Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8570 | 11 Dec 2024
Klinis : cara menentukan diagnosa keperawatan prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tertentu, serta cara menentukan diagnosa keperawatan prioritas.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan menyajikan informasi ini dengan nada akademis.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat dipertimbangkan adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- Tanda dan Gejala: Penurunan rentang gerak, kelemahan, kesulitan berpindah, keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari.
2. Risiko Jatuh
- Definisi: Risiko meningkat untuk terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- Tanda dan Gejala: Riwayat jatuh, gangguan keseimbangan, obat-obatan, kondisi medis yang meningkatkan risiko jatuh.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Definisi: Perubahan persepsi terhadap penampilan atau fungsi tubuh yang menyebabkan distres psikologis.
- Tanda dan Gejala: Perubahan fisik, perasaan malu atau tidak nyaman dengan tubuh, perilaku menghindari situasi sosial.
Penentuan Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Untuk menentukan diagnosa keperawatan prioritas, perlu dilakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi klien, mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
- Ancaman terhadap keselamatan atau kesehatan klien
- Potensi untuk mempengaruhi status kesehatan yang lain
- Kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam perawatan
- Dampak diagnosa terhadap kualitas hidup klien
Berdasarkan penilaian tersebut, diagnosa keperawatan yang paling membutuhkan intervensi segera dapat ditentukan sebagai prioritas.
SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan keseragaman dan kualitas praktik keperawatan di Indonesia.
SDKI menyediakan daftar diagnosa keperawatan yang diterima secara nasional, beserta definisi dan karakteristik diagnostik.
SLKI menyediakan daftar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diinginkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berpusat pada klien.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8571 | 11 Dec 2024
Klinis : cara menentukan diagnosa keperawatan prioritas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menentukan diagnosa keperawatan prioritas, tidak ada kode ICD-10 atau ICD-9-CM yang secara langsung terkait. Diagnosa keperawatan adalah proses pengidentifikasian masalah kesehatan pasien yang menjadi fokus intervensi keperawatan. Berikut adalah penjelasan detail mengenai cara menentukan diagnosa keperawatan prioritas:
1. Pengumpulan data: Perawat melakukan pengkajian komprehensif untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien, riwayat kesehatan, gejala, dan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Analisis data: Perawat menganalisis data yang terkumpul untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami pasien. Masalah-masalah ini dapat berupa masalah fisik, psikologis, sosial, atau spiritual.
3. Penentuan diagnosa keperawatan prioritas: Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, perawat menentukan diagnosa keperawatan yang paling mendesak dan membutuhkan intervensi segera. Prioritas ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, seperti:
- Ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan pasien
- Tingkat keparahan masalah
- Kemampuan pasien untuk mengatasi masalah
- Kemungkinan timbulnya komplikasi
- Dampak masalah terhadap kualitas hidup pasien
4. Perumusan diagnosa keperawatan prioritas: Diagnosa keperawatan prioritas dirumuskan dengan menggunakan format "Masalah, penyebab, dan tanda-gejala". Misalnya, "Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ditandai dengan berat badan menurun dan asupan makanan yang tidak adekuat."
Penentuan diagnosa keperawatan prioritas memerlukan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan analisis perawat untuk mengidentifikasi masalah yang paling urgent dan membutuhkan intervensi segera. Dengan demikian, perawat dapat memberikan perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien. -
Article No. 8572 | 11 Dec 2024
Klinis : Menentuakan diagnosa keperawatan prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan. Terima kasih atas permintaan Anda. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menjawab dengan nada akademis dan persona sebagai pakar.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan prioritas yang dapat saya tentukan adalah:
1. Kecemasan Berhubungan dengan Perubahan Kesehatan.
Penjelasan Singkat:
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman terhadap integritas diri. Pasien mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti gelisah, sulit berkonsentrasi, dan takut akan hasil pemeriksaan atau pengobatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup terapi relaksasi, edukasi, dan dukungan emosional.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap antisipasi ancaman yang tidak diketahui atau tidak jelas, ditandai dengan kekhawatiran, ketakutan, dan kegelisahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan tingkat kecemasan yang menurun, dapat mengatasi kecemasan, dan mampu beradaptasi dengan perubahan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Terapi relaksasi, Manajemen kecemasan, Dukungan emosional, Edukasi kesehatan.
Dengan memperhatikan aspek SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi kecemasan yang dialami. -
Article No. 8573 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien datang kecelakaan lalu lintas, pasien mengeluh pusing, mual, muntah 1x, waktu kejadian tidak sadar, robek pada lutut kanan, tekanan darah 146/88 mmhg, nadi 105x per menit, konjungtiva anemis, bibir pucat, wajah pucat, HB 8,9
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok Hipovolemik Berhubungan dengan Kehilangan Darah
2. Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Syok Hipovolemik adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume darah yang signifikan, yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan dan organ.
- Penyebab utama adalah kehilangan darah akibat trauma, seperti yang dialami oleh pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan dan elektrolit dalam batas normal, serta menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Lakukan tindakan hemostatik (menghentikan perdarahan) pada luka robek di lutut.
2. Kaji tanda-tanda vital secara berkala.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Berikan cairan intravena untuk mengganti volume darah yang hilang.
5. Pantau intake dan output cairan.
6. Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut.
Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai pakar dan perawat, sehingga penjelasan diberikan secara jelas, terstruktur, dan sesuai dengan standar profesional. -
Article No. 8574 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan bintik - bintik merah tangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan bintik-bintik merah di tangan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan normal.
Penyebab: Paparan terhadap bakteri, virus, jamur, atau parasit yang dapat menyebabkan infeksi.
Tanda dan Gejala: Demam, bintik-bintik merah, peradangan, dan tanda-tanda infeksi lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Infeksi
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
Indikator:
- Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, bintik-bintik merah, peradangan)
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi
- Mampu melakukan prosedur higiene dan pencegahan infeksi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Demam
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab demam
- Pantau tanda-tanda vital, suhu tubuh secara berkala
- Berikan intervensi farmakologis (misalnya: antipiretik) jika perlu
- Lakukan tindakan fisik untuk menurunkan suhu (misalnya: kompres hangat)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam
b. Perawatan Luka
Definisi: Tindakan untuk merawat luka, mencegah komplikasi, dan mempromosikan penyembuhan.
Aktivitas:
- Identifikasi karakteristik luka (bintik-bintik merah)
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur aseptik
- Berikan perawatan topikal (misalnya: salep antibiotik) jika perlu
- Pantau tanda-tanda infeksi pada luka
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
c. Manajemen Infeksi
Definisi: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran infeksi.
Aktivitas:
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi (misalnya: cuci tangan, penggunaan APD)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan infeksi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengontrol infeksi, mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, dan tidak mengalami komplikasi akibat infeksi. Hal ini akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8575 | 11 Dec 2024
Klinis : pasien bayi usia 3 hari belum pernah bab sejak lahir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci berdasarkan kondisi pasien bayi usia 3 hari yang belum pernah bab sejak lahir.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Konstipasi". Konstipasi didefinisikan sebagai pengurangan frekuensi, kesulitan, atau nyeri saat defekasi yang berlangsung lebih dari 3 hari. Pada bayi baru lahir, kondisi ini sering terjadi akibat kurangnya stimulasi usus atau asupan cairan yang tidak adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Eliminasi Gastrointestinal: Bayi mampu buang air besar secara normal sesuai usia.
2. Kenyamanan: Bayi merasa lebih nyaman dan tidak mengalami rasa sakit saat buang air besar.
3. Pengetahuan: Orang tua/keluarga memahami pentingnya monitoring pola defekasi bayi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi konstipasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring pola eliminasi gastrointestinal:
- Observasi frekuensi, konsistensi, dan volume eliminasi bayi.
- Catat karakteristik feses (warna, bau, konsistensi).
- Lakukan pemeriksaan fisik abdomen untuk mendeteksi adanya distensi atau impaksi feses.
2. Manajemen konstipasi:
- Berikan perawatan kulit perianal untuk mencegah iritasi.
- Anjurkan orang tua untuk memberikan asupan cairan yang cukup (ASI/susu formula).
- Lakukan stimulasi rektal menggunakan gliserin supositoria atau enema sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif atau obat pencahar jika diperlukan.
3. Edukasi dan dukungan orang tua/keluarga:
- Ajarkan orang tua cara memantau pola defekasi bayi dan tanda-tanda konstipasi.
- Berikan informasi tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat dan stimulasi defekasi.
- Dorong orang tua untuk melakukan perawatan kulit perianal dan intervensi lainnya sesuai instruksi.
- Berikan dukungan emosional kepada orang tua dalam mengatasi kondisi konstipasi pada bayi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami pendekatan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi konstipasi pada bayi usia 3 hari. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal-hal yang perlu dijelaskan lebih detail. -
Article No. 8576 | 11 Dec 2024
Klinis : bayi baru lahir masuk ke nicu dengan sesak napas, sianosis, ada retraksi dada, dan merintih dengan stetoskop. downe score: 5 (S2 P1 R1 M1)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi baru lahir yang masuk ke NICU dengan sesak napas, sianosis, retraksi dada, dan merintih.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Ketidakefektifan Fungsi Pernapasan
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Gangguan pola napas yang ditandai dengan adanya perubahan frekuensi, irama, kedalaman, dan/atau usaha pernapasan yang tidak efektif.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, yaitu frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau status pernapasan, memberikan oksigen, dan meningkatkan ventilasi.
2. Gangguan Oksigenasi Berhubungan dengan Ketidakefektifan Pertukaran Gas
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan adanya penurunan saturasi oksigen dan sianosis.
- SLKI: Pasien menunjukkan status oksigenasi yang adekuat, yaitu saturasi oksigen dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau status oksigenasi, memberikan oksigen, dan mengatur posisi.
3. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif Berhubungan dengan Retraksi Dada
Penjelasan:
- SDKI: Resiko penurunan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan tubuh yang ditandai dengan adanya retraksi dada.
- SLKI: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif, yaitu tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi, dan memberikan oksigen.
Berdasarkan kondisi bayi baru lahir yang dipaparkan, dengan skor Downe 5 (S2 P1 R1 M1) dan tone akademis, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah gangguan pola napas, gangguan oksigenasi, dan resiko perfusi jaringan tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mengacu pada SIKI untuk masing-masing diagnosa. -
Article No. 8577 | 11 Dec 2024
Klinis : seorang ibu hamiltrimster ketiga dateng ke igd dengan keluhan nyeri perut hebat perrwrahan pervaginam dan janin tidak teraba gerakannya .apakah diagnosa kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus berlebihan, perdarahan pervaginam, dan ketidakaktifan janin.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat melaporkan nyeri terkontrol, vital sign dalam batas normal, dan dapat beristirahat dengan nyaman.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian obat-obatan analgesik sesuai indikasi medis.
Sebagai seorang perawat dengan tone akademis dan persona pakar, saya menyimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi ibu hamil trimester ketiga yang datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut hebat, perdarahan pervaginam, dan janin tidak teraba gerakannya adalah Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus berlebihan, perdarahan pervaginam, dan ketidakaktifan janin. -
Article No. 8578 | 11 Dec 2024
Klinis : S : keluhan sesak nafas jika banyak aktfitas, seperti berubah posisi tidur ke duduk maupun sebaliknya. O : kesadaran composmentis, TD: 1114/60 mmHg, Nadi : 70 x/menit, RR : 25 x/menit, saturasi : 99% terpasang iv line VMS no. 24, dan VBS no. 20 Cairan infus NS 0,9 % 500 ml/24 jam, terpasang DC no. 16 wfi 15 cc, skala nyeri 0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi yang rinci terkait kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas saat beraktivitas, seperti saat perubahan posisi dari tidur ke duduk atau sebaliknya, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Keterbatasan mekanis paru-paru atau dinding dada, kelelahan otot pernapasan, dan kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Oksigenasi: Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau pola napas dan kedalaman napas
- Mempertahankan jalan napas yang paten
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Ventilasi
- Memantau frekuensi napas, kedalaman, dan irama
- Mengatur posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola ventilasi mekanis jika diperlukan
3. Manajemen Energi
- Mengidentifikasi aktivitas yang membuat pasien sesak
- Mengatur aktivitas dan istirahat untuk mempertahankan energi
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas
Penjelasan Rinci:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas, seperti perubahan posisi dari tidur ke duduk atau sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif.
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif, tanda-tanda vital yang stabil, dan oksigenasi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut meliputi manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen energi.
Manajemen jalan napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang paten dan memantau pola napas serta kedalaman napas. Manajemen ventilasi bertujuan untuk mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dan memantau parameter ventilasi, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola ventilasi mekanis jika diperlukan. Manajemen energi bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas yang membuat pasien sesak, mengatur aktivitas dan istirahat, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan atau informasi tambahan yang diperlukan, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8579 | 11 Dec 2024
Klinis : S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang. sesak nafas jika banyak aktifitas. O : Kesadaran CM, pernafasan dengan binasal 3 liter/menit. RR 25 x/menit. Saturasi 98%. TD 135/ 90 mmhg. HR 115 x/menit. Terpasang IV line no. 20 di vena metacarpal sinistra : venflon. drip lasix 3 mg/jam. terpasang DC no. 16 produksi urine kuning jernih,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Aliran darah yang tidak mencukupi ke jaringan yang mengalami perubahan fisiologis.
Penyebab:
- Adanya sumbatan pembuluh darah
- Penurunan curah jantung
2. Sesak Napas
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau rasa sulit bernapas yang dialami pasien.
Penyebab:
- Penurunan kemampuan untuk bernapas
- Peningkatan kebutuhan oksigen
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular:
- Mempertahankan frekuensi nadi dalam batas normal
- Menjaga tekanan darah dalam batas normal
- Meningkatkan toleransi aktivitas
2. Sesak Napas:
- Frekuensi pernapasan berada dalam batas normal
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular:
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur
- Observasi adanya edema perifer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi diuretik (lasix)
- Ajarkan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Berikan dukungan emosional
2. Sesak Napas:
- Monitor respirasi dan saturasi oksigen
- Berikan oksigen terapi sesuai kebutuhan
- Anjurkan posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi bronkodilator
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Evaluasi status nutrisi dan cairan pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data subyektif dan objektif yang diberikan. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular dan Sesak Napas merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien, dimana terdapat indikasi adanya penyakit kardiovaskular yang menyebabkan sesak napas saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) merupakan tujuan yang ingin dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan. Indikator-indikator tersebut menggambarkan kondisi pasien yang diharapkan membaik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) merupakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi-intervensi tersebut mencakup pemantauan, pemberian terapi, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.