Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10533 | 08 Jan 2025
Klinis : risiko perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh perifer, yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penyebab:
1. Disfungsi vaskular
2. Penyakit kardiovaskular
3. Cedera traumatik
4. Gangguan metabolik
5. Dehidrasi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi tanda dan gejala penurunan perfusi perifer, seperti ekstremitas dingin, pucat, atau sianosis.
2. Evaluasi faktor risiko yang mempengaruhi perfusi perifer, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau trauma.
3. Pantau tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi perfusi perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien menunjukkan perfusi perifer yang memadai, dengan ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan nadi perifer teraba.
2. Pasien bebas dari komplikasi akibat penurunan perfusi perifer, seperti nekrosis atau gangren.
3. Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi perifer dan dapat melakukan tindakan pencegahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Posisikan pasien untuk meningkatkan sirkulasi darah, seperti mengangkat ekstremitas.
2. Lakukan terapi hangat, seperti kompres hangat atau terapi panas, untuk meningkatkan perfusi perifer.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menangani penyebab mendasar dari penurunan perfusi perifer.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda penurunan perfusi perifer, faktor risiko, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memantau, mengevaluasi, dan mengelola risiko perfusi perifer tidak efektif secara komprehensif, sehingga dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10534 | 08 Jan 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Sakura pada tanggal 30 Desember 2024, pasien datang dengan keluhan lemas dan bab berwarna hitam, pasien mengatakan perut terasa nyeri dan terasa napas terasa sesak, saat datang ke IGD dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil hemoglobin pasien rendah yaitu 7.3 gr/dL saat dipindahkan ke bangsal pasien mendapatkan transfusi pertama sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam, setelah transfusi pertama berhasil diberikan dilakukan pemeriksaan darah kembali namun hasilnya hemoglobin mengalami penurunan yaitu 6.8 gr/dL sehingga diberikan transfusi kedua sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam. Pengkajian pada tanggal 3 Januari 2025 pasien mengatakan sudah dilakukan transfusi sebanyak 6 kantong darah, pasien mengatakan badan sudah tidak selemas kemarin, bab kemarin masih sedikit kehitaman dan sudah tidak merasa sesak lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak masih sedikit pucat, tampak lemas, mengantuk, akral teraba dingin, pemeriksaan CRT >3 detik, serta konjungtiva tampak anemis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 22x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan lemas, pucat, CRT >3 detik, dan konjungtiva anemis.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan lemas, mengantuk, dan akral dingin.
3. Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan pasien tampak lemas dan mengantuk.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
b. Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif.
b. Pasien menunjukkan peningkatan nilai hemoglobin.
c. Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas.
3. Nyeri akut:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
b. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, serta berat badan.
b. Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
d. Pantau tanda-tanda dan gejala dehidrasi.
e. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status kardiovaskular.
b. Berikan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan hemoglobin.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya transfusi darah.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab perdarahan.
3. Nyeri akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan manajemen nyeri yang sesuai, termasuk pemberian analgesik.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
d. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
b. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai dengan toleransi pasien.
c. Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu peningkatan toleransi aktivitas.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 10535 | 08 Jan 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Sakura pada tanggal 30 Desember 2024, pasien datang dengan keluhan lemas dan bab berwarna hitam, pasien mengatakan perut terasa nyeri dan terasa napas terasa sesak, saat datang ke IGD dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil hemoglobin pasien rendah yaitu 7.3 gr/dL saat dipindahkan ke bangsal pasien mendapatkan transfusi pertama sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam, setelah transfusi pertama berhasil diberikan dilakukan pemeriksaan darah kembali namun hasilnya hemoglobin mengalami penurunan yaitu 6.8 gr/dL sehingga diberikan transfusi kedua sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam dan saat ini dilakukan pengambilan darah untuk mengetahui kadar hemoglobin pada pasien. Pengkajian pada tanggal 3 Januari 2025 pasien mengatakan sudah dilakukan transfusi sebanyak 6 kantong darah, pasien mengatakan badan sudah tidak selemas kemarin, bab kemarin masih sedikit kehitaman dan sudah tidak merasa sesak lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak masih sedikit pucat, tampak lemas, mengantuk, akral teraba dingin, pemeriksaan CRT >3 detik, serta konjungtiva tampak anemis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 22x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi akibat anemia.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran SLKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Intake nutrisi adekuat
- Berat badan meningkat ke rentang normal
- Hasil pemeriksaan laboratorium (Hb) dalam batas normal
2. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan
- Pasien melaporkan peningkatan energi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Perubahan perfusi jaringan:
- Akral teraba hangat
- Capillary refill time (CRT) kurang dari 3 detik
- Konjungtiva tampak merah muda
Intervensi SIKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien (intake, berat badan, parameter laboratorium)
- Berikan makanan dan suplemen sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
2. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien
- Evaluasi tanda-tanda vital saat dan setelah aktivitas
3. Perubahan perfusi jaringan:
- Kaji tanda-tanda perfusi jaringan (akral, CRT, konjungtiva)
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Penjelasan rinci dan terperinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, pasien mengalami anemia dengan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan perubahan perfusi jaringan. Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas, dan Perubahan perfusi jaringan.
Luaran SLKI yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan intake nutrisi yang adekuat, meningkatkan berat badan ke rentang normal, serta memiliki kadar hemoglobin yang normal. Selain itu, diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, dengan tanda-tanda vital yang stabil. Terkait perfusi jaringan, diharapkan akral terasa hangat, CRT kurang dari 3 detik, dan konjungtiva tampak merah muda.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian status nutrisi, pemberian makanan dan suplemen, edukasi, pengkajian dan bantuan aktivitas, pemberian oksigen dan transfusi darah sesuai kebutuhan, serta pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi jaringan. Evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 10536 | 08 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Kelemahan otot pernapasan, sekresi berlebihan, obstruksi jalan napas, kecemasan, dan ketidakcukupan pengetahuan tentang teknik pembersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Permeabilitas Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi napas, Irama napas, Penggunaan otot bantu pernapasan, Sputum/sekret, Bunyi napas
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, Irama napas teratur, Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, Jumlah sputum/sekret minimal, Tidak ada bunyi napas abnormal.
b. Pengetahuan Manajemen Kesehatan
- Indikator: Menjelaskan prosedur pembersihan jalan napas, Menjelaskan pentingnya pembersihan jalan napas, Mendemonstrasikan teknik pembersihan jalan napas
- Kriteria hasil: Pasien dapat menjelaskan prosedur pembersihan jalan napas dengan benar, Pasien dapat menjelaskan pentingnya pembersihan jalan napas, Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pembersihan jalan napas dengan benar.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- Aktivitas:
- Lakukan suction/pengisapan sekret
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Dorong batuk efektif dan latihan napas dalam
- Pantau pola napas, irama, dan bunyi napas
- Kolaborasi pemberian oksigenasi dan terapi inhalasi sesuai indikasi
b. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen jalan napas.
- Aktivitas:
- Jelaskan pentingnya mempertahankan jalan napas yang terbuka
- Ajarkan teknik pembersihan jalan napas (suction, batuk, napas dalam)
- Berikan kesempatan pasien untuk mempraktikkan teknik pembersihan jalan napas
- Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif dalam menangani kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Indonesia. Sebagai perawat, saya akan fokus pada upaya mempertahankan permeabilitas jalan napas dan meningkatkan pengetahuan pasien dalam manajemen jalan napas untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10537 | 08 Jan 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, perkenalkan saya adalah seorang perawat profesional. Saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" sesuai dengan format yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
Penyebab: Penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih.
Kriteria Hasil:
1) Jalan napas paten
2) Tidak ada suara napas tambahan
3) Frekuensi napas dalam rentang normal
4) Irama napas teratur
5) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
6) Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
1) Kaji status pernapasan dan identifikasi penyebab bersihan jalan napas tidak efektif
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
4) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5) Ajarkan teknik batuk dan napas dalam
6) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
b. Pemantauan Pernapasan
1) Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman napas
2) Pantau adanya penggunaan otot tambahan, retraksi, dan dispnea
3) Auskultasi suara napas
4) Pantau saturasi oksigen
c. Manajemen Nyeri
1) Identifikasi sumber dan karakteristik nyeri
2) Berikan analgesik sesuai indikasi
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi dimana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas menjadi tidak bersih dan dapat menimbulkan distres pernapasan. Penyebab dapat berupa penumpukan sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan penurunan refleks batuk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Bersihan Jalan Napas, yaitu kemampuan pasien untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bersih. Kriteria hasil yang diharapkan adalah jalan napas paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Jalan Napas, Pemantauan Pernapasan, dan Manajemen Nyeri. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih, seperti melakukan suction, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik batuk dan napas dalam. Pemantauan Pernapasan dilakukan untuk mengevaluasi status pernapasan pasien. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengatasi nyeri yang mungkin timbul akibat prosedur terkait jalan napas.
Penerapan intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, sehingga mengurangi risiko komplikasi pernapasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10538 | 08 Jan 2025
Klinis : pasien terpasang ventilator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang terpasang ventilator.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang adekuat dan memenuhi kebutuhan oksigen. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang terpasang ventilator akibat penyakit atau kondisi yang menyebabkan gangguan pertukaran gas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif dicirikan oleh gejala-gejala seperti frekuensi napas tidak sesuai kebutuhan, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu napas yang berlebihan, dan ketidakmampuan mempertahankan volume tidal yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi napas, irama napas, dan volume tidal yang sesuai kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif pada pasien terpasang ventilator antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, irama napas, dan saturasi oksigen.
2. Menyesuaikan pengaturan ventilator sesuai kebutuhan pasien.
3. Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
4. Melakukan suction untuk mempertahankan jalan napas tetap bersih.
5. Mengajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh secara adekuat. -
Article No. 10539 | 08 Jan 2025
Klinis : DS : DO : - Pasien menglami penurunan kesadaran - Pasien terpasang ventilator - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral ET dengan ujung distal di proyeksi setingggi corpus Vth 4 - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi pada kedua lapang basal paru - GCS : E1 M1 Von ett - Takikardi (N : 128x/mnt) - PH: 7.35 mmHg - PO2: 112.4 mmHg - PCO2: 45.7 mmHg - HCO3: 24,9 mmHg - HB: 9.6 g/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Paru berhubungan dengan Edema Paru dan Bronkopneumonia Bilateral.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Perfusi Jaringan Paru adalah penurunan sirkulasi darah ke paru-paru, yang menyebabkan gangguan oksigenasi.
- Faktor yang berhubungan: Edema Paru dan Bronkopneumonia Bilateral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan Paru Membaik, yang ditandai dengan peningkatan oksigenasi, perbaikan gambaran radiologi, dan perbaikan bunyi napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, Manajemen Ventilasi Mekanis, Manajemen Bronkopneumonia, dan Pemantauan Pernapasan.
2. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Depresi Sistem Saraf Pusat akibat Edema Paru dan Bronkopneumonia.
Penjelasan:
SDKI:
- Penurunan Kesadaran adalah penurunan tingkat kewaspadaan dan responsivitas terhadap lingkungan.
- Faktor yang berhubungan: Depresi Sistem Saraf Pusat akibat Edema Paru dan Bronkopneumonia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Kesadaran Membaik, yang ditandai dengan peningkatan skor GCS.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi Mekanis, Manajemen Bronkopneumonia, dan Pemantauan Neurologi.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan ini merupakan standar dari PPNI dan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien yang spesifik. -
Article No. 10540 | 08 Jan 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Ketidakseimbangan Nutrisi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan.
Definisi dari diagnosa ini adalah "Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik". Karakteristik definisinya meliputi penurunan berat badan, penurunan atau kehilangan nafsu makan, perubahan pada parameter laboratorium (seperti albumin, hemoglobin, dll.), dan tanda-tanda dan gejala kekurangan nutrisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Asupan Nutrisi: Tujuannya adalah untuk meningkatkan asupan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhannya. Indikator keberhasilannya antara lain peningkatan berat badan, tidak ada penurunan berat badan, dan parameter laboratorium yang membaik.
2. Status Gizi: Tujuannya adalah untuk mencapai status gizi yang optimal bagi pasien. Indikator keberhasilannya antara lain tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, tidak ada edema, dan tidak ada perubahan warna kulit.
3. Pemulihan Kesehatan: Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam proses pemulihan kesehatan. Indikator keberhasilannya antara lain pasien menunjukkan peningkatan kebugaran dan kekuatan, tidak ada komplikasi, dan tidak ada pertambahan penyakit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Pengkajian Nutrisi: Melakukan pengkajian yang komprehensif terkait status nutrisi pasien, riwayat asupan nutrisi, faktor-faktor yang memengaruhi, dan kebutuhan nutrisi.
2. Manajemen Nutrisi: Menyusun, menerapkan, dan mengevaluasi rencana pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, baik secara oral, enteral, maupun parenteral.
3. Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat, serta strategi-strategi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap parameter-parameter terkait status nutrisi, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang telah diberikan.
5. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi, dalam merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi yang diberikan.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan asupan nutrisi, status gizi yang optimal, dan pemulihan kesehatan yang baik. -
Article No. 10541 | 08 Jan 2025
Klinis : Ds do Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh" (00002). Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang tidak adekuat menyebabkan berat badan menurun atau berisiko menurun. Diagnosa ini merupakan diagnosa yang termasuk dalam domain nutrisi.
Luaran Keperawatan SLKI:
Luaran keperawatan yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Berat badan: Seimbang (1004)
Indikator:
- Berat badan sesuai dengan tinggi badan
- Lingkar lengan atas dan lingkar betis dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Status gizi: Membaik (1009)
Indikator:
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah:
1. Manajemen nutrisi (3370)
- Lakukan asesmen kebutuhan nutrisi pasien, termasuk riwayat makan, alergi, preferensi, dan faktor-faktor yang memengaruhi asupan
- Susun rencana pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien/keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat
- Monitor asupan nutrisi pasien dan evaluasi secara berkala
2. Peningkatan berat badan (1100)
- Lakukan evaluasi berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan asupan kalori dan protein, seperti pemberian suplemen nutrisi
- Libatkan pasien/keluarga dalam perencanaan pemberian nutrisi
- Monitor perubahan berat badan dan evaluasi secara berkala
3. Manajemen gangguan makan (1015)
- Identifikasi penyebab atau faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi pasien
- Berikan konseling dan dukungan psikologis kepada pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Monitor perubahan perilaku makan pasien dan evaluasi secara berkala
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh" menggambarkan kondisi di mana asupan nutrisi yang tidak adekuat menyebabkan berat badan menurun atau berisiko menurun. Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah berat badan seimbang dan status gizi membaik, yang ditandai dengan berat badan sesuai dengan tinggi badan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, serta asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, peningkatan berat badan, dan manajemen gangguan makan. Manajemen nutrisi meliputi asesmen kebutuhan nutrisi, penyusunan rencana pemberian nutrisi, edukasi kepada pasien/keluarga, serta monitoring dan evaluasi asupan nutrisi. Peningkatan berat badan meliputi evaluasi berat badan dan IMT, pemberian intervensi untuk meningkatkan asupan kalori dan protein, serta monitoring dan evaluasi perubahan berat badan. Manajemen gangguan makan meliputi identifikasi penyebab atau faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, pemberian konseling dan dukungan psikologis, serta kolaborasi dengan ahli gizi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan luaran keperawatan yang diharapkan dapat tercapai, sehingga kondisi ketidakseimbangan nutrisi pada pasien dapat teratasi. -
Article No. 10542 | 08 Jan 2025
Klinis : Data subjektif dan objektif Ketidakseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh" (00002). Diagnosa ini didasarkan pada data subjektif dan objektif berikut:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan nafsu makan yang menurun
- Pasien melaporkan berat badan yang menurun dalam waktu tertentu
- Pasien mengeluhkan perasaan lemah dan kelelahan
Data Objektif:
- Pemeriksaan antropometri menunjukkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di bawah normal
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar albumin, hemoglobin, atau protein total yang rendah
- Pasien terlihat kurus dan lemah
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Berat badan meningkat sesuai dengan kebutuhan tubuh (0002 Berat Badan)
2. Asupan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan tubuh (0305 Intake Nutrisi)
3. Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi (0104 Status Nutrisi)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Asesmen nutrisi: Lakukan pengkajian komprehensif terkait status nutrisi, riwayat makan, faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, dll.
2. Manajemen nutrisi: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan menyediakan asupan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan pasien.
3. Konseling nutrisi: Berikan edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi peningkatan asupan nutrisi.
4. Monitoring nutrisi: Lakukan pemantauan berat badan, asupan nutrisi, dan tanda-tanda malnutrisi secara berkala.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Lakukan koordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi nutrisi pasien secara komprehensif.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas.