Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18994 | 25 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien dengan Tuberkulosis Paru**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan dugaan tuberkulosis paru:
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode SDKI 00032 – Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:** Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Lesi paru (akibat infeksi *Mycobacterium tuberculosis*)
- Peningkatan produksi sekret bronkial
- Penurunan luas permukaan alveolus yang efektif
### **Luaran (SLKI):**
**Kode SLKI 0401 – Fungsi Pernapasan Membaik**
**Indikator:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit)
- Saturasi oksigen (SpO?) ?95%
- Pengurangan sesak napas
- Suara napas bersih (tidak ada ronki atau wheezing)
### **Intervensi (SIKI):**
**Kode SIKI 3200 – Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan pola pernapasan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator atau terapi nebulizer sesuai indikasi
---
### **2. Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode SDKI 00002 – Risiko Infeksi**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat penurunan sistem imun dan adanya lesi infeksius di paru.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penyakit tuberkulosis (infeksi bakteri *Mycobacterium tuberculosis*)
- Penurunan status imunologis
- Kontak dengan sekret pernapasan yang infeksius
### **Luaran (SLKI):**
**Kode SLKI 1902 – Kontrol Infeksi**
**Indikator:**
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sekunder (demam, leukositosis)
- Peningkatan kepatuhan terhadap protokol pengendalian infeksi
- Hasil pemeriksaan sputum BTA negatif setelah terapi
### **Intervensi (SIKI):**
**Kode SIKI 6540 – Pencegahan Infeksi**
**Tindakan:**
- Ajarkan etika batuk dan penggunaan masker
- Pantau tanda-tanda sistemik infeksi (demam, leukositosis)
- Lakukan isolasi droplet jika diperlukan
- Kolaborasi pemberian terapi OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
---
### **3. Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode SDKI 00147 – Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat anoreksia dan peningkatan katabolik.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kehilangan nafsu makan (anoreksia)
- Peningkatan kebutuhan energi akibat infeksi kronis
### **Luaran (SLKI):**
**Kode SLKI 0501 – Status Nutrisi Memadai**
**Indikator:**
- Peningkatan berat badan sesuai target
- Asupan kalori dan protein terpenuhi
- Tidak ada tanda malnutrisi (kadar albumin normal)
### **Intervensi (SIKI):**
**Kode SIKI 1120 – Manajemen Nutrisi**
**Tindakan:**
- Monitor asupan makanan dan berat badan
- Berikan diet tinggi kalori dan protein
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
---
### **Kesimpulan:**
Pasien dengan tuberkulosis paru memerlukan pendekatan keperawatan holistik yang mencakup manajemen pertukaran gas, pencegahan infeksi, dan perbaikan status nutrisi. Implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai kode di atas dapat menjadi panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dan terstandar.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
*(Dokumen ini disusun dalam format RTF dengan gaya akademis dan mengacu pada standar PPNI.)* -
Article No. 18995 | 25 Jun 2025
Klinis : pasien perempuan dengan umur 45 tahun mengalami nyeri perut dan mual. psaien terlambat datang bulan 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI**
Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien perempuan usia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut, mual, dan terlambat datang bulan 1 minggu:
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode: D.0016** – **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kemungkinan gangguan sistem reproduksi (misal: kehamilan ektopik, dismenore).
- Gangguan gastrointestinal (misal: gastritis, infeksi saluran cerna).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: L.04001** – **Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator:**
- Skala nyeri berkurang (dari skala 6-10 menjadi ?3).
- Ekspresi wajah rileks.
- Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan.
**Kode: L.03002** – **Mual Terkontrol**
**Indikator:**
- Frekuensi mual menurun.
- Pasien mampu mengonsumsi cairan/nutrisi tanpa muntah.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: I.09001** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
- Monitor skala nyeri menggunakan *Numeric Rating Scale (NRS)*.
**Kode: I.08003** – **Manajemen Mual dan Muntah**
**Tindakan:**
- Anjurkan pasien untuk makan kecil tapi sering.
- Hindari makanan berlemak atau berbumbu kuat.
- Berikan antiemetik sesuai indikasi medis.
**Kode: I.13002** – **Edukasi Kesehatan Reproduksi**
**Tindakan:**
- Diskusikan kemungkinan penyebab terlambat menstruasi (kehamilan, hormonal, stres).
- Sarankan pemeriksaan *human chorionic gonadotropin (hCG)* atau USG jika diperlukan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Kolaborasi dengan dokter** diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding (misal: kehamilan ektopik, gastritis, atau gangguan hormonal).
- **Pemantauan tanda vital** (tekanan darah, suhu, denyut nadi) penting untuk mendeteksi komplikasi (misal: syok hipovolemik pada kehamilan ektopik ruptur).
Format ini memenuhi standar PPNI dengan pendekatan **akademis** dan **pakar**, menggabungkan bukti klinis dan protokol keperawatan berbasis evidence-based practice.
*(Sumber: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi Terkini PPNI)* -
Article No. 18996 | 25 Jun 2025
Klinis : pasien umur 45 tahun dengan tanda vital suhu 40 derajat kondisi kesadaran menurun dengan keluhan mual dan penglihatan kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai kondisi pasien yang Anda deskripsikan, dengan pendekatan **akademis dan persona pakar keperawatan**:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: D.0019** – **Hipertermia**
**Definisi:** Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (>38°C) akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur suhu.
**Faktor Terkait:**
- Infeksi (misalnya sepsis, meningitis)
- Dehidrasi
- Gangguan neurologis (kesadaran menurun, penglihatan kabur)
- Reaksi toksik (misalnya keracunan)
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.0801** – **Kontrol Suhu Tubuh**
**Kriteria Luaran:**
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36–37,5°C).
2. Kulit hangat tanpa kemerahan/berkeringat berlebihan.
3. Tanda vital stabil (nadi, pernapasan, tekanan darah).
4. Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.0801** – **Manajemen Hipertermia**
**Intervensi:**
1. **Monitor suhu tubuh setiap 1–2 jam** (gunakan termometer akurat).
2. **Berikan kompres hangat/dingin** pada aksila dan lipatan paha.
3. **Kolaborasi pemberian antipiretik** (misalnya parasetamol) sesuai resep.
4. **Atur lingkungan nyaman** (sirkulasi udara baik, suhu ruang 22–24°C).
5. **Hidrasi adekuat** (cairan IV/oral) untuk mencegah dehidrasi.
6. **Observasi tanda syok/sepsis** (nadi cepat, hipotensi, oliguri).
**Kode SIKI Tambahan:**
- **I.0501** – **Manajemen Mual Muntah** (untuk keluhan mual).
- **I.1703** – **Pemantauan Neurologis** (untuk kesadaran menurun & penglihatan kabur).
---
### **Penjelasan Akademis**
1. **Keterkaitan Gejala:**
- Hipertermia (suhu 40°C) dapat menyebabkan **penurunan kesadaran** akibat gangguan metabolisme seluler dan risiko ensefalopati.
- **Mual dan penglihatan kabur** mungkin sekunder akibat dehidrasi atau gangguan sistem saraf pusat (misalnya meningitis).
2. **Prioritas Intervensi:**
- **Stabilkan suhu tubuh** untuk mencegah komplikasi (kejang, kerusakan organ).
- **Evaluasi penyebab** (infeksi/neurologis) melalui anamnesis mendalam dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, CT scan).
3. **Dokumentasi:**
- Gunakan **kode SDKI/SLKI/SIKI** dalam dokumentasi untuk standardisasi praktik keperawatan sesuai PPNI.
---
### **Catatan Klinis**
- Jika pasien menunjukkan **tanda meningitis** (kaku kuduk, fotofobia), tambahkan diagnosa **D.0021 (Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh)** dan kolaborasi dengan dokter untuk LP (Lumbal Punksi).
- **Kode SDKI terkait:** D.0056 (Gangguan Persepsi Sensorik: Penglihatan) jika penglihatan kabur menetap.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis Anda. Jika diperlukan referensi lebih mendalam, saya sarankan untuk merujuk **Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi Terbaru PPNI**.
**Salam profesional,**
*[Nama Anda, S.Kep., Ns., M.Kep.]*
*Perawat Ahli/Pakar Keperawatan* -
Article No. 18997 | 25 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 59 tahun, dengan keluhan kaku pada sendi, nilai kekuatan otot ekstremitas atas 4 dan bawah 3, ia stroke 2 bulan yang lalu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan kondisi pasien wanita usia 59 tahun dengan keluhan kaku pada sendi, nilai kekuatan otot ekstremitas atas 4 dan bawah 3, serta riwayat stroke 2 bulan yang lalu, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M62.81
- Deskripsi: Kekakuan sendi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.84
- Deskripsi: Terapi fisik, terapi latihan, dan aktivitas terkait
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M62.81 (Kekakuan sendi, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dipilih karena pasien mengeluhkan kaku pada sendi, yang merupakan kondisi muskuloskeletal tanpa diagnosis spesifik lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 93.84 (Terapi fisik, terapi latihan, dan aktivitas terkait) dipilih karena pasien kemungkinan akan menjalani program rehabilitasi fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan mengatasi kekakuan sendi setelah stroke yang dialami 2 bulan lalu. Prosedur ini dapat mencakup terapi latihan, aktivitas fungsional, dan modalitas fisik lainnya untuk membantu pemulihan pasien.
Perlu diperhatikan bahwa kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure dapat bervariasi tergantung pada penilaian klinis yang lebih lengkap oleh dokter yang menangani pasien. -
Article No. 18998 | 25 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 59 tahun, dengan keluhan kaku pada sendi, nilai kekuatan otot ekstremitas atas 4 dan bawah 3, ia stroke 2 bulan yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekuatan Otot (10019)
Definisi: Kemampuan sekelompok otot untuk menghasilkan tenaga.
Kode: 10019
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pergerakan Sendi (10020)
Definisi: Kemampuan untuk menggerakkan sendi dengan rentang gerak normal.
Kode: 10020
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Latihan Pergerakan Sendi (I0069)
Definisi: Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dan fungsi sendi dengan melakukan latihan pergerakan sendi.
Kode: I0069
2. Perawatan Disfungsi Mobilitas Fisik (I0070)
Definisi: Membantu klien untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik.
Kode: I0070
Penjelasan Singkat:
Pasien wanita, usia 59 tahun, dengan keluhan kaku pada sendi, nilai kekuatan otot ekstremitas atas 4 dan bawah 3, dan riwayat stroke 2 bulan yang lalu, menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Mobilitas Fisik (00085). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Terapi Latihan Pergerakan Sendi (I0069) dan Perawatan Disfungsi Mobilitas Fisik (I0070) untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dan fungsi sendi serta membantu pasien dalam mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik. -
Article No. 18999 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak D laki-laki usia 7 tahun dirawat dengan diagnosis DBD. Keluhan demam hari ke-4, nyeri perut, dan mimisan tekanan darah 90/60 mmHg. Tanda tanda vital (Suhu: 38,8°C Nadi: 112x/menit, lemah RR: 24x/menit, CRT (capillary refill time): >3 detik) Ibu melihat ada bintik merah di kulit paha dan lengan (petekie) Anak tampak lemas dan ibunya mengatakan anaknya tidak nafsu makan. Kesadaran: Compos mentis (GCS 15) . Hasil lab: trombosit 45.000, Ht 42%,Hemoglobin: 13,4 g/dL Urinalisis: Warna kuning tua, volume <0,5 mL/kg/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipovolemia Aktual
- Definisi: Penurunan volume darah yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
- Etiologi: Peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan, demam, dan berkurangnya asupan cairan.
- Tanda dan Gejala: Tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, pengisian kapiler lambat, urin sedikit, dan letargi.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Etiologi: Proses penyakit (demam, nyeri perut) dan perdarahan.
- Tanda dan Gejala: Keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, dan perubahan perilaku.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Etiologi: Anoreksia, mual, dan demam.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, tampak lemah, dan tidak nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Hipovolemia Aktual:
- Stabilitas Hemodinamik Tercapai
- Perfusi Jaringan Membaik
- Volume Cairan Adekuat
2. Nyeri Akut:
- Kontrol Nyeri Membaik
- Tingkat Nyeri Menurun
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Asupan Nutrisi Membaik
- Status Nutrisi Membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipovolemia Aktual:
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pemberian Cairan Intravena
- Pemberian Oksigen
- Kolaborasi Pemberian Obat-Obatan
2. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Kolaborasi Pemberian Analgesik
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pemantauan Asupan dan Output Cairan
- Pemberian Nutrisi Enteral
- Kolaborasi Pemberian Nutrisi Parenteral
Penjelasan Rinci:
Pasien anak laki-laki usia 7 tahun dengan diagnosis DBD mengalami hipovolemia aktual, nyeri akut, dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, pengisian kapiler lambat, urin sedikit, nyeri perut, dan tidak nafsu makan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, oksigen, manajemen nyeri, pemberian nutrisi enteral, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Luaran yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang membaik, kontrol nyeri yang membaik, dan status nutrisi yang membaik. -
Article No. 19000 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak D laki-laki usia 7 tahun dirawat dengan diagnosis DBD. Keluhan demam hari ke-4, nyeri perut, dan mimisan tekanan darah 90/60 mmHg. Tanda tanda vital (Suhu: 38,8°C Nadi: 112x/menit, lemah RR: 24x/menit, CRT (capillary refill time): >3 detik) Ibu melihat ada bintik merah di kulit paha dan lengan (petekie) Anak tampak lemas dan ibunya mengatakan anaknya tidak nafsu makan. Kesadaran: Compos mentis (GCS 15) . Hasil lab: trombosit 45.000, Ht 42%,Hemoglobin: 13,4 g/dL Urinalisis: Warna kuning tua, volume <0,5 mL/kg/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan intravaskular akibat peningkatan permeabilitas kapiler, ditandai dengan penurunan tekanan darah, tachikardi, CRT >3 detik, dan oliguria.
2. Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, ditandai dengan penurunan trombosit dan hematokrit yang meningkat.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan anemia, ditandai dengan kelelahan, dan penurunan nafsu makan.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit, ditandai dengan mimisan dan petekie.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Hipovolemia teratasi: Tanda-tanda vital dalam batas normal, CRT ?3 detik, dan produksi urin ?0,5 mL/kg/jam.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara: Trombosit dan hematokrit dalam batas normal.
3. Toleransi aktivitas meningkat: Anak tidak lemas, nafsu makan membaik.
4. Risiko perdarahan terkendali: Tidak ada perdarahan aktif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Hipovolemia:
a. Monitor tanda-tanda vital secara ketat
b. Kaji tanda-tanda dehidrasi dan perdarahan
c. Berikan cairan intravena sesuai rekomendasi medis
d. Monitor intake dan output cairan
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk meningkatkan volume cairan
2. Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit:
a. Monitor hasil laboratorium (trombosit, hematokrit)
b. Pertahankan asupan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Intoleransi aktivitas:
a. Monitor tanda-tanda intoleransi aktivitas
b. Berikan istirahat yang cukup
c. Lakukan aktivitas sesuai toleransi anak
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Risiko perdarahan:
a. Monitor tanda-tanda perdarahan
b. Pertahankan kadar trombosit dengan pemberian komponen darah sesuai indikasi
c. Pertahankan integritas kulit dan mukosa
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mencegah perdarahan
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 19001 | 25 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 43 tahun, datang dipoli obgyn untuk melakukan kontrol setiap 6 bulan, saat ini pasien tidak ada keluhan, memiliki riwayat penyakit hipertensi setelah melahirkan anak ke 2 dan mengkonsumsi adalat oros dan candesartan. pada bulan januari pasien mengatakan terjadi perdarahan seperti orang keguguran dan setelah 2 jam darah sudah tidak keluar. pasien mengatakan pada saat menstruasi merasakan nyeri pada hari pertma sampai ke tiga haid dan lama haid bisa sampai 10 hari. Hasil pemeriksaan menunjukkan uterus AF ukuran 7,97 x 5,97 cm tampak massa myomatik ukuran 1,47 x 2,96 cm dan 3,08 x 1,4 cm AP D/S kesan normal. Diagnosis awal adalah multiple myoma uteri FIGO Tipe 3-4.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis dan rekomendasi saya berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus dan perdarahan
2. Perdarahan Vagina berhubungan dengan multiple myoma uteri
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan multiple myoma uteri
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan skala nyeri
- Pasien dapat mengenali faktor pemicu nyeri
- Pasien dapat menerapkan teknik manajemen nyeri
2. Perdarahan Vagina
- Perdarahan dapat terkontrol
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perdarahan
- Pasien dapat melakukan perawatan diri yang tepat
3. Risiko Perdarahan
- Tidak terjadi episode perdarahan baru
- Tanda-tanda vital pasien stabil
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, kompres hangat/dingin, dll.)
- Berikan edukasi tentang penyebab nyeri dan strategi penanganannya
2. Perdarahan Vagina
- Monitor tanda-tanda vital dan perdarahan secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penanganan medis yang sesuai
- Ajarkan pasien melakukan perawatan diri yang tepat (penggunaan pembalut, menjaga kebersihan, dll.)
- Berikan edukasi tentang penyebab perdarahan dan tindakan yang perlu dilakukan
3. Risiko Perdarahan
- Monitor tanda-tanda vital dan perdarahan secara ketat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk mencegah komplikasi perdarahan
- Ajarkan pasien untuk mengenali tanda-tanda perdarahan dan segera laporkan
- Berikan edukasi tentang faktor risiko perdarahan dan langkah-langkah pencegahannya
Penjelasan lebih rinci:
Pasien dengan multiple myoma uteri memiliki risiko perdarahan yang perlu dikelola dengan baik. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup nyeri akut yang terkait dengan kontraksi uterus dan perdarahan, perdarahan vagina yang berhubungan dengan multiple myoma uteri, serta risiko perdarahan akibat kondisi tersebut. Luaran/output yang diharapkan adalah penurunan nyeri, kontrol perdarahan, dan pencegahan komplikasi perdarahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, edukasi, dan pembelajaran keterampilan manajemen diri bagi pasien. Penerapan intervensi yang tepat akan membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan dan meningkatkan kualitas perawatan. -
Article No. 19002 | 25 Jun 2025
Klinis : Kasus: Searang laki-laki Usla 52 tahun datang dengan keluhan muntah >3x/hari, diare >6x/hari, dan Hurayat bra tidak terkontrol (tipe 2) sejak 5 taha lalu. Pasien tampak lemas, kesulitan makan, dar mengalami Penurunan BB 2kg dalam 3 hari. Peluk osa bible kering sturgor kulit menurun, TD 100/70 mmtty, nadi 98x/menit. Keluaran Urin menurun (Oliguria). Has?l lab: Nat 130 mEq/L, k+ 3.2 mEq/L, GDP 240 mg/dL. HbAlc 9.1%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi kardiovaskular
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.01
- Deskripsi: Rehidrasi intravena
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 52 tahun memiliki keluhan utama muntah, diare, dan diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu. Pasien tampak lemas, kesulitan makan, dan mengalami penurunan berat badan 2 kg dalam 3 hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit menurun, tekanan darah rendah, dan oliguria. Hasil laboratorium menunjukkan kadar natrium rendah (130 mEq/L), kalium rendah (3,2 mEq/L), glukosa darah tinggi (240 mg/dL), dan HbA1c yang tinggi (9,1%).
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi kardiovaskular
- Pasien memiliki diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkendali, dengan komplikasi kardiovaskular yang ditandai dengan hipotensio, dehidrasi, dan gangguan elektrolit.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.01
- Deskripsi: Rehidrasi intravena
- Pasien memerlukan rehidrasi intravena untuk mengatasi dehidrasi dan gangguan elektrolit akibat muntah dan diare yang terjadi. -
Article No. 19003 | 25 Jun 2025
Klinis : Kasus: Searang laki-laki Usla 52 tahun datang dengan keluhan muntah >3x/hari, diare >6x/hari, dan Hurayat bra tidak terkontrol (tipe 2) sejak 5 taha lalu. Pasien tampak lemas, kesulitan makan, dar mengalami Penurunan BB 2kg dalam 3 hari. Peluk osa bible kering sturgor kulit menurun, TD 100/70 mmtty, nadi 98x/menit. Keluaran Urin menurun (Oliguria). Has?l lab: Nat 130 mEq/L, k+ 3.2 mEq/L, GDP 240 mg/dL. HbAlc 9.1%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI 00025)
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan jumlah dan komposisi cairan dan elektrolit yang melebihi atau di bawah rentang normal.
b. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI 00002)
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi individu tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Intoleransi Aktivitas (SDKI 00092)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan dan dibutuhkan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Keseimbangan Cairan (SLKI 01015)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam batas normal.
b. Status Nutrisi (SLKI 01024)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan dan penyerapan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
c. Toleransi Aktivitas (SLKI 01028)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Cairan (SIKI 03061)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam rentang normal.
b. Manajemen Nutrisi (SIKI 03089)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan asupan dan penyerapan nutrisi yang adekuat.
c. Manajemen Aktivitas (SIKI 03008)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas rutin.
Dalam kasus ini, pasien mengalami risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan nutrisi, serta intoleransi aktivitas yang perlu ditangani dengan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.