Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10469 | 07 Jan 2025
Klinis : diagnosa lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Mukosa Gastrointestinal
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Gangguan Integritas Mukosa Gastrointestinal adalah kondisi di mana terjadi kerusakan pada lapisan mukosa saluran pencernaan, seperti pada lambung, usus, atau esofagus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, iritasi, atau kondisi medis lainnya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan mengacu pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang terkait dengan kondisi ini mencakup:
1. Integritas Mukosa Gastrointestinal: Pemulihan dari kerusakan pada lapisan mukosa saluran pencernaan.
2. Manajemen Nyeri: Pengurangan atau pengendalian rasa sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Risiko Perdarahan: Pencegahan atau pengendalian potensi perdarahan dari saluran pencernaan.
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan meliputi:
1. Perawatan Luka: Pembersihan, perlindungan, dan perawatan area yang mengalami kerusakan pada mukosa gastrointestinal.
2. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Pemantauan Tanda Vital: Pengamatan dan pencatatan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan laju pernapasan, untuk mendeteksi adanya komplikasi.
Dengan menerapkan standar-standar ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi Gangguan Integritas Mukosa Gastrointestinal pada pasien. -
Article No. 10470 | 07 Jan 2025
Klinis : diagnosa lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi lambung.
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan Utama: Gangguan Integritas Mukosa Lambung
Definisi:
Gangguan Integritas Mukosa Lambung merupakan kerusakan atau gangguan pada lapisan mukosa lambung yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan, iritasi, atau luka pada dinding lambung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Rasa nyeri pada epigastrium
2. Mual dan muntah
3. Anoreksia (penurunan nafsu makan)
4. Perdarahan saluran cerna
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan integritas mukosa lambung
2. Penurunan rasa nyeri pada epigastrium
3. Peningkatan pola makan
4. Tidak terjadi perdarahan saluran cerna
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Mual dan Muntah
3. Edukasi Nutrisi
4. Pemantauan Tanda Vital
5. Pemberian Obat Antasida/Proton Pump Inhibitor
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan komprehensif dan meningkatkan kesehatan pasien dengan gangguan integritas mukosa lambung. Pemantauan yang ketat, intervensi yang tepat, dan edukasi pasien akan menjadi fokus utama dalam penanganan kondisi ini. -
Article No. 10471 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.49
- Deskripsi: Biopsi paru lainnya, termasuk jarum biopsi perkutan
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, maka diagnosis awal yang sesuai adalah tuberkulosis paru.
Berdasarkan klasifikasi ICD-10, kode A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis) merupakan kode yang tepat untuk menggambarkan kondisi pasien ini. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi tuberkulosis paru yang telah dikonfirmasi melalui pemeriksaan bakteriologis atau histologis.
Jika diperlukan prosedur diagnostik lebih lanjut, seperti biopsi paru untuk konfirmasi diagnosis, maka kode ICD-9-CM 87.49 (Biopsi paru lainnya, termasuk jarum biopsi perkutan) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan tersebut.
Penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, serta pelaporan epidemiologi dan statistik kesehatan yang andal. -
Article No. 10472 | 07 Jan 2025
Klinis : diagnosa mual dan lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mual dan lambung.
Diagnosa Keperawatan:
Mual [00134]
Penjelasan:
Mual adalah pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan yang terkait dengan dorongan untuk muntah. Mual sering terjadi pada pasien dengan kondisi lambung atau perut, seperti infeksi, obstruksi, atau iritasi gastrointestinal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Domain: Nutrisi
Kelas: Sensasi Gastrointestinal
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran Keperawatan:
1. Kontrol Mual [1618]
2. Status Pencernaan [0501]
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Mual [3820]
2. Terapi Nutrisi [1120]
3. Manajemen Nutrisi [1100]
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian faktor penyebab mual, pemberian obat anti-mual jika diperlukan, pemberian makanan/minuman yang mudah dicerna, serta edukasi tentang manajemen mual bagi pasien. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa mual dan mempertahankan status nutrisi yang adekuat. -
Article No. 10474 | 07 Jan 2025
Klinis : pasien anak berusia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah sebanyak 4 kali setelah makan nasi Padang, pasien tampak lemas, pucat dan mengeluh nyeri perut, pasien mengalami demam 38,6°c, N:100×/menit, rr 24×/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien anak berusia 4 tahun yang datang ke IGD dengan keluhan muntah, lemas, pucat, nyeri perut, dan demam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Resiko dehidrasi berhubungan dengan muntah yang berlebihan.
Pasien mengalami episode muntah sebanyak 4 kali setelah makan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Cairan/Elektrolit: Keseimbangan cairan
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti suhu tubuh normal, denyut nadi, dan pernapasan dalam rentang normal.
- Pasien akan menunjukkan turgor kulit yang baik dan mukosa yang lembab, menandakan cairan dan elektrolit dalam tubuh terjaga.
- Pasien akan menunjukkan output urin yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Mengukur suhu tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi atau komplikasi lainnya.
b. Manajemen cairan
- Memantau asupan dan output cairan pasien.
- Memberikan cairan intravena untuk mengganti kehilangan cairan akibat muntah.
- Mempertahankan intake cairan yang adekuat sesuai kebutuhan pasien.
c. Manajemen nyeri
- Menilai tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri yang sesuai.
- Memberikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri perut.
d. Edukasi kepada orang tua
- Menjelaskan penyebab dan gejala muntah pada anak.
- Mengajarkan teknik pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
- Menginstruksikan orang tua untuk segera membawa anak kembali ke rumah sakit jika terjadi tanda-tanda dehidrasi atau komplikasi lainnya.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga mencegah terjadinya dehidrasi dan komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Edukasi kepada orang tua juga penting untuk memastikan perawatan yang berkelanjutan di rumah. -
Article No. 10475 | 07 Jan 2025
Klinis : demam berdarah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat ahli, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam berdarah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Virus Dengue
Penjelasan:
Pasien dengan demam berdarah memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi lebih lanjut karena paparan virus dengue. Virus ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah, sehingga meningkatkan risiko perdarahan dan komplikasi yang berbahaya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi ini. Hal ini didasarkan pada karakteristik definisi, faktor risiko, dan gejala yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait diagnosis ini, luaran keperawatan yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini meliputi tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi yang timbul.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Demam, Manajemen Tanda Vital, Manajemen Perdarahan, dan Edukasi Pencegahan Infeksi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memonitor kondisi pasien, mencegah komplikasi, serta meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga dalam perawatan mandiri.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk pasien dengan demam berdarah, sehingga dapat mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 10476 | 07 Jan 2025
Klinis : PARINGITIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang diminta. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi PARINGITIS:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J02.9
- Deskripsi: Faringitis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 30300
- Deskripsi: Tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J02.9 (Faringitis, tidak spesifik) digunakan untuk mengkodekan kondisi peradangan pada tenggorokan atau faring, di mana penyebab spesifik tidak dapat ditentukan. Kondisi ini sering disebut sebagai paringitis atau radang tenggorokan.
2. Dalam kasus paringitis, jika diperlukan tindakan pembedahan, kode ICD-9-CM 30300 (Tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pengangkatan tonsil, dengan atau tanpa pengangkatan adenoid. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengatasi infeksi tonsil yang rekuren atau kondisi lain yang terkait dengan tonsil.
Harap diperhatikan bahwa kode-kode ini harus digunakan sesuai dengan aturan dan pedoman pengkodean yang berlaku, dengan mempertimbangkan informasi klinis yang lengkap dari rekam medis pasien. -
Article No. 10477 | 07 Jan 2025
Klinis : BAYI BARU LAHIR
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi bayi baru lahir berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan penjelasan yang rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Bayi Baru Lahir:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor yang Berhubungan: Imaturitas sistem pernapasan, sekresi berlebih, edema jalan napas, posisi yang tidak adekuat.
- Tanda dan Gejala: Sianosis, retraksi dinding dada, pernapasan cuping hidung, suara napas berisik, napas tidak teratur.
2. Risiko Hipotermi
- Definisi: Keadaan di mana bayi berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah suhu normal.
- Faktor yang Berhubungan: Imaturitas pengaturan suhu tubuh, lingkungan yang dingin, kurangnya lapisan lemak subkutan, kehilangan panas.
- Tanda dan Gejala: Suhu tubuh di bawah 36,5°C, ekstremitas dingin, menggigil, warna kulit pucat.
3. Risiko Hipoglikemia
- Definisi: Keadaan di mana bayi berisiko mengalami penurunan kadar glukosa darah di bawah normal.
- Faktor yang Berhubungan: Imaturitas sistem pengaturan glukosa, keterlambatan pemberian ASI, stres.
- Tanda dan Gejala: Letargi, iritabilitas, tremor, sianosis, hipotermia, napas cepat.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Bersihan Jalan Napas
- Status Pernapasan: Frekuensi pernapasan dalam rentang normal, irama pernapasan teratur, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi dinding dada.
- Pengeluaran Sekresi: Jalan napas bersih dari sekret, tidak ada suara napas tambahan.
2. Termoregulasi
- Suhu Tubuh: Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
- Warna Kulit: Kulit hangat, tidak pucat, tidak sianosis.
- Kenyamanan: Bayi merasa nyaman, tidak menggigil.
3. Kadar Glukosa Darah
- Kadar Glukosa Darah: Kadar glukosa darah dalam rentang normal (40-100 mg/dL).
- Tanda Gejala Hipoglikemia: Tidak ada tanda dan gejala hipoglikemia (letargi, iritabilitas, tremor, sianosis, hipotermia, napas cepat).
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Identifikasi Faktor Risiko: Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif, seperti imaturitas sistem pernapasan, sekresi berlebih, edema jalan napas, dan posisi yang tidak adekuat.
- Observasi Pernapasan: Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, serta tanda-tanda sianosis dan retraksi dinding dada.
- Tindakan Suportif: Posisikan bayi dengan kepala sedikit ekstensi untuk memfasilitasi aliran udara. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret pada saluran pernapasan bila perlu.
- Edukasi Orang Tua: Edukasi orang tua tentang teknik menjaga jalan napas tetap terbuka, seperti posisi bayi dan pemberian suction.
2. Risiko Hipotermi
- Identifikasi Faktor Risiko: Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipotermi, seperti imaturitas pengaturan suhu tubuh, lingkungan yang dingin, kurangnya lapisan lemak subkutan, dan kehilangan panas.
- Observasi Suhu Tubuh: Pantau suhu tubuh bayi secara berkala menggunakan termometer.
- Tindakan Pencegahan: Pertahankan lingkungan yang hangat dengan menggunakan inkubator atau selimut, serta minimalisasi paparan bayi terhadap lingkungan yang dingin.
- Edukasi Orang Tua: Edukasi orang tua tentang pencegahan hipotermi, seperti menjaga lingkungan tetap hangat, membungkus bayi dengan selimut, dan memberikan ASI secara teratur.
3. Risiko Hipoglikemia
- Identifikasi Faktor Risiko: Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipoglikemia, seperti imaturitas sistem pengaturan glukosa, keterlambatan pemberian ASI, dan stres.
- Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Lakukan pemeriksaan kadar glukosa darah secara berkala untuk mendeteksi hipoglikemia.
- Intervensi Nutrisi: Berikan ASI secara dini dan teratur untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan glukosa bayi.
- Manajemen Stres: Lakukan tindakan untuk meminimalkan stres pada bayi, seperti menjaga lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Edukasi Orang Tua: Edukasi orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia serta pentingnya pemberian ASI secara dini dan teratur.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk bayi baru lahir, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana untuk memenuhi kebutuhan bayi dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 10478 | 07 Jan 2025
Klinis : pasien anak berusia 4 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah sebanyak 4 kali setelah makan nasi Padang, pasien tampak lemas, pucat dan mengeluh nyeri perut, pasien mengalami demam 38,6°c, N:100×/menit, rr 24×/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien anak berusia 4 tahun dengan keluhan muntah, tampak lemas, pucat, nyeri perut, dan demam adalah "Risiko Ketidakseimbangan Cairan" (00028). Pasien mengalami kehilangan cairan akibat muntah yang dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Adekuat (0602):
- Indikator: Turgor Kulit (060201), Mukosa Membran (060204), Intake Cairan (060210)
- Target: Turgor kulit membaik, mukosa membran lembab, dan intake cairan adekuat.
2. Kontrol Nyeri (1605):
- Indikator: Ekspresi Wajah (160501), Laporan Nyeri (160502), Perilaku Menghindari Nyeri (160503)
- Target: Ekspresi wajah relaks, pasien melaporkan nyeri berkurang, dan pasien menunjukkan perilaku yang menghindari nyeri.
3. Suhu Tubuh: Homeostasis (0800):
- Indikator: Suhu Tubuh (080001), Frekuensi Nadi (080002), Frekuensi Pernapasan (080003)
- Target: Suhu tubuh normal, frekuensi nadi dan pernapasan dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hidrasi (3130):
- Kaji status hidrasi pasien (turgor kulit, mukosa membran, dan intake cairan)
- Monitor tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan)
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai indikasi untuk mengatasi dehidrasi
- Pantau setiap pemberian cairan dan evaluasi efektivitasnya
2. Manajemen Nyeri (1400):
- Kaji lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri perut
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti kompres hangat
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi
3. Manajemen Demam (3740):
- Monitor suhu tubuh pasien secara teratur
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi untuk menurunkan demam
- Berikan kompres hangat atau dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh
- Dorong pasien untuk minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Cairan" dipilih karena pasien mengalami kehilangan cairan akibat muntah, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan. Luaran yang diharapkan adalah hidrasi adekuat, kontrol nyeri, dan suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen hidrasi (untuk mengatasi kehilangan cairan dan mencegah dehidrasi), manajemen nyeri (untuk mengurangi nyeri perut), dan manajemen demam (untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi). Kolaborasi dengan dokter juga penting untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
Keberhasilan asuhan keperawatan ini akan ditandai dengan pemulihan status hidrasi, penurunan nyeri, dan penurunan suhu tubuh pasien anak berusia 4 tahun ini. -
Article No. 10479 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Karakteristik: Suara napas bronkial, adanya sekret, batuk produktif, sesak napas.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, peradangan saluran napas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Karakteristik: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
- Penyebab: Penyakit, peningkatan metabolisme.
3. Intoleransi Aktivitas
- Karakteristik: Kelelahan, napas pendek saat aktivitas.
- Penyebab: Penyakit, kelemahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Status Nutrisi Membaik
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Observasi: Auskultasi suara napas, pantau oksigenasi.
- Terapeutik: Berikan oksigen, lakukan fisioterapi dada.
2. Manajemen Nutrisi
- Observasi: Pantau asupan nutrisi, berat badan.
- Terapeutik: Berikan makanan yang bergizi, konsultasi ahli gizi.
3. Manajemen Aktivitas
- Observasi: Pantau toleransi aktivitas, tanda-tanda vital.
- Terapeutik: Atur aktivitas sesuai toleransi, berikan latihan fisik.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang muncul adalah terkait dengan masalah pada sistem pernapasan, nutrisi, dan aktivitas, yang harus ditangani melalui intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.