Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8593 | 11 Dec 2024
Klinis : Pasangan remaja berusia 17 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas bernama Ny. W dan Tn. R, berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, mempunyai anak dari hasil pernikahannya bernama An. N berusia kurang dari satu minggu yang sedang dirawat di RS Citra Bayu Semarang, karena mengalami kelainan fisik yang parah dengan gangguan perkembangan. Mereka tinggal satu rumah dengan orang tua Ny. W, yaitu Ny. A berusia 36 tahun dan Tn. D berusia 41 tahun, keluarga ini adalah keluarga yang paham akan agama. Suatu ketika dipagi hari saat sedang sarapan bersama keluarga, Ny. W merasa mual muntah lalu dia berlari ke kamar mandi, kejadian ini tidak hanya terjadi sekali namun sudah terjadi berkali-kali dalam beberapa hari belakangan. Orang tua Ny. W tidak menyimpan rasa curiga hanya menganggap bahwa itu adalah penyakit magh biasa, karena kebetulan Ny. W mempunyai riwayat penyakit magh. Selang tiga minggu setelahnya saat Ny. A sedang membersihkan kamar anaknya, Ny. A justru mendapati tes kehamilan yang bergaris dua ditempat sampah, dengan rasa yang cemas dan panik Ny. A langsung memanggil Tn. D yang sedang membersihkan halaman depan rumahnya, mendengar panggilan istrinya Tn. D langsung menghampiri istrinya yang duduk lemas diruang tamu, dengan keadaan shok Ny. A memperlihatkan tes kehamilan itu kesuaminya dan mencritakan awal mula menemukan tes kehamilan itu. Tidak berselang lama Ny. W pulang dari sekolah dan langsung ditanya banyak hal oleh orang tuanya tentang tes kehamilan itu, dengan keadaan menangis Ny. W lalu menjelaskan dan menceritakan bahwa itu adalah miliknya, dia melakukannya dengan pacarnya yaitu Tn. R, dia juga menceritakan bahwa dia terjerumus ke pergaulan bebas. Ny. W langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk memastikan dia hamil atau tidak, ternyata hasilnya adalah Ny. W hamil sudah hampir empat minggu atau satu bulan. Mendapati anaknya hamil orang tua Ny. W tidak terima dan meminta pertanggung jawab an ke keluarga Tn. R, tidak berselang lama acara pernikahan sederhana pun dilakukan. Setelah sembilan bulan akhirnya Ny. W melahirkan anak pertamanya yaitu An. N dan Dokter mendiagnosis bahwa An. N mengalami kelainan fisik dan gangguan perkembangan. Lalu perawat V menyarankan kekeluarga An. N, agar mereferensikan anak ke fisioterapi dan program terapi yang akan membantu anak untuk menjadi lebih mandiri kedepannya, namun keluarga An. N menolak dan mengatakan itu tugas mereka untuk merawat anaknya, keluarga juga menganggap bahwa kondisi anaknya adalah hukuman dari Allah SWT karena telah dikandung sebelum orang tuanya menikah. Perawat V merasa kesal dan merasa bahwa keluarga tidak memberikan hal yang terbaik untuk anaknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Koping Keluarga Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk melakukan tindakan yang sesuai dalam menanggapi masalah atau kebutuhan kesehatan anggota keluarga.
Penyebab: Situasi krisis, kurangnya dukungan sosial, pengalaman keluarga yang tidak menyenangkan, keterampilan pemecahan masalah yang tidak memadai.
2. Risiko Perilaku Seksual Tidak Sehat
Definisi: Risiko terjadinya perilaku seksual yang dapat membahayakan kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kurangnya dukungan dan bimbingan orang tua, pengaruh teman sebaya.
3. Resiko Kecemasan
Definisi: Risiko mengalami kekhawatiran yang tidak dapat dijelaskan dan mengurangi kemampuan untuk mengatasi masalah.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, krisis perkembangan, pengalaman yang tidak menyenangkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Koping Keluarga Efektif
Definisi: Keluarga dapat melakukan tindakan yang sesuai dalam menanggapi masalah atau kebutuhan kesehatan anggota keluarga.
Kriteria Hasil:
- Keluarga mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan anggota keluarga.
- Keluarga dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mengatasi masalah.
- Keluarga mampu membuat rencana dan melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga.
2. Perilaku Seksual Sehat
Definisi: Perilaku seksual yang tidak membahayakan kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Kriteria Hasil:
- Pasangan remaja memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi.
- Pasangan remaja memiliki sikap yang positif terhadap perilaku seksual.
- Pasangan remaja dapat mengambil keputusan yang sehat terkait perilaku seksualnya.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Definisi: Kondisi di mana individu atau keluarga dapat mengelola rasa khawatir yang dialami.
Kriteria Hasil:
- Keluarga dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Keluarga mampu menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan.
- Keluarga menunjukkan tanda-tanda fisik dan emosional yang terkendali.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Koping Keluarga Tidak Efektif:
- Identifikasi kemampuan dan sumber daya keluarga dalam mengatasi masalah.
- Berikan edukasi tentang peran dan tanggung jawab anggota keluarga dalam perawatan anak.
- Fasilitasi diskusi keluarga untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan rencana tindakan.
- Bimbing keluarga dalam menggunakan strategi koping yang efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, psikolog, dll.) untuk memberikan intervensi yang sesuai.
2. Risiko Perilaku Seksual Tidak Sehat:
- Berikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang sehat.
- Fasilitasi diskusi dengan pasangan remaja untuk membahas nilai-nilai dan harapan terkait perilaku seksual.
- Kolaborasi dengan konselor/konselor sebaya untuk memberikan bimbingan dan konseling.
- Dorong pasangan remaja untuk mengambil keputusan yang sehat terkait perilaku seksualnya.
3. Risiko Kecemasan:
- Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan pada keluarga.
- Berikan edukasi tentang strategi koping untuk mengurangi kecemasan.
- Fasilitasi keluarga dalam mengembangkan rencana tindakan untuk mengatasi kecemasan.
- Bantu keluarga untuk mengakses dukungan sosial yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental (psikolog, psikiater) untuk intervensi yang lebih komprehensif.
Dengan pendekatan holistik dan berpusat pada keluarga, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8594 | 11 Dec 2024
Klinis : Pasangan remaja berusia 17 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas bernama Ny. W dan Tn. R, berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, mempunyai anak dari hasil pernikahannya bernama An. N berusia kurang dari satu minggu yang sedang dirawat di RS Citra Bayu Semarang, karena mengalami kelainan fisik yang parah dengan gangguan perkembangan. Mereka tinggal satu rumah dengan orang tua Ny. W, yaitu Ny. A berusia 36 tahun dan Tn. D berusia 41 tahun, keluarga ini adalah keluarga yang paham akan agama. Suatu ketika dipagi hari saat sedang sarapan bersama keluarga, Ny. W merasa mual muntah lalu dia berlari ke kamar mandi, kejadian ini tidak hanya terjadi sekali namun sudah terjadi berkali-kali dalam beberapa hari belakangan. Orang tua Ny. W tidak menyimpan rasa curiga hanya menganggap bahwa itu adalah penyakit magh biasa, karena kebetulan Ny. W mempunyai riwayat penyakit magh. Selang tiga minggu setelahnya saat Ny. A sedang membersihkan kamar anaknya, Ny. A justru mendapati tes kehamilan yang bergaris dua ditempat sampah, dengan rasa yang cemas dan panik Ny. A langsung memanggil Tn. D yang sedang membersihkan halaman depan rumahnya, mendengar panggilan istrinya Tn. D langsung menghampiri istrinya yang duduk lemas diruang tamu, dengan keadaan shok Ny. A memperlihatkan tes kehamilan itu kesuaminya dan mencritakan awal mula menemukan tes kehamilan itu. Tidak berselang lama Ny. W pulang dari sekolah dan langsung ditanya banyak hal oleh orang tuanya tentang tes kehamilan itu, dengan keadaan menangis Ny. W lalu menjelaskan dan menceritakan bahwa itu adalah miliknya, dia melakukannya dengan pacarnya yaitu Tn. R, dia juga menceritakan bahwa dia terjerumus ke pergaulan bebas. Ny. W langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk memastikan dia hamil atau tidak, ternyata hasilnya adalah Ny. W hamil sudah hampir empat minggu atau satu bulan. Mendapati anaknya hamil orang tua Ny. W tidak terima dan meminta pertanggung jawab an ke keluarga Tn. R, tidak berselang lama acara pernikahan sederhana pun dilakukan. Setelah sembilan bulan akhirnya Ny. W melahirkan anak pertamanya yaitu An. N dan Dokter mendiagnosis bahwa An. N mengalami kelainan fisik dan gangguan perkembangan. Lalu perawat V menyarankan kekeluarga An. N, agar mereferensikan anak ke fisioterapi dan program terapi yang akan membantu anak untuk menjadi lebih mandiri kedepannya, namun keluarga An. N menolak dan mengatakan itu tugas mereka untuk merawat anaknya, keluarga juga menganggap bahwa kondisi anaknya adalah hukuman dari Allah SWT karena telah dikandung sebelum orang tuanya menikah. Perawat V merasa kesal dan merasa bahwa keluarga tidak memberikan hal yang terbaik untuk anaknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidaksiapan orang tua (SDKI)
- Definisi: Kurangnya kesiapan orang tua untuk mengasuh dan memberikan perawatan pada anak.
- Faktor Berhubungan: Pernikahan dini, kehamilan remaja, kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga.
2. Distress keluarga (SDKI)
- Definisi: Pengalaman yang menekan atau membebani anggota keluarga, yang dapat mengganggu fungsi dan proses keluarga.
- Faktor Berhubungan: Anak dengan kondisi kesehatan yang kompleks, masalah pernikahan dini, konflik keluarga.
3. Koping keluarga terganggu (SDKI)
- Definisi: Kemampuan keluarga yang tidak efektif dalam beradaptasi dan mengelola stresor.
- Faktor Berhubungan: Masalah komunikasi, kurangnya dukungan sosial, kondisi kesehatan anak yang kompleks.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kesiapan orang tua
- Definisi: Kemampuan orang tua untuk mengasuh dan memberikan perawatan pada anak.
- Kriteria Hasil:
- Orang tua menunjukkan pemahaman tentang tugas perkembangan anak.
- Orang tua menunjukkan kemampuan dalam merawat anak.
- Orang tua menunjukkan minat dan partisipasi dalam perawatan anak.
2. Fungsi keluarga
- Definisi: Kemampuan keluarga dalam menjalankan peran dan tugas keluarga secara efektif.
- Kriteria Hasil:
- Keluarga menunjukkan komunikasi yang efektif.
- Keluarga menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
- Keluarga menunjukkan dukungan emosional yang memadai.
3. Koping keluarga efektif
- Definisi: Kemampuan keluarga dalam beradaptasi dan mengelola stresor secara efektif.
- Kriteria Hasil:
- Keluarga menunjukkan kemampuan dalam mengatasi stres.
- Keluarga menunjukkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
- Keluarga menunjukkan kemampuan dalam mencari dan menerima dukungan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Edukasi Orang Tua
- Tujuan: Membantu orang tua meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat anak.
- Aktivitas:
- Memberikan informasi tentang tahap perkembangan anak.
- Mengajarkan teknik perawatan anak.
- Mendiskusikan harapan dan peran orang tua dalam perawatan anak.
2. Konseling Keluarga
- Tujuan: Membantu keluarga mengatasi masalah dan meningkatkan fungsi keluarga.
- Aktivitas:
- Mengidentifikasi masalah dan sumber daya keluarga.
- Memfasilitasi komunikasi efektif antar anggota keluarga.
- Membantu keluarga dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
3. Terapi Kognitif-Perilaku Keluarga
- Tujuan: Membantu keluarga mengembangkan strategi koping yang efektif.
- Aktivitas:
- Mengidentifikasi pola pikir dan perilaku maladaptif dalam keluarga.
- Membantu keluarga mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
- Mendorong keluarga untuk mencari dan menerima dukungan sosial.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu keluarga dalam meningkatkan kesiapan orang tua, fungsi keluarga, dan koping keluarga yang efektif, sehingga dapat memberikan perawatan terbaik bagi anak dengan kondisi kesehatan yang kompleks. -
Article No. 8595 | 11 Dec 2024
Klinis : Pasangan remaja berusia 17 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas bernama Ny. W dan Tn. R, berlatar belakang pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama, mempunyai anak dari hasil pernikahannya bernama An. N berusia kurang dari satu minggu yang sedang dirawat di RS Citra Bayu Semarang, karena mengalami kelainan fisik yang parah dengan gangguan perkembangan. Mereka tinggal satu rumah dengan orang tua Ny. W, yaitu Ny. A berusia 36 tahun dan Tn. D berusia 41 tahun, keluarga ini adalah keluarga yang paham akan agama. Suatu ketika dipagi hari saat sedang sarapan bersama keluarga, Ny. W merasa mual muntah lalu dia berlari ke kamar mandi, kejadian ini tidak hanya terjadi sekali namun sudah terjadi berkali-kali dalam beberapa hari belakangan. Orang tua Ny. W tidak menyimpan rasa curiga hanya menganggap bahwa itu adalah penyakit magh biasa, karena kebetulan Ny. W mempunyai riwayat penyakit magh. Selang tiga minggu setelahnya saat Ny. A sedang membersihkan kamar anaknya, Ny. A justru mendapati tes kehamilan yang bergaris dua ditempat sampah, dengan rasa yang cemas dan panik Ny. A langsung memanggil Tn. D yang sedang membersihkan halaman depan rumahnya, mendengar panggilan istrinya Tn. D langsung menghampiri istrinya yang duduk lemas diruang tamu, dengan keadaan shok Ny. A memperlihatkan tes kehamilan itu kesuaminya dan mencritakan awal mula menemukan tes kehamilan itu. Tidak berselang lama Ny. W pulang dari sekolah dan langsung ditanya banyak hal oleh orang tuanya tentang tes kehamilan itu, dengan keadaan menangis Ny. W lalu menjelaskan dan menceritakan bahwa itu adalah miliknya, dia melakukannya dengan pacarnya yaitu Tn. R, dia juga menceritakan bahwa dia terjerumus ke pergaulan bebas. Ny. W langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk memastikan dia hamil atau tidak, ternyata hasilnya adalah Ny. W hamil sudah hampir empat minggu atau satu bulan. Mendapati anaknya hamil orang tua Ny. W tidak terima dan meminta pertanggung jawab an ke keluarga Tn. R, tidak berselang lama acara pernikahan sederhana pun dilakukan. Setelah sembilan bulan akhirnya Ny. W melahirkan anak pertamanya yaitu An. N dan Dokter mendiagnosis bahwa An. N mengalami kelainan fisik dan gangguan perkembangan. Lalu perawat V menyarankan kekeluarga An. N, agar mereferensikan anak ke fisioterapi dan program terapi yang akan membantu anak untuk menjadi lebih mandiri kedepannya, namun keluarga An. N menolak dan mengatakan itu tugas mereka untuk merawat anaknya, keluarga juga menganggap bahwa kondisi anaknya adalah hukuman dari Allah SWT karena telah dikandung sebelum orang tuanya menikah. Perawat V merasa kesal dan merasa bahwa keluarga tidak memberikan hal yang terbaik untuk anaknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Proses Keluarga (00061) berhubungan dengan krisis perkembangan dalam keluarga akibat kehamilan remaja di luar nikah.
- Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk melakukan fungsi keluarga secara efektif.
- Faktor yang berhubungan: Krisis perkembangan dalam keluarga, ketidakmatangan emosional, perubahan struktur keluarga.
2. Risiko Ketidakberdayaan (00152) berhubungan dengan persepsi keluarga terhadap kondisi anak.
- Definisi: Kerentanan untuk pengalaman perasaan tidak mampu mempengaruhi atau mengontrol situasi yang penting bagi individu, yang dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan.
- Faktor yang berhubungan: Persepsi keluarga terhadap kondisi anak, beban perawatan, dukungan yang tidak memadai.
3. Distres Spiritual (00066) berhubungan dengan coping yang tidak efektif dalam menghadapi kondisi anak.
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu untuk mengalami dan terintegrasi makna dan tujuan dalam kehidupan melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan/Yang Maha Kuasa.
- Faktor yang berhubungan: Coping yang tidak efektif, krisis spiritual, perubahan dalam keyakinan spiritual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Fungsi Keluarga Efektif (1501):
- Indikator:
- Keluarga mampu mengidentifikasi peran dan tanggung jawab anggota keluarga (150103).
- Keluarga mampu menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi masalah (150106).
- Keluarga mampu membuat keputusan yang sesuai dengan kebutuhan (150110).
2. Kontrol Diri (1405):
- Indikator:
- Keluarga mampu mengendalikan emosinya saat menghadapi masalah (140501).
- Keluarga mampu membuat rencana untuk mengatasi masalah (140502).
- Keluarga mampu mengevaluasi efektifitas strategi yang digunakan (140508).
3. Kesejahteraan Spiritual (2001):
- Indikator:
- Keluarga mampu mengungkapkan rasa syukur (200101).
- Keluarga mampu menemukan makna dan tujuan hidup (200104).
- Keluarga mampu menggunakan keyakinan spiritual untuk mengatasi masalah (200107).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Dukungan Keluarga (7100):
- Aktivitas:
- Kaji struktur, fungsi, dan proses keluarga.
- Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki.
- Fasilitasi diskusi keluarga untuk membahas masalah dan mencari solusi bersama.
- Berikan dukungan emosional kepada keluarga.
2. Manajemen Koping (5230):
- Aktivitas:
- Kaji strategi koping yang digunakan keluarga saat ini.
- Bantu keluarga untuk mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
- Anjurkan keluarga untuk menggunakan strategi koping yang konstruktif.
- Libatkan keluarga dalam merencanakan dan mengevaluasi strategi koping.
3. Fasilitasi Spiritual (5420):
- Aktivitas:
- Kaji keyakinan dan praktik spiritual keluarga.
- Dorong keluarga untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman spiritualnya.
- Bantu keluarga untuk menemukan makna dan tujuan dalam situasi yang sulit.
- Fasilitasi keluarga untuk mengakses sumber spiritual yang mendukung.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga, baik dari segi fungsi keluarga, kemampuan beradaptasi, maupun dimensi spiritual. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan fungsi keluarga, kontrol diri, dan kesejahteraan spiritual. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan berfokus pada dukungan keluarga, manajemen koping, dan fasilitasi spiritual untuk membantu keluarga mengatasi tantangan yang dihadapi. -
Article No. 8596 | 11 Dec 2024
Klinis : a. Keluhan utama : pasien mengeluh badan terasa griming griming, pegel di tengkuk belakang ,pusing nggliyer ,kalau untyuk jalan mau jatuh,terasa mual sejak tadi b. Pemeriksaan fisik: Ku pasien tampak memejamkan mata ,akral terba hangat , nadi teraba kuat , td 208/123 mmhg N: 114 x/mnt Sat 100 %, rr 18 x/mnt
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan data klinis yang diberikan, diagnosis yang mungkin adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I67.1
- Deskripsi: Sindrom Vertebrobasilaris
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan gejala-gejala seperti pusing, mual, serta kesulitan berjalan, yang merupakan manifestasi dari sindrom vertebrobasilaris. Sindrom ini disebabkan oleh gangguan aliran darah pada sirkulasi posterior otak yang disuplai oleh arteri vertebralis dan arteri basilaris. Hal ini dapat terjadi akibat spasme, oklusi, atau stenosis pembuluh darah tersebut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.72
- Deskripsi: Pemeriksaan Doppler arteri ekstrakranial
Penjelasan:
Untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan Doppler arteri ekstrakranial untuk mengevaluasi aliran darah pada arteri vertebralis dan basilaris. Pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi adanya gangguan aliran darah yang menyebabkan sindrom vertebrobasilaris.
Dengan tone akademis dan persona dokter/perekam medik, informasi di atas dapat disampaikan dengan jelas dan terstruktur. -
Article No. 8597 | 11 Dec 2024
Klinis : a. Keluhan utama : pasien mengeluh badan terasa griming griming, pegel di tengkuk belakang ,pusing nggliyer ,kalau untyuk jalan mau jatuh,terasa mual sejak tadi b. Pemeriksaan fisik: Ku pasien tampak memejamkan mata ,akral terba hangat , nadi teraba kuat , td 208/123 mmhg N: 114 x/mnt Sat 100 %, rr 18 x/mnt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik yang diberikan, saya merekomendasikan diagnosis keperawatan berikut:
1. Risiko Hipertensi Tak Terkontrol
- SDKI: Risiko Hipertensi Tak Terkontrol
- SLKI: Pengendalian Hipertensi
- SIKI: Pemantauan Tekanan Darah
Penjelasan singkat:
Pasien menunjukkan tanda-tanda hipertensi yang tak terkontrol, terlihat dari tekanan darah yang sangat tinggi (208/123 mmHg). Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti stroke, serangan jantung, atau kerusakan organ lain jika tidak segera ditangani.
2. Risiko Penurunan Stabilitas Hemodinamik
- SDKI: Risiko Penurunan Stabilitas Hemodinamik
- SLKI: Stabilitas Hemodinamik
- SIKI: Pemantauan Tanda-tanda Vital
Penjelasan singkat:
Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan stabilitas hemodinamik, seperti nadi yang teraba kuat, respirasi yang cepat, dan akral yang teraba hangat. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan dan komplikasi lainnya jika tidak segera diatasi.
3. Mual
- SDKI: Mual
- SLKI: Kontrol Mual
- SIKI: Manajemen Mual
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluhkan mual sejak tadi. Mual dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, gangguan gastrointestinal, atau masalah neurologi. Penanganan yang tepat diperlukan untuk mengatasi keluhan ini dan mencegah komplikasi lanjut.
Standar diagnosa keperawatan yang digunakan adalah SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8598 | 11 Dec 2024
Klinis : a. Keluhan utama : pasien mengeluh badan terasa griming griming, pegel di tengkuk belakang ,pusing nggliyer ,kalau untyuk jalan mau jatuh,terasa mual sejak tadi b. Pemeriksaan fisik: Ku pasien tampak memejamkan mata ,akral terba hangat , nadi teraba kuat , td 208/123 mmhg N: 114 x/mnt Sat 100 %, rr 18 x/mnt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pusing berhubungan dengan hipertensi krisis, ditandai dengan pasien mengeluh pusing, griming-griming, mual, dan merasa akan jatuh saat berjalan.
2. Kelelahan berhubungan dengan beban kerja kardiovaskular yang meningkat, ditandai dengan pasien tampak memejamkan mata dan akral teraba hangat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pusing teratasi, ditandai dengan pasien tidak lagi mengeluh pusing, griming-griming, mual, dan tidak merasa akan jatuh saat berjalan.
2. Pasien tidak mengalami kelelahan, ditandai dengan pasien tampak segar, tidak memejamkan mata, dan akral teraba normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi terkait Pusing:
a. Observasi tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi aliran darah ke otak.
c. Anjurkan pasien untuk tidak banyak bergerak dan beristirahat.
d. Berikan obat antihipertensi sesuai instruksi dokter untuk menurunkan tekanan darah.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan pusing.
2. Intervensi terkait Kelelahan:
a. Observasi tanda-tanda vital secara berkala.
b. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan, seperti beban kerja kardiovaskular yang meningkat.
c. Berikan istirahat yang cukup dan upayakan lingkungan yang tenang.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sesuai kebutuhan.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kasus ini adalah pusing berhubungan dengan hipertensi krisis dan kelelahan berhubungan dengan beban kerja kardiovaskular yang meningkat. Hal ini didasarkan pada keluhan utama pasien yang mengeluh pusing, griming-griming, mual, dan merasa akan jatuh saat berjalan, serta pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda-tanda hipertensi krisis (TD 208/123 mmHg) dan kelelahan (pasien tampak memejamkan mata dan akral teraba hangat).
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pusing teratasi, ditandai dengan pasien tidak lagi mengeluh pusing, griming-griming, mual, dan tidak merasa akan jatuh saat berjalan, serta pasien tidak mengalami kelelahan, ditandai dengan pasien tampak segar, tidak memejamkan mata, dan akral teraba normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi observasi tanda-tanda vital, pemberian posisi semifowler, anjuran istirahat, pemberian obat antihipertensi, edukasi pasien dan keluarga terkait pusing dan kelelahan, serta kolaborasi dengan dokter untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 8599 | 11 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, selamat siang. Sebagai perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang keperawatan, saya akan memberikan penjelasan yang terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik definitif: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, bunyi napas tambahan, hipoksemia.
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi.
Karakteristik definitif: Kelelahan, napas pendek saat aktivitas, nyeri, kelemahan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik definitif: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas yang efektif
Indikator:
a. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.
b. Pasien tidak mengalami sesak napas.
c. Pasien memiliki bunyi napas normal.
d. Pasien memiliki saturasi oksigen yang adekuat.
2. Toleransi aktivitas yang membaik
Indikator:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
b. Pasien tidak mengalami sesak napas saat melakukan aktivitas.
c. Pasien memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitas.
3. Status nutrisi yang membaik
Indikator:
a. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
b. Pasien memiliki nafsu makan yang baik.
c. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas yang tidak efektif:
a. Atur posisi semifowler untuk memudahkan drainase sekret.
b. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
c. Lakukan suction jika diperlukan untuk membantu mengeluarkan sekret.
d. Berikan terapi nebulizer, seperti bronkodilator atau mukolitik, untuk membantu melonggarkan sekresi.
e. Lakukan fisioterapi dada untuk meningkatkan mobilisasi dan evakuasi sekret.
2. Intoleransi aktivitas:
a. Lakukan pengkajian aktivitas dan toleransi pasien.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kapasitasnya.
c. Ajarkan teknik-teknik konservasi energi, seperti pengaturan jeda saat beraktivitas.
d. Berikan latihan fisik bertahap sesuai toleransi pasien.
e. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh:
a. Lakukan pengkajian status nutrisi pasien.
b. Berikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan, baik melalui makanan maupun suplemen.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
d. Pantau berat badan pasien secara berkala.
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih, Wassalamu'alaikum. -
Article No. 8600 | 11 Dec 2024
Klinis : hausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mual (nausea).
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NAUSE)
Definisi:
Sensasi tidak nyaman yang menimbulkan keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
NAUSE: Mual adalah sensasi tidak nyaman di epigastrium yang menimbulkan keinginan untuk muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
CNTRL NAUSE: Kontrol mual, yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi sensasi mual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual (MNJEM NAUSE)
- Identifikasi penyebab mual
- Lakukan intervensi farmakologi dan non-farmakologi untuk mengurangi mual
- Monitor tanda-tanda vital dan respon terhadap intervensi
2. Terapi Komplementer: Akupresur (THCOM AKPRESR)
- Identifikasi titik-titik akupresur yang dapat membantu mengurangi mual
- Lakukan pijatan pada titik akupresur tersebut
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah mual yang dialami pasien. -
Article No. 8601 | 11 Dec 2024
Klinis : nausea berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nausea berhubungan dengan (Etiology)
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Nausea adalah sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Setelah intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan indikator:
1. Frekuensi nausea menurun
2. Intensitas nausea menurun
3. Durasi nausea menurun
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Manajemen Nausea
2. Manajemen Nutrisi
3. Terapi Relaksasi
Sebagai perawat, saya memahami bahwa nausea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping pengobatan, kondisi medis tertentu, atau stres. Penting untuk mengidentifikasi penyebab mendasar dan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi nausea secara efektif dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 8602 | 11 Dec 2024
Klinis : nausea berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea) berhubungan dengan [Penyebab]
Penjelasan Singkat Menggunakan Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual (Nausea) didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Mual (Nausea) berhubungan dengan [Penyebab], seperti efek samping pengobatan, infeksi, cedera, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan mual (Nausea) meliputi:
1. Pasien melaporkan frekuensi, durasi, dan keparahan mual berkurang.
2. Pasien dapat mengidentifikasi faktor pencetus mual dan strategi penanganannya.
3. Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi mual.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani mual (Nausea) meliputi:
1. Manajemen mual, seperti pemberian obat antiemetik, terapi relaksasi, dan terapi distraksi.
2. Manajemen nutrisi, seperti memberikan makanan dan minuman yang dapat ditoleransi.
3. Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan mual.
Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan praktik berbasis bukti untuk menangani kondisi mual (Nausea) yang dialami pasien.