Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10506 | 07 Jan 2025
Klinis : bayi perempuan usia 40 hari dengan Pneumonia bilateral dan hidrosephalus. terpasang ventilator hari ke-8 dengan mode PC 25 FiO250 % PEEP 5; terpasang ETT hari ke 6, terpasang CVC hari ke-6 terpasang DC hari ke 1. Tampak sekret dari ETT, terdapat retraksi sub costa, dan terdengar ronki pada kedua lapang paru. Frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 27 x/menit, tekanan darah 105/67 mmHg dan suhu 37,50C. Pasien tersedasi dengan midazolam 0,1 Mcg/KgBB/mnt =0,2 cc/jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditentukan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Pneumonia bilateral, Hydrosefalus, dan Penggunaan Ventilator.
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas secara normal.
Faktor Terkait: Penyakit pernapasan, Gangguan mekanis, dan Penggunaan ventilator.
2. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Pemasangan Alat Invasif (ETT, CVC, DC).
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur invasif, Penggunaan alat invasif, dan Status imunitas.
3. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit.
Definisi: Suhu tubuh di atas normal.
Faktor Terkait: Proses penyakit.
Penjelasan Singkat Standar Keperawatan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan masalah keperawatan pasien.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk luaran keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam menetapkan, mengukur, dan mengevaluasi capaian luaran keperawatan pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk intervensi keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Standar-standar ini disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin keseragaman dan kualitas praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 10507 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pusing dan panas:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R51 "Pusing (vertigo)" digunakan untuk mengkodekan keluhan pusing, yang merupakan sensasi berputar, tidak seimbang, atau melayang yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan sistem vestibular, masalah neurologis, atau faktor lingkungan.
2. Kode ICD-10 R50.9 "Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain" digunakan untuk mengkodekan kondisi panas atau demam yang tidak memiliki etiologi yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan pada kode yang lebih spesifik. Hal ini dapat mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, karena informasi yang diberikan hanya mencakup gejala pusing dan panas tanpa adanya prosedur atau tindakan medis yang spesifik. -
Article No. 10508 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas, mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan dengan kondisi yang Anda sebutkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
3. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo dan pusing
Dalam kondisi ini, pasien mengeluhkan gejala pusing, panas, dan mual. Berdasarkan kode ICD-10 yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah demam (R50.9), mual (R11.0), dan vertigo/pusing (R42).
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang spesifik bagi kondisi ini, karena penanganan yang dilakukan biasanya bersifat simtomatik dan suportif, seperti pemberian cairan, antiemetik, dan pengobatan sesuai penyebab yang mendasarinya.
Penanganan lebih lanjut akan tergantung pada hasil pemeriksaan dan penilaian klinis oleh tenaga kesehatan yang menangani pasien, untuk menentukan penyebab yang mendasari gejala-gejala tersebut dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 10509 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing, panas, dan mual.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, dan mual.
Penjelasan:
- SDKI: Ketidaknyamanan fisik didefinisikan sebagai pengalaman subyektif atas ketidaknyamanan yang mengganggu dan mengurangi kemampuan untuk beraktivitas.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan rasa nyaman secara fisik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, mengelola suhu tubuh, mengelola mual dan muntah, serta memberikan kenyamanan fisik.
Dengan kondisi pusing, panas, dan mual yang dialami pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, dan mual". Perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola keluhan-keluhan tersebut dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 10510 | 07 Jan 2025
Klinis : Sebutkan diagnosa SDKI terkait kurang pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi kurang pengetahuan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kurang pengetahuan adalah "Defisit Pengetahuan". Diagnosa ini menggambarkan situasi di mana individu memiliki keterbatasan atau kekurangan informasi, pemahaman, dan kemampuan untuk memperoleh, memproses, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola kondisi atau situasi tertentu secara efektif.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, diharapkan tercapai beberapa Luaran, antara lain:
a. Peningkatan Pengetahuan: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman dan informasi terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi.
b. Kemampuan Pemecahan Masalah: Pasien mampu mengidentifikasi dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi.
c. Pengambilan Keputusan yang Tepat: Pasien dapat membuat keputusan yang bijak dan sesuai dalam mengelola kondisi atau situasi yang dihadapi.
d. Peningkatan Perilaku Kesehatan: Pasien menunjukkan perubahan perilaku yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan, sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran yang diharapkan, beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi, edukasi, dan pembelajaran yang terstruktur kepada pasien terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi, termasuk penyebab, gejala, pengelolaan, dan langkah-langkah yang dapat diambil.
b. Fasilitasi Pembelajaran: Membantu pasien dalam memperoleh, memproses, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan, misalnya dengan menyediakan bahan-bahan pembelajaran, mendorong diskusi, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
c. Bimbingan dan Konseling: Memberikan dukungan, motivasi, dan pendampingan kepada pasien dalam mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran dan penerapan pengetahuan.
d. Monitoring dan Evaluasi: Memantau kemajuan pasien dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang diperlukan, perawat dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi kurang pengetahuan pada pasien. -
Article No. 10511 | 07 Jan 2025
Klinis : wajah terasa kaku
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi klien dengan wajah terasa kaku, dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi klien dengan wajah terasa kaku, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Diagnosa ini mencerminkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh, dalam hal ini adalah wajah yang terasa kaku.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Mobilitas Fisik Teratasi: Klien dapat melakukan pergerakan bebas dan terkoordinasi dari anggota tubuh, dalam hal ini wajah, tanpa adanya hambatan atau keterbatasan.
2. Nyeri Terkontrol: Klien dapat mengendalikan atau mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan di wajah.
3. Fungsi Neuromuskular Membaik: Klien menunjukkan peningkatan dalam fungsi otot dan sistem saraf yang terlibat dalam pergerakan wajah.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Gangguan Mobilitas Fisik" dan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dirasakan di wajah
- Berikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Terapi Latihan:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan pergerakan wajah
- Berikan latihan atau exercise untuk meningkatkan mobilitas dan kekuatan otot wajah
- Monitor progres dan evaluasi keefektifan terapi latihan
3. Stimulasi Sensorik:
- Lakukan stimulasi sensorik pada wajah, seperti sentuhan lembut, pijatan, atau kompres hangat
- Tujuannya untuk merangsang sistem saraf dan meningkatkan sensibilitas wajah
- Monitor respons klien terhadap stimulasi dan sesuaikan intervensi jika diperlukan
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai kondisi dan manajemen gangguan mobilitas wajah
- Jelaskan pentingnya kepatuhan dalam melakukan latihan dan perawatan diri
- Diskusikan strategi untuk mengatasi hambatan dan memaksimalkan pemulihan
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mobilitas fisik yang teratasi, nyeri yang terkontrol, dan fungsi neuromuskular yang membaik, sehingga masalah gangguan mobilitas wajah dapat diatasi secara komprehensif. -
Article No. 10512 | 07 Jan 2025
Klinis : wajah merot
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat kami akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi wajah merot.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi wajah merot adalah "Gangguan perfusi jaringan perifer" (SDKI, 2017). Wajah merot menggambarkan adanya perubahan pada perfusi jaringan perifer yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke area tersebut. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti vasokonstriksi pembuluh darah, peningkatan tekanan intravaskular, atau penurunan curah jantung.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi jaringan perifer membaik, ditandai dengan wajah tidak merot lagi.
2. Sirkulasi darah ke area wajah lancar, ditandai dengan tidak ada lagi keterlambatan pengisian kapiler.
3. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu.
4. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan perifer.
5. Pasien mampu melakukan tindakan mandiri untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer, seperti melakukan relaksasi atau mengatur posisi tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Evaluasi status sirkulasi: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, pengisian kapiler, dan warna kulit secara berkala untuk mengetahui perubahan kondisi perfusi jaringan perifer.
2. Manajemen perfusi jaringan: Lakukan tindakan untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti mengatur posisi tubuh, memberikan oksigen, dan memastikan intake cairan yang adekuat.
3. Edukasi tentang perfusi jaringan: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan perifer, serta tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Lakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi lebih lanjut, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya.
5. Monitoring dan evaluasi: Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan, dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan perfusi jaringan perifer pada pasien dengan kondisi wajah merot, sehingga mencapai luaran/output yang diharapkan. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 10514 | 07 Jan 2025
Klinis : perilaku kekerasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perilaku kekerasan.
Diagnosa Keperawatan:
Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai respons maladaptif terhadap stresor internal atau eksternal yang ditandai dengan tindakan atau ancaman tindakan yang mencederai orang lain secara fisik, verbal, psikologis, seksual, atau finansial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan perilaku kekerasan meliputi klien dapat mengontrol perilaku kekerasan, klien dapat mengekspresikan marah secara konstruktif, dan klien dapat meningkatkan kemampuan koping yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku kekerasan mencakup:
1. Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi pencetus perilaku kekerasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan menetapkan batasan-batasan perilaku yang dapat diterima.
2. Terapi Kognitif: Membantu klien mengubah pola pikir dan keyakinan maladaptif yang dapat memicu perilaku kekerasan.
3. Terapi Kelompok: Memberikan dukungan dan kesempatan berbagi pengalaman dengan klien lain yang mengalami masalah serupa.
4. Terapi Keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk meningkatkan dinamika dan dukungan keluarga.
Sebagai seorang perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan diagnosis dan penanganan yang direkomendasikan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus perilaku kekerasan. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 10515 | 07 Jan 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan nyeri dada, sesak nafas, mual dan muntah (+) O: Kesadaran composmentis, hemodinamik TD: 92/65 mmHg, HR: 97 x/menit, RR: 28 x/menit, S: 36,80C, Spo2: 98% dengan menggunakan NRM 15 lpm, terpasang IV line di vena radialis sinistra no 22 (7/1/25) dengan cairan infuse Venflon, drip Furosemide 10 mg/jam, terpasang DC no. 16 (7/1/25) produksi urine ada, cek GDS pagi-sore, skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dengan tekanan darah 100-120/60-80 mmHg, denyut nadi 60-100 x/menit, dan laju pernapasan 12-20 x/menit.
2. Perfusi Jaringan Efektif: Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) ≥ 95% dengan bantuan oksigen, serta tidak ada tanda-tanda gagal jantung seperti edema, dispnea, dan nyeri dada.
3. Kontrol Rasa Nyeri: Pasien melaporkan nyeri dada berkurang dengan skala nyeri ≤ 2.
4. Manajemen Gejala: Pasien menunjukkan penurunan gejala mual dan muntah.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Lakukan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, suhu tubuh) secara berkala untuk memantau stabilitas hemodinamik.
2. Pemberian Terapi Oksigen: Berikan oksigen melalui masker non-rebreathing (NRM) dengan aliran 15 liter per menit untuk meningkatkan saturasi oksigen.
3. Manajemen Rasa Nyeri: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, berikan analgesik sesuai instruksi dokter, dan terapkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi untuk mengurangi nyeri dada.
4. Manajemen Mual dan Muntah: Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter, batasi asupan oral, dan bantu pasien untuk mengelola gejala mual dan muntah.
5. Pemantauan Cairan dan Elektrolit: Lakukan pemantauan intake dan output cairan, serta pemantauan kadar elektrolit seperti natrium, kalium, dan klorida.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Berikan edukasi tentang kondisi pasien, manajemen gejala, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain: Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular, seperti nyeri dada, sesak napas, dan tanda-tanda hemodinamik yang tidak stabil (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, dan laju pernapasan cepat). Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di jaringan jantung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Tujuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanda-tanda vital pasien berada dalam batas normal, menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.
2. Perfusi Jaringan Efektif: Tujuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien memiliki saturasi oksigen yang memadai dan tidak menunjukkan tanda-tanda gagal jantung, sehingga dapat mengindikasikan perbaikan perfusi jaringan.
3. Kontrol Rasa Nyeri: Tujuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dada, yang merupakan gejala utama dari ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak.
4. Manajemen Gejala: Tujuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat mengelola gejala mual dan muntah, yang mungkin terkait dengan kondisi kardiovaskular.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Intervensi ini bertujuan untuk memantau stabilitas hemodinamik pasien.
2. Pemberian Terapi Oksigen: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan dan membantu mencapai perfusi jaringan yang efektif.
3. Manajemen Rasa Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dada, yang merupakan gejala utama dari ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak.
4. Manajemen Mual dan Muntah: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola gejala mual dan muntah, yang mungkin terkait dengan kondisi kardiovaskular.
5. Pemantauan Cairan dan Elektrolit: Intervensi ini bertujuan untuk memantau keseimbangan cairan dan elektrolit, yang dapat mempengaruhi stabilitas hemodinamik.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Intervensi ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga memahami kondisi pasien dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain: Intervensi ini bertujuan untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi bagi pasien. -
Article No. 10516 | 07 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan vertigo dengan tekanan darah tidak stabil. Apa diagnosa keperawatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya adalah seorang perawat profesional yang telah berpengalaman dalam menangani kasus vertigo dengan tekanan darah tidak stabil. Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan perubahan tekanan darah tidak stabil
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko terjadinya perubahan pada fungsi kardiovaskular, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit kardiovaskular, usia, perubahan status cairan, dan penyakit penyerta.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Stabilitas hemodinamik terpelihara, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda perburukan kondisi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan antihipertensi atau antihipotensif sesuai instruksi dokter, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen kondisi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu pasien mencapai outcome yang diharapkan. Saya siap memberikan perawatan yang profesional dan terbaik bagi pasien.