Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8462 | 10 Dec 2024
Klinis : pemeliharaan kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "pemeliharaan kesehatan tidak efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan". Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengatur, dan/atau melakukan aktivitas yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan".
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk mengidentifikasi, mengatur, dan melakukan aktivitas yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
- Kriteria Hasil:
a. Mampu mengidentifikasi aktivitas pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan
b. Mampu merencanakan aktivitas pemeliharaan kesehatan
c. Mampu melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan secara konsisten
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Kesehatan
- Definisi: Membantu klien untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melakukan aktivitas yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji pemahaman klien tentang konsep pemeliharaan kesehatan
b. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemeliharaan kesehatan
c. Bantu klien menetapkan tujuan pemeliharaan kesehatan yang realistis
d. Kolaborasi dengan klien untuk menyusun rencana pemeliharaan kesehatan
e. Dorong klien untuk melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan secara rutin
f. Pantau kemajuan klien dalam melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan
g. Berikan umpan balik dan dukungan positif kepada klien
h. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana perawatan jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan" dipilih karena mencerminkan kondisi klien yang tidak mampu melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan secara efektif. Diagnosis ini fokus pada kemampuan klien untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Meningkat". Luaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melakukan aktivitas pemeliharaan kesehatan secara konsisten.
3. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Kesehatan". Intervensi ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengidentifikasi aktivitas pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan, merencanakan aktivitas tersebut, dan melakukannya secara rutin. Intervensi ini juga mencakup pemantauan kemajuan klien, pemberian umpan balik, dan modifikasi rencana perawatan jika diperlukan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu klien meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatannya secara efektif. -
Article No. 8463 | 10 Dec 2024
Klinis : Penurunan adaptif intrakranial berhubungan dengan trrauma kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.2
- Deskripsi: Penurunan adaptif intrakranial berhubungan dengan trauma kepala
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 01.39
- Deskripsi: Prosedur diagnostik lainnya pada sistem saraf pusat, termasuk pemantauan intrakranial tekanan dan pemasangan alat monitoring intrakranial.
Penjelasan:
Kode ICD-10 S06.2 (Penurunan adaptif intrakranial berhubungan dengan trauma kepala) digunakan untuk mengkodekan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi fisiologis dalam kemampuan otak untuk beradaptasi terhadap perubahan tekanan intrakranial, yang dikaitkan dengan cedera kepala sebelumnya.
Pada kasus ini, dimungkinkan untuk dilakukan prosedur diagnostik lebih lanjut, seperti pemantauan tekanan intrakranial atau pemasangan alat monitoring intrakranial (kode ICD-9-CM 01.39). Tindakan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memantau perubahan tekanan intrakranial yang terkait dengan penurunan adaptif setelah trauma kepala.
Penggunaan kode-kode ini membantu dalam dokumentasi yang tepat dan pengkodean yang akurat untuk kondisi dan prosedur terkait, sehingga memfasilitasi proses perawatan, penagihan, dan analisis epidemiologi yang lebih baik. -
Article No. 8464 | 10 Dec 2024
Klinis : Pusing, kaki kesemutan , trauma kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang anda deskripsikan, yaitu pusing, kaki kesemutan, dan trauma kepala.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan pada tekanan darah, nadi, respirasi, dan/atau suhu yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Trauma kepala
2. Gangguan Perfusi Perifer
- Definisi: Pengurangan aliran darah ke ekstremitas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- Gejala: Kaki kesemutan
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Gejala: Pusing
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Definisi: Kemampuan mempertahankan nilai-nilai vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) dalam rentang normal.
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada perdarahan, dan tidak ada tanda-tanda syok.
2. Perfusi Perifer yang Adekuat
- Definisi: Kemampuan mengalirkan darah ke seluruh tubuh secara cukup.
- Indikator: Ekstremitas hangat, tidak pucat, dan tidak ada kesemutan.
3. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol dan mengurangi rasa sakit.
- Indikator: Pusing berkurang atau hilang, skala nyeri menurun.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Definisi: Pemantauan secara berkala terhadap tanda-tanda vital dan parameter hemodinamik lainnya.
- Tindakan: Mengukur tanda-tanda vital secara rutin, memonitor perdarahan, dan mendeteksi tanda-tanda syok.
2. Manajemen Perfusi
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan aliran darah ke seluruh tubuh.
- Tindakan: Memberikan posisi elevasi ekstremitas, mengompres hangat, dan memantau sirkulasi perifer.
3. Manajemen Nyeri
- Definisi: Intervensi untuk mengurangi atau mengontrol rasa sakit yang dialami pasien.
- Tindakan: Memberikan analgesik sesuai instruksi, menggunakan teknik nonfarmakologis (kompres dingin), dan mengevaluasi efektivitas manajemen nyeri.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, Gangguan Perfusi Perifer, dan Nyeri Akut. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik dikarenakan adanya trauma kepala yang berpotensi menyebabkan perubahan pada tanda-tanda vital. Gangguan Perfusi Perifer disebabkan oleh kaki kesemutan, yang mengindikasikan penurunan aliran darah ke ekstremitas. Sedangkan Nyeri Akut terkait dengan gejala pusing yang dirasakan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah stabilitas hemodinamik, perfusi perifer yang adekuat, dan kontrol nyeri. Indikator dari stabilitas hemodinamik adalah tanda-tanda vital stabil, tidak ada perdarahan, dan tidak ada tanda-tanda syok. Perfusi perifer yang adekuat ditandai dengan ekstremitas hangat, tidak pucat, dan tidak ada kesemutan. Kontrol nyeri dicapai ketika pusing berkurang atau hilang, serta skala nyeri menurun.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pemantauan hemodinamik, manajemen perfusi, dan manajemen nyeri. Pemantauan hemodinamik dilakukan dengan mengukur tanda-tanda vital secara rutin, memantau perdarahan, dan mendeteksi tanda-tanda syok. Manajemen perfusi meliputi pemberian posisi elevasi ekstremitas, pengompresan hangat, dan pemantauan sirkulasi perifer. Sementara itu, manajemen nyeri dilakukan dengan pemberian analgesik sesuai instruksi, penggunaan teknik nonfarmakologis (kompres dingin), dan evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi pasien dapat segera stabil dan nyaman. -
Article No. 8465 | 10 Dec 2024
Klinis : • Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Tidak Efektif" dengan menggunakan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Manajemen Kesehatan Tidak Efektif" adalah "Manajemen Kesehatan Tidak Efektif". Definisi dari diagnosa ini adalah "Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mencegah, atau mengatasi masalah kesehatan." Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pengetahuan, keterampilan, atau motivasi untuk melakukan perawatan diri yang efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perilaku Manajemen Kesehatan: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang efektif dalam mengelola kondisi kesehatannya.
2. Pengetahuan Tentang Kesehatan: Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman yang memadai tentang kondisi kesehatannya dan cara mengelolanya.
3. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Pasien dapat terlibat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan kesehatannya.
4. Kepatuhan Terhadap Pengobatan: Pasien dapat menunjukkan kepatuhan yang memadai terhadap regimen pengobatan yang ditetapkan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan pendidikan dan konseling tentang kondisi kesehatan pasien, pengobatan, dan perilaku perawatan diri yang efektif.
2. Manajemen Diri: Membantu pasien mengembangkan keterampilan dan strategi untuk mengelola kondisi kesehatannya secara mandiri.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan motivasi untuk mendorong partisipasi aktif pasien dalam perawatan kesehatannya.
4. Koordinasi Perawatan: Mengkoordinasikan perawatan pasien dengan tim multidisiplin untuk memastikan kontinuitas dan efektivitas perawatan.
5. Evaluasi dan Umpan Balik: Melakukan evaluasi berkala terhadap progres pasien dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku perawatan diri yang efektif.
Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan, perawat harus mempertimbangkan karakteristik individu pasien, seperti usia, budaya, dan preferensi, serta memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Selain itu, perawat juga harus bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk menyusun rencana perawatan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 8466 | 10 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 60 tahun dirawat di unit strok dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan dan bicara pelo 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Hasil pengkajian: pusing, bibir mencong, bicara pelo, keluhan dirasakan tiba tiba, riwayat hipertensi, ronchi, sulit mengeluarkan dahak, sulit menelan, GCS E4V5M6, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, frekuensi napas 22x/menit, SpO2 99%, suhu 36,60C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kelainan Nervus VII, menyeringai dengan sudut mulut deviasi ke arah kiri, gerakan pasif pada ekstremitas kiri dan gerakan aktif pada ekstremitas kanan. Kekuatan tonus ekstremitas superior adalah 5/3 dan ekstremitas inferior adalah 5/3. Fungsi luhur bahasa yaitu disartria. Hasil CT Scan didapatkan adanya Infark serebri, tidak tampak tanda-tanda SOL, malformasil vaskuler maupun pendarahan intrakranial. Pasien mendapatkan infus NaCL 0,09%, nebulizer Ventolin, O2 NRM 10 lpm, citicolin 250 mg/12 jam, Ceftriaxon 1 g/ 8 jam, paracetamol 1 g/8jam, Sucralfat. Pasien menolak melakukan sholat karena merasa sholatnya tidak akan diterima Allah karena tidak sempurna wudhu dan gerakan sholatnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, kelemahan otot-otot pernapasan akibat kelumpuhan saraf.
2. Gangguan Komunikasi berhubungan dengan kerusakan pada saraf kranial VII (Nervus Facialis) dan gangguan fungsi luhur bahasa (disartria).
3. Risiko Aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan akibat kelumpuhan saraf.
4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan infark serebri.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan keterbatasan fungsi gerak akibat kelumpuhan saraf.
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan hambatan dalam beribadah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Mendemonstrasikan batuk efektif
- Mampu mengeluarkan sekret dengan mudah
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Komunikasi Efektif
- Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas
- Dapat memahami informasi yang disampaikan orang lain
- Tidak ada kendala dalam berbahasa
3. Tidak Terjadi Aspirasi
- Mampu menelan makanan dan cairan dengan aman
- Tidak ada gejala atau tanda-tanda aspirasi
4. Perfusi Jaringan Serebral Membaik
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Tidak ada peningkatan gejala neurologis
- Hasil pemeriksaan CT Scan menunjukkan perbaikan
5. Perawatan Diri Mandiri
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Tidak ada ketergantungan dalam melakukan aktivitas perawatan diri
6. Kecemasan Terkendali
- Mampu mengekspresikan kekhawatiran dan ketakutannya
- Menunjukkan strategi penanganan kecemasan yang efektif
- Mampu beribadah sesuai kemampuan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitor pola napas, kedalaman, dan irama
- Lakukan fisioterapi dada untuk mobilisasi sekret
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan oksigen sesuai indikasi
2. Komunikasi Efektif:
- Kaji kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal
- Modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi komunikasi
- Ajarkan strategi komunikasi alternatif (misal menulis)
- Libatkan keluarga dalam proses komunikasi
3. Pencegahan Aspirasi:
- Kaji kemampuan menelan dan risiko aspirasi
- Berikan makanan dan cairan sesuai rekomendasi ahli gizi
- Ajarkan posisi makan yang aman
- Pantau tanda-tanda aspirasi dan lakukan tindakan segera
4. Peningkatan Perfusi Serebral:
- Monitor tanda-tanda vital dan status neurologis
- Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi
- Pertahankan posisi tubuh yang optimal
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan dan tindakan lanjutan
5. Peningkatan Perawatan Diri:
- Kaji kemampuan dan kebutuhan perawatan diri
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kemampuan pasien
- Ajarkan teknik perawatan diri yang dapat dilakukan secara mandiri
- Libatkan keluarga dalam proses pelatihan perawatan diri
6. Penurunan Kecemasan:
- Kaji penyebab dan tingkat kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk konseling dan terapi yang sesuai
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Saya sebagai perawat siap memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk meningkatkan kondisi dan kesejahteraan pasien. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang perlu klarifikasi. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 8467 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas untuk mempertahankan batas pertukaran gas.
- Faktor Berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan dan respons inflamasi.
- Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Berhubungan: Kehilangan nafsu makan.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor Berhubungan: Keterbatasan fungsi pernafasan.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas saat beraktivitas.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
Penggunaan standar ini memastikan bahwa perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang diakui secara nasional. -
Article No. 8468 | 10 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Infark miokard akut.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengontrol nyeri.
- Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, yaitu tindakan untuk mengurangi atau mengontrol nyeri yang dirasakan pasien.
- Aktivitas: Memberikan analgesik sesuai instruksi, mengobservasi respons pasien terhadap analgesik, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infark miokard akut
Penjelasan singkat:
a. SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan/atau mengeluarkan karbon dioksida.
- Faktor yang berhubungan: Infark miokard akut.
b. SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Indikator: Pasien dapat bernapas dengan mudah, nilai saturasi oksigen dalam batas normal.
c. SIKI:
- Intervensi: Manajemen jalan napas, yaitu tindakan untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan berfungsi.
- Aktivitas: Memberikan oksigen sesuai instruksi, memantau status pernapasan dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk menangani kondisi pasien dengan infark miokard akut. -
Article No. 8469 | 10 Dec 2024
Klinis : Pandangan mata kiri kabur dan berkabut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pandangan mata kiri yang kabur dan berkabut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Gangguan Penglihatan, yang didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa karakteristik definisi dari diagnosa ini adalah penglihatan kabur, pandangan berkabut, dan penurunan ketajaman visual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Penglihatan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan ketajaman penglihatan mata kiri, ditandai dengan penurunan keluhan pandangan kabur dan berkabut.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala gangguan penglihatan dengan efektif, seperti menggunakan teknik kompres hangat, menjaga kebersihan mata, dan menghindari aktivitas yang memicu gejala.
3. Adaptasi Perilaku: Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penglihatan dan melakukan penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari untuk mempertahankan kemandirian dan keselamatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diterapkan:
1. Pengkajian Penglihatan
- Melakukan pengkajian komprehensif terhadap status penglihatan pasien, termasuk riwayat, gejala, dan faktor risiko yang memengaruhi.
- Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang dapat memengaruhi gangguan penglihatan.
2. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan manajemen gangguan penglihatan.
- Mengajarkan teknik-teknik sederhana untuk meningkatkan penglihatan, seperti kompres hangat, mengatur pencahayaan, dan penggunaan alat bantu penglihatan.
3. Manajemen Gejala
- Membantu pasien dalam mengelola gejala gangguan penglihatan, seperti rasa tidak nyaman, mata kabur, dan pandangan berkabut.
- Memantau respons pasien terhadap intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
4. Perawatan Mata
- Membantu pasien dalam melakukan perawatan mata, seperti membersihkan mata, menggunakan tetes mata, dan menjaga kebersihan area mata.
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter mata, untuk mendapatkan perawatan lanjutan jika diperlukan.
5. Adaptasi Aktivitas
- Membantu pasien dalam melakukan penyesuaian aktivitas sehari-hari untuk mengakomodasi perubahan penglihatan, seperti pengaturan pencahayaan, penggunaan alat bantu, dan modifikasi tugas.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam proses adaptasi aktivitas untuk meningkatkan kemandirian dan keselamatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan penglihatan, manajemen gejala, dan adaptasi perilaku yang efektif. -
Article No. 8470 | 10 Dec 2024
Klinis : Pandangan mata kiri kabur dan berkabut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pandangan mata kiri kabur dan berkabut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Parsial
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan Parsial didefinisikan sebagai penurunan atau perubahan kemampuan penglihatan sebagian pada satu atau kedua mata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Penglihatan Parsial adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, mempertahankan keselamatan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab dan faktor risiko gangguan penglihatan
2. Monitoring tanda-tanda vital dan status penglihatan pasien
3. Pemberian edukasi dan konseling tentang manajemen gangguan penglihatan
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (oftalmolog, optometris) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan yang tersisa dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8471 | 10 Dec 2024
Klinis : Klien mengatakan anggota gerak kanannya melemah Klien mengatakan pusing keluhan dirasakan tiba tiba, Pasien mengatakan menolak melakukan shalat karena khawatir sholatnya tidak diterima oleh Allah karena wudhu dan gerakan sholat tidak diterima Data Tambahan: Pasien mengatakan hidupnya menderita karena penyakit yang dideritanya Bibir klien terlihat mencong Bicara klien pelo Ronchi Sulit mengeluarkan dahak Sulit menelan TD: 140/90 mmHg P: 22x/menit Kelainan nervus VII Mulut menyeringai Sudut mulut deviasi ke kiri Kekuatan tonus ekstremitas superior 5/3 Kekuatan tonus ekstremitas inferior 5/3 Gerakan pasif pada ekstremitas kiri Hasil CT Scan: Infark Serebri Klien mengalami disatria
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak kanan dan gerakan pasif pada ekstremitas kiri akibat infark serebri.
b. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan bicara (disartria) akibat kelainan nervus VII.
c. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan gejala pusing dan perubahan persepsi terkait penyakit yang diderita.
d. Risiko Ketidakefektifan Aktivitas Ibadah berhubungan dengan penolakan untuk melakukan shalat karena kekhawatiran wudhu dan gerakan shalat tidak diterima.
2. Penjelasan Singkat:
a. Hambatan Mobilitas Fisik: Kelemahan anggota gerak kanan dan gerakan pasif pada ekstremitas kiri akibat infark serebri, yang menghambat kemampuan klien untuk beraktivitas secara mandiri.
b. Gangguan Komunikasi Verbal: Gangguan bicara (disartria) akibat kelainan nervus VII, yang menyebabkan kesulitan klien dalam berkomunikasi secara efektif.
c. Gangguan Proses Berpikir: Gejala pusing dan perubahan persepsi terkait penyakit yang diderita, yang dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam memproses informasi dan mengambil keputusan.
d. Risiko Ketidakefektifan Aktivitas Ibadah: Penolakan klien untuk melakukan shalat karena kekhawatiran wudhu dan gerakan shalat tidak diterima, yang dapat berdampak pada kesejahteraan spiritual klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keamanan praktik keperawatan yang berpusat pada klien.