atau lebih ekstremitas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang sesuai adalah Terapi Latihan, yaitu tindakan mandiri keperawatan untuk memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi fisik pasien.
Intervensi yang Cocok:
Terapi Latihan, dengan fokus pada:
1. Latihan rentang gerak sendi (ROM) pasif pada ekstremitas yang terkena kekakuan syaraf.
2. Latihan kontraksi isometrik untuk meningkatkan kekuatan otot.
3. Edukasi tentang pentingnya latihan dan teknik latihan yang benar.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan -
Article No. 8481 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. 3 SIKI yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekakuan Neuromuskuler berhubungan dengan kejang sekunder akibat epilepsi.
2. Mual berhubungan dengan efek samping kejang.
3. Risiko Peningkatan Tekanan Darah Tinggi berhubungan dengan gejala epilepsi.
Penjelasan Singkat:
1. Kekakuan Neuromuskuler berhubungan dengan kejang sekunder akibat epilepsi:
- SDKI: Gangguan pada fungsi neuromuskular yang ditandai dengan adanya kekakuan atau penurunan fleksibilitas otot.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kejang, Manajemen Nyeri, dan Terapi Fisik.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Memonitor Tanda-Tanda Vital, Manajemen Aktivitas, dan Terapi Aktivitas Motorik.
2. Mual berhubungan dengan efek samping kejang:
- SDKI: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat disertai dengan dorongan untuk muntah.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Mual dan Muntah, Manajemen Nutrisi, serta Manajemen Aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Memonitor Tanda-Tanda Vital, Manajemen Mual dan Muntah, serta Edukasi Nutrisi.
3. Risiko Peningkatan Tekanan Darah Tinggi berhubungan dengan gejala epilepsi:
- SDKI: Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik di atas batas normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Hipertensi, Manajemen Aktivitas, dan Edukasi Kesehatan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Memonitor Tanda-Tanda Vital, Manajemen Hipertensi, dan Edukasi Gaya Hidup.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Role: Perawat -
Article No. 8482 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. 3 SIKI yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kendala Neuromuskular Sekunder Kejang ec Epilepsi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan mobilitas fisik terkait kendala neuromuskular ditandai dengan keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus otot, atau penurunan kontrol terhadap pergerakan satu atau lebih anggota tubuh sebagai akibat adanya disfungsi saraf, otot, atau tulang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik Teratasi
2. Kontrol Kejang Terkendali
3. Tekanan Darah Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Kejang
3. Manajemen Hipertensi
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kekakuan saraf pada seluruh jari ekstremitas setelah mengalami kejang selama 3-5 menit akibat epilepsi. Hal ini menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik terkait kendala neuromuskular. Selain itu, pasien juga mengalami mual, pusing, dan hipertensi (TD 150/100 mmHg). Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen aktivitas untuk memulihkan mobilitas fisik, manajemen kejang untuk mengendalikan kejang, dan manajemen hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. -
Article No. 8483 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. 3 SIKI yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Neurosensorik
2. Hipertensi
3. Mual
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Neurosensorik
- Definisi: Gangguan pada fungsi sensorik dan motorik yang disebabkan oleh cedera pada sistem saraf pusat atau perifer.
- Gejala dan Tanda: Kekakuan otot, penurunan sensasi, perubahan refleks, dan penurunan kemampuan gerak.
2. Hipertensi
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
- Gejala dan Tanda: Tekanan darah tinggi, sakit kepala, pusing, dan perubahan penglihatan.
3. Mual
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang menimbulkan keinginan untuk muntah.
- Gejala dan Tanda: Rasa mual, refleks muntah, dan keluhan rasa tidak nyaman di perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Fungsi Neurosensorik
2. Tekanan Darah Terkendali
3. Kontrol Mual
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Gangguan Neurosensorik
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi tubuh, melakukan latihan motorik, dan memberikan terapi farmakologis.
2. Manajemen Hipertensi
- Intervensi: Memantau tekanan darah, mengatur posisi tubuh, memberikan edukasi tentang gaya hidup sehat, dan memberikan terapi farmakologis.
3. Manajemen Mual
- Intervensi: Mengidentifikasi faktor penyebab mual, memberikan antiemetik, mengatur lingkungan yang nyaman, dan memberikan edukasi tentang manajemen mual. -
Article No. 8484 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg. Berikan 3 SIKI yg cocok adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah tiga SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
1. Pengendalian Kejang (SIKI 00069)
Deskripsi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah, mengontrol, dan menghentikan aktivitas kejang pada pasien. Intervensi ini meliputi pemberian obat antikonvulsan, memantau tanda-tanda vital, dan menjaga keselamatan pasien selama kejang.
2. Manajemen Hipertensi (SIKI 00011)
Deskripsi: Intervensi ini bertujuan untuk mengontrol tekanan darah pasien yang tinggi. Intervensi ini meliputi pemberian obat antihipertensi, memantau tanda-tanda vital, dan mengajarkan teknik relaksasi.
3. Manajemen Mual dan Muntah (SIKI 00012)
Deskripsi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi mual dan muntah pada pasien. Intervensi ini meliputi pemberian antiemetik, memantau tanda-tanda vital, dan mengajarkan teknik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Risiko Cedera Akut (00038)
Definisi: Rentan terhadap gangguan fisik yang dapat membahayakan tubuh, yang dapat terjadi dalam waktu dekat dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diharapkan.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kejang yang dapat menyebabkan cedera fisik, termasuk kekakuan saraf pada ekstremitas. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat kejang. -
Article No. 8485 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekakuan otot akibat kejang terkait epilepsi, ditandai dengan kekakuan seluruh jari pada ekstremitas.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terarah, secara mandiri, dalam lingkup yang diharapkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan rentang gerak sendi, mempertahankan kekuatan otot, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan antara lain: terapi latihan, perawatan ekstremitas, manajemen nyeri, dan edukasi terkait kondisi pasien.
Dalam kasus ini, pasien mengalami kekakuan otot pada jari-jari ekstremitas setelah kejang terkait epilepsi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah terapi latihan untuk mempertahankan rentang gerak sendi dan kekuatan otot, serta manajemen nyeri untuk mengatasi keluhan pasien. Edukasi terkait kondisi pasien dan pengaturan aktivitas juga perlu diberikan. -
Article No. 8486 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari pada ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, sesak, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Neurovaskular Perifer Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Neurovaskular Perifer Akut adalah kondisi di mana terjadi penurunan suplai darah dan/atau fungsi saraf pada ekstremitas akibat gangguan sistem saraf atau sirkulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas jaringan perifer membaik
2. Fungsi sensorik membaik
3. Sirkulasi perifer membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kaji tanda dan gejala gangguan neurovaskular perifer
2. Monitor tanda-tanda vital, sirkulasi, sensasi, dan gerakan ekstremitas
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi (antiepilepsi, antihipertensi, antiemetik)
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen gangguan neurovaskular perifer
Dalam kasus ini, pasien mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari ekstremitas setelah kejang akibat epilepsi, disertai dengan sesak, mual, pusing, dan hipertensi. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah mengkaji tanda-tanda vital, sirkulasi, sensasi, dan gerakan ekstremitas, memberikan oksigen dan obat-obatan sesuai indikasi, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 8487 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien IGD mengalami kekakuan syaraf pada seluruh jari ekstremitas setelah kejang dengan durasi 3-5menit ec epilepsi, pasien mengeluh sesak, mual +, pasien juga mengeluh pusing, dan TD :150/100Mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kelemahan/Paralisis Otot Sekunder Akibat Epilepsi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh yang disengaja secara independen, efisien, dan terkoordinasi.
- Faktor Risiko: Gangguan neurologis, seperti epilepsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat bergerak dengan rentang gerak yang optimal, kekuatan otot normal, dan koordinasi motorik yang baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Mobilitas, Terapi Latihan, dan Perawatan Bersama Keluarga.
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
2. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Kelemahan Otot Respirasi Sekunder Akibat Epilepsi
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- Faktor Risiko: Gangguan neurologis, seperti epilepsi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bernapas dengan pola yang efektif.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mempertahankan frekuensi, kedalaman, dan irama napas yang normal.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Edukasi Kesehatan.
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan fungsi pernafasan pasien.
3. Mual Berhubungan dengan Efek Samping Pengobatan Epilepsi
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Perasaan tidak nyaman dan keinginan untuk muntah.
- Faktor Risiko: Efek samping pengobatan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari mual.
- Kriteria Hasil: Pasien tidak lagi merasakan mual dan mampu makan dengan baik.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Mual, Terapi Farmakologis, dan Edukasi Kesehatan.
- Tujuan: Mengurangi atau menghilangkan sensasi mual pada pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika masih ada yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 8488 | 10 Dec 2024
Klinis : Tentukan diagnosis keperawatan dari kasus Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik dirujuk ke RS pusat luka bakar. Pasien tidak memiliki riwayat medis apapun. Saat kejadian, pasien sedang memegang pengisian daya smartphone di tangan kanannya saat akan mandi di bath tub. Tidak sengaja pasien tersengat listrik. Setelah mendengar teriakan keras, ibu dari pasien memutuskan listrik dari meteran listrik dan segera membawa putrinya keluar dari kamar mandi.Menurut sang ibu, pasien langsung tidak sadar dan menunjukkan kontraksi otot seperti kejang. Seorang tetangga yang mendengar teriakan segera datang dan membantu ibu pasien melakukan RJP pada pasien. Setelah itu pasien menjadi responsif lagi. Pasien langsung dibawa ke RS. Setelah penanganan di UGD, pasien dirawat di ruang HCU. Pemeriksaan fisik lebih lanjut menunjukkan dua luka bakar yang dalam: (1) lesi berbentuk oval yang dibatasi sekitar 1 × 1 cm, dengan zona tengah pucat di sisi palmar tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, dan (2) stripe Laserasi -berbentuk kulit sekitar 1 × 12 cm, di perut, dekat daerah epigastrik, dikelilingi oleh zona hiperemia. Total luas permukaan tubuh pasien yang dibakar kurang dari 0,5%.Pemeriksaan darah: Level serum kreatinin kinase (CK) pasien adalah 1294 U/L (sangat meningkat). Tidak ada kelainan yang terlihat pada elektrokardiogram. Pasien dirawat di bangsal perawatan luka bakar untuk observasi dan survei tersier. Sehari setelah masuk, level CK -nya sedikit meningkat menjadi 1400 U/L. Urinnya diuji untuk mioglobinuria tetapi tidak menunjukkan tanda -tanda rhabdomyolysis. Selain itu, pasien tidak memiliki keluhan atau kelainan lain pada survei tersier dan karena itu pasien dipulangkan pada hari ke-2 paska luka bakar.Karena amnesia, pasien gagal memberikan rekonstruksi rinci tentang cedera. Kekakuan otot, keparahan luka bakar, dan pembusukan otot (peningkatan level CK) menunjukkan bahwa pasien terkena arus listrik. Mungkin tangan pasien tidak sengaja menyentuh bagian logam dari pengisi daya sehingga terjadi konduktansi langsung antara tangan pasien dengan sumber listrik. Atau kemungkinan ada arus mengalir di sisi luar kabel pengisian, sementara tangan pasien lembab akibat mandi. Awalnya, luka bakar diperlakukan secara konservatif dengan krim silver sulfadiazin, yang diubah menjadi krim asam fusida setelah 1 minggu. Perawatan ini memadai untuk luka terbakar di tangan dan menunjukkan penyembuhan. Namun, setelah 21 hari, luka bakar di perut perut tidak cukup menunjukkan penyembuhan. Oleh karena itu, dilakukan reseksi bedah dan transposisi kulit dilakukan dilakukan. Ini mengakibatkan penyembuhan yang memuaskan dengan hanya sedikit bekas luka.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus seorang perempuan berusia 23 tahun dengan cedera sengatan listrik:
Diagnosis Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Karakteristik Mayor: Luka bakar, Jaringan parut.
Faktor Berhubungan: Paparan energi listrik.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI)
Definisi: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Karakteristik Mayor: Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK) dalam darah.
Faktor Berhubungan: Cedera listrik.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan terkoordinasi.
Karakteristik Mayor: Kekakuan otot.
Faktor Berhubungan: Cedera listrik.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Manajemen Luka (SLKI)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Debridemen luka
- Aplikasi salep topikal
- Perawatan luka terbakar
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit (SLKI)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan laboratorium (kadar CK)
- Pemberian cairan/elektrolit sesuai kebutuhan
3. Manajemen Mobilitas (SLKI)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Terapi fisik
- Terapi latihan
Penjelasan singkat:
1. Kerusakan Integritas Kulit: Pasien mengalami luka bakar akibat cedera sengatan listrik, yang mengakibatkan kerusakan pada epidermis dan dermis kulit.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit: Cedera listrik dapat menyebabkan peningkatan kadar kreatinin kinase (CK) dalam darah, menunjukkan adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Mobilitas Fisik: Kontraksi otot dan kekakuan yang dialami pasien akibat cedera listrik dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan fisik yang terkoordinasi.
Rencana asuhan keperawatan meliputi manajemen luka untuk merawat luka bakar, manajemen cairan dan elektrolit untuk memonitor dan mengoreksi ketidakseimbangan, serta manajemen mobilitas untuk memulihkan fungsi fisik pasien.