Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8684 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi usia 1 bulan dengan hidrosefalus, dirawat di ruang anak setelah operasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP-shunt). Hasil pengkajian: bayi tampak lemah, rewel, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 36 x/ menit, suhu 37,5 oC. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut ? * Risiko infeksi Gangguan mobilisasi Risiko cedera Gangguan pola nafas Gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Risiko Cedera, yang ditandai dengan adanya kondisi hidrosefalus pada bayi, serta operasi pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP-shunt) yang dilakukan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Cedera
a. Tujuan: Tidak terjadi cedera pada bayi selama perawatan
b. Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
- Tidak terjadi perdarahan atau cairan yang keluar dari luka operasi
- Fungsi saraf motorik dan sensorik bayi dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Cedera
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala (sesuai prosedur di rumah sakit)
b. Perawatan luka operasi secara aseptik
c. Pemantauan tanda-tanda infeksi luka operasi (seperti kemerahan, pembengkakan, atau drainage)
d. Pemantauan perdarahan atau cairan yang keluar dari luka operasi
e. Pemantauan fungsi saraf motorik dan sensorik bayi
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis (antibiotik, analgesik, dll)
g. Edukasi kepada keluarga tentang perawatan luka operasi, pemantauan tanda-tanda komplikasi, dan pentingnya menjaga kebersihan
h. Pengaturan posisi yang nyaman dan aman bagi bayi
Penjelasan:
1. Risiko Cedera
- Masalah keperawatan ini menjadi prioritas utama karena bayi dengan hidrosefalus yang baru menjalani operasi VP-shunt memiliki risiko tinggi untuk mengalami cedera, seperti infeksi, perdarahan, atau kerusakan fungsi saraf.
- Tujuan asuhan keperawatan adalah mencegah terjadinya cedera pada bayi selama perawatan di rumah sakit.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka operasi, deteksi dini tanda-tanda komplikasi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, edukasi keluarga, dan pengaturan posisi yang aman bagi bayi.
- Luaran yang diharapkan adalah stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain, serta fungsi saraf bayi yang tetap normal.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada Risiko Cedera, diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan membantu pemulihan bayi setelah operasi VP-shunt. -
Article No. 8685 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia 5 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam tinggi disertai batuk, pilek, dan muncul ruam kemerahan di wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu. Hasil pengkajian: TD 125/60 mmHg, frekuensi nadi 86x/menit, frekuensi napas 36x/menit, suhu tubuh 38,5℃, kulit pasien tampak kemerahan dengan ruam di wajah, badan dan ekstremitas. Anak hanya menghabiskan ¼ porsi makan. Pasien didiagnosis campak. Apakah intervensi kolaborasi utama saat ini pada kasus tersebut? * Injeksi antibiotic Pemberian vitamin A Pemberian imunisasi campak Pemberian obat penghenti batuk Pemberian vitamin penambah nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko infeksi b.d respons imun yang terganggu
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang berlebihan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intervensi kolaborasi utama saat ini pada kasus tersebut adalah:
Pemberian vitamin A
Pemberian vitamin A dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, mengurangi komplikasi, dan mempercepat pemulihan pada kasus campak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi terkendali
2. Bersihan jalan napas efektif
3. Toleransi aktivitas meningkat
4. Keseimbangan nutrisi tercapai
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko infeksi terkendali:
- Pantau tanda-tanda vital
- Observasi tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan
2. Bersihan jalan napas efektif:
- Auskultasi suara napas
- Berikan posisi semi fowler
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
3. Toleransi aktivitas meningkat:
- Evaluasi tingkat aktivitas
- Atur istirahat yang cukup
- Berikan bantuan aktivitas sesuai kebutuhan
4. Keseimbangan nutrisi tercapai:
- Catat asupan dan output
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi
- Berikan makanan sesuai preferensi dan kebutuhan
Penjelasan rinci:
1. Risiko infeksi b.d respons imun yang terganggu: Anak dengan campak memiliki risiko tinggi terinfeksi karena sistem kekebalan tubuh yang terganggu. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau tanda-tanda infeksi dan berkolaborasi dengan pemberian antibiotik jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang berlebihan: Campak dapat menyebabkan peningkatan sekresi dan obstruksi jalan napas. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau pernapasan, memberikan posisi semi fowler, dan melakukan fisioterapi dada jika diperlukan.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan: Anak dengan campak akan mengalami kelelahan dan penurunan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan bertujuan untuk mengevaluasi tingkat aktivitas, mengatur istirahat yang cukup, dan memberikan bantuan aktivitas sesuai kebutuhan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia: Anak dengan campak sering mengalami anoreksia, sehingga asupan nutrisi tidak mencukupi. Intervensi keperawatan bertujuan untuk memantau asupan dan output, berkolaborasi dengan pemberian suplemen nutrisi, serta memberikan makanan sesuai preferensi dan kebutuhan. -
Article No. 8686 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 25 tahun, G1P0AO, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul 08.00 WIB, mengeluh perut kenceng-kenceng, hasil pemeriksaan: KU baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan. Apakah diagnosa pembedahan yang paling tepat dapat dilakukan?? Fase aktif persalinan Inpartu kala i fase aktif dilatasi maksimal Persalinan pada fase laten Inpartu kala I fase aktif akselerasi Inpartu kala I fase aktif deselerasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, ditandai dengan perut kenceng-kenceng.
2. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan menghadapi persalinan, ditandai dengan ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan.
Fase Aktif Persalinan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien berada pada fase aktif persalinan, dengan pembukaan serviks 8 cm. Fase aktif persalinan ditandai dengan pembukaan serviks 4 cm hingga lengkap (10 cm).
Diagnosa Pembedahan Paling Tepat:
Pada kasus ini, tidak ada indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Kondisi pasien berada pada fase aktif persalinan dan dapat dilanjutkan dengan persalinan normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
2. Kecemasan:
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif.
- Pasien dapat melaporkan tingkat kecemasan menurun.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri (napas dalam, relaksasi, kompres hangat/dingin).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Monitoring tanda-tanda vital.
2. Kecemasan:
- Lakukan pengkajian faktor penyebab kecemasan.
- Berikan informasi yang adekuat tentang proses persalinan.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan (teknik relaksasi, distraksi).
- Berikan dukungan emosional dan pendampingan selama proses persalinan.
- Kolaborasi pemberian obat anti-cemas jika diindikasikan.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan sesuai dengan kondisi pasien dan fase persalinan yang terjadi. -
Article No. 8687 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, 25 tahun, G1P0AO, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul 08.00 WIB, mengeluh perut kenceng-kenceng, hasil pemeriksaan: KU baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan. Apakah diagnosa pembedahan yang paling tepat dapat dilakukan?? Fase aktif persalinan Inpartu kala i fase aktif dilatasi maksimal Persalinan pada fase laten Inpartu kala I fase aktif akselerasi Inpartu kala I fase aktif deselerasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang paling sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O62.1
- Deskripsi: Kontraksi rahim yang aktif berlebihan selama persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Persalinan normal dengan ekstraksi, menggunakan alat bantu (forceps atau vakum)
Penjelasan:
Pasien merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, yang datang dengan keluhan perut kenceng-kenceng. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien dalam kondisi baik dengan tanda-tanda vital normal, dan pemeriksaan dalam (VT) menunjukkan pembukaan serviks 8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pasien berada dalam fase aktif persalinan, khususnya pada fase aktif dilatasi maksimal.
Kode ICD-10 O62.1 (Kontraksi rahim yang aktif berlebihan selama persalinan) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kontraksi rahim yang aktif dan berlebihan selama proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan pembukaan serviks yang cepat dan kemungkinan memerlukan intervensi medis.
Kode ICD-9-CM Procedure 72.1 (Persalinan normal dengan ekstraksi, menggunakan alat bantu (forceps atau vakum)) dapat dipertimbangkan jika diperlukan tindakan medis untuk membantu proses persalinan, seperti penggunaan forceps atau vakum ekstraktor, untuk memfasilitasi kelahiran bayi.
Perlu diperhatikan bahwa keputusan tindakan medis harus dilakukan secara hati-hati dan berdasarkan evaluasi menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang berwenang, dengan mempertimbangkan kondisi ibu dan janin, serta risiko dan manfaat yang mungkin timbul. -
Article No. 8688 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit. Ibu merasa sangat khawatir karena kepala anaknya semakin membesar. Hasil pengkajian: lingkar kepala 52 cm (diatas percentile 97%), adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu kepala yang semakin membesar, adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala, maka diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah:
Kelebihan volume cairan serebral, yang didefinisikan sebagai akumulasi berlebihan dari cairan serebrospinal di dalam ruang intrakranial, yang ditandai dengan pembesaran kepala, peningkatan tekanan intrakranial, dan perubahan kesadaran.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital stabil: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh berada dalam rentang normal.
b. Intrakranial tekanan darah terkontrol: nilai tekanan intrakranial (ICP) berada dalam batas normal.
c. Fungsi saraf kranial membaik: pasien mampu menggerakkan kepala dengan baik, mata tidak lagi menunjukkan tanda setting-sun, dan kesadaran meningkat.
d. Tidak terjadi komplikasi: pasien tidak mengalami komplikasi seperti herniasi otak atau kerusakan permanen pada otak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala: memantau tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh untuk memastikan kestabilan kondisi pasien.
b. Pemantauan tekanan intrakranial: menggunakan alat pemantau ICP untuk mendeteksi peningkatan tekanan intrakranial dan mengambil tindakan yang sesuai.
c. Manajemen hipertensi intrakranial: memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan intrakranial, seperti diuretik, kortikosteroid, atau barbiturat.
d. Perawatan kepala: menjaga kebersihan dan kenyamanan kepala pasien, serta menempatkan kepala dalam posisi yang dapat meningkatkan drainase cairan serebrospinal.
e. Edukasi dan dukungan bagi keluarga: memberikan informasi mengenai kondisi pasien, prognosis, dan rencana perawatan, serta memberikan dukungan emosional bagi keluarga.
f. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain: bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, dan terapis untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital, kontrol tekanan intrakranial, perbaikan fungsi saraf kranial, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 8689 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit. Ibu merasa sangat khawatir karena kepala anaknya semakin membesar. Hasil pengkajian: lingkar kepala 52 cm (diatas percentile 97%), adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? * Gangguan mobilitas fisik Perubahan proses keluarga Ansietas Gangguan perfusi jaringan serebral Risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah analisis saya tentang kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Gangguan Perfusi Jaringan Serebral. Hal ini didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami anak, yaitu kepala yang semakin membesar, adanya tanda setting-sun, serta anak yang rewel dan sulit menggerakkan kepala. Tanda-tanda ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengganggu perfusi darah ke otak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan serebral membaik, ditandai dengan:
- Ukuran lingkar kepala dalam rentang normal
- Tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial (tanda setting-sun hilang)
- Anak dapat bergerak leluasa dan tidak rewel
2. Kecemasan keluarga menurun, ditandai dengan:
- Keluarga dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan tenang
- Keluarga dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan terkait kondisi anak
- Keluarga menunjukkan sikap kooperatif dalam pemberian asuhan keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (lingkar kepala, tanda setting-sun, perubahan kesadaran)
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk meningkatkan aliran balik vena
- Berikan oksigen jika diperlukan untuk menjaga oksigenasi adekuat
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan intrakranial
2. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan keluarga
- Berikan informasi yang jelas dan mudah dipahami terkait kondisi anak
- Dukung keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran mereka
- Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk meningkatkan rasa kontrol
- Berikan dukungan emosional dan spiritual jika dibutuhkan
Penjelasan rinci:
Gangguan Perfusi Jaringan Serebral merupakan masalah keperawatan utama pada kasus ini karena adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti kepala yang semakin membesar, tanda setting-sun, serta kesulitan dalam menggerakkan kepala. Hal ini dapat mengganggu aliran darah ke otak dan menyebabkan kerusakan jaringan serebral.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah perbaikan perfusi jaringan serebral, ditandai dengan ukuran lingkar kepala yang kembali normal, hilangnya tanda setting-sun, serta anak yang dapat bergerak leluasa dan tidak rewel lagi. Selain itu, diharapkan juga penurunan kecemasan keluarga, ditandai dengan kemampuan keluarga untuk mengungkapkan perasaan cemas dengan tenang, memahami informasi yang diberikan, serta berpartisipasi aktif dalam perawatan anak.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen peningkatan tekanan intrakranial dan manajemen kecemasan. Pada manajemen peningkatan tekanan intrakranial, perawat perlu memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, mempertahankan posisi semi-fowler, memberikan oksigen jika diperlukan, serta berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan. Pada manajemen kecemasan, perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan keluarga, memberikan informasi yang jelas, mendukung keluarga untuk mengungkapkan perasaan, melibatkan keluarga dalam perawatan anak, serta memberikan dukungan emosional dan spiritual jika dibutuhkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. -
Article No. 8690 | 12 Dec 2024
Klinis : Anak perempuan usia 2 tahun dibawa ibunya ke Poliklinik MTBS karena mengalami diare. Hasil pengkajian: anak tampak lemah, tidak nafsu makan, mata cekung, turgor kulit kembali lambat, BB 10 Kg. Apakah tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut? * Beri oralit dalam 3 jam pertama Anjurkan minum air matang Berikan makanan tinggi kalori dan protein Beri cairan NaCl 700 ml melalui intravena Kolaborasi pemberian antibiotik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, tindakan yang tepat, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kasus anak perempuan usia 2 tahun dengan diare.
Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Dehidrasi Berat
Definisi: Risiko terjadinya penurunan volume cairan ekstraseluler dan intrasellular yang dapat mengancam jiwa.
Karakteristik Definisi: Diare, mata cekung, turgor kulit kembali lambat, berat badan menurun.
Tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut adalah:
1. Beri oralit dalam 3 jam pertama
Pemberian oralit (cairan rehidrasi oral) dalam 3 jam pertama bertujuan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare. Oralit mengandung glukosa dan elektrolit yang dapat cepat diserap oleh tubuh.
2. Anjurkan minum air matang
Pemberian air matang dapat membantu mencegah dehidrasi dan menggantikan cairan yang hilang melalui diare.
3. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Pemberian makanan tinggi kalori dan protein bertujuan untuk mempercepat pemulihan dan mencegah malnutrisi akibat asupan nutrisi yang berkurang.
4. Beri cairan NaCl 700 ml melalui intravena
Pemberian cairan NaCl (natrium klorida) melalui intravena diperlukan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang, terutama pada kasus dehidrasi berat.
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antibiotik diperlukan jika diare disebabkan oleh infeksi bakteri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
Definisi: Tercapainya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh.
Kriteria Hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Turgor kulit kembali dengan segera
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Berat badan meningkat sesuai usia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan
Tujuan: Mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kulit, berat badan)
b. Catat jumlah dan karakteristik cairan masuk dan keluar
c. Kolaborasi pemberian cairan intravena jika dibutuhkan
2. Terapi Cairan
Tujuan: Memperbaiki keseimbangan cairan tubuh.
Aktivitas:
a. Berikan oralit sesuai rekomendasi
b. Anjurkan minum air putih atau cairan hangat secara bertahap
c. Kolaborasi pemberian cairan intravena jika dibutuhkan
3. Manajemen Nutrisi
Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pemulihan.
Aktivitas:
a. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
b. Anjurkan makan sedikit tapi sering
c. Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi jika dibutuhkan
Dengan tindakan dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat pulih dari diare dan mencapai keseimbangan cairan serta status nutrisi yang baik.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. -
Article No. 8691 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut
Pasien mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual, dengan skala nyeri 8/10. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang dirasakan oleh pasien.
2. Ketidakefektifan pola napas
Meskipun saturasi oksigen pasien normal, laju pernapasan pasien meningkat menjadi 22 x/menit, yang dapat menunjukkan adanya ketidakefektifan pola napas.
3. Risiko tinggi perubahan perfusi serebral
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah yang sangat tinggi (180/100 mmHg), yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perubahan perfusi serebral.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
a. Pasien mampu mengontrol nyeri kepala hingga mencapai skala nyeri ≤4/10.
b. Pasien dapat mengenali tanda dan gejala nyeri serta mampu melakukan intervensi untuk mengurangi nyeri.
2. Pola Napas Efektif
a. Pasien menunjukkan laju pernapasan normal (12-20 x/menit).
b. Pasien menunjukkan upaya napas yang efektif tanpa tanda-tanda distres pernapasan.
3. Perfusi Serebral Membaik
a. Pasien menunjukkan penurunan tekanan darah ke dalam batas normal.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan status mental atau defisit neurologis.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Jalan Napas
a. Pantau tanda-tanda vital, khususnya laju pernapasan.
b. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan efektivitas pernapasan.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab ketidakefektifan pola napas.
3. Manajemen Perfusi
a. Pantau tekanan darah secara berkala.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengendalikan hipertensi.
c. Berikan edukasi tentang pentingnya manajemen hipertensi.
d. Pantau tanda-tanda perubahan status mental atau defisit neurologis.
Dalam menyelesaikan kasus ini, perawat harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab dan memberikan pengobatan yang tepat. Perawat juga harus memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien dalam mengelola kondisinya. -
Article No. 8692 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 27 tahun, sudah 2 hari dirawat di RS karena mengalami perdarahan pasca melahirkan. Pada saat pengkajian, perdarahan sudah tinggal sedikit konjungtiva, bibir, dan kuku terlihat pucat, badan lemah, nafsu makan menurun. Tekanan darah 110/90 mmHg, frekuensi nadi 72 x/menit, frekuensi pernafasan 18 x/menit, Nilai Hb 6,2 g/dL. Apakah diagnosa keperawatan prioritas dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang paling prioritas adalah:
1. Risiko Perdarahan Aktual
Definisi: Risiko terjadinya kehilangan darah dalam jumlah berlebihan dari sistem kardiovaskular.
Faktor Risiko: Perdarahan pasca melahirkan, Nilai Hemoglobin 6,2 g/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Perdarahan
- Frekuensi perdarahan berkurang
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
2. Perfusi Jaringan Perifer
- Warna konjungtiva, bibir, dan kuku membaik
- Capillary Refill Time (CRT) < 3 detik
- Tidak ada edema perifer
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor Perdarahan
- Observasi jumlah, warna, dan konsistensi perdarahan
- Catat jumlah dan karakteristik perdarahan
- Lakukan kompresi bila perdarahan aktif
2. Manajemen Syok Hipovolemik
- Monitoring Tanda-Tanda Vital secara ketat
- Berikan oksigen jika perlu
- Berikan cairan intravena untuk resusitasi cairan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi lanjutan (misal: Transfusi Darah)
3. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Observasi warna dan suhu kulit
- Lakukan stimulasi sirkulasi (misal: massage ekstremitas)
- Berikan nutrisi/suplemen untuk meningkatkan kadar Hb
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perdarahan Aktual" dipilih karena pasien mengalami perdarahan pasca melahirkan yang masih berlangsung, sehingga berisiko mengalami komplikasi syok hipovolemik. Luaran yang diharapkan adalah pengendalian perdarahan dan perbaikan perfusi jaringan perifer. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi monitor perdarahan, manajemen syok hipovolemik, serta peningkatan perfusi jaringan untuk mencapai tujuan tersebut. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk pemberian terapi lanjutan yang tepat. -
Article No. 8693 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 35 tahun menderita pneumonia. Hasil pengkajian pasien batuk disertai dahak, bernafas dengan otot bantu pernafasan, pernafasan cubing hidung terdengar ronchi di lobus bagian bawah, frekuensi nafas 38 derajat celcius dan frekuensi naf as 35 x/menit apakah tindakan mandiri perawat pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara secara normal.
Faktor yang Berhubungan:
- Peningkatan produksi sekret
- Kelemahan otot pernapasan
Gejala dan Tanda:
- Batuk dengan dahak
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Suara napas tambahan (ronki)
- Peningkatan frekuensi napas
Rencana Tindakan Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Pernapasan
2. Manajemen Jalan Napas
3. Manajemen Sekresi
4. Terapi Oksigen
5. Manajemen Demam
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitoring Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Jalan Napas
- Bersihkan jalan napas dari sekret
- Berikan posisi semi fowler
3. Manajemen Sekresi
- Bantu batuk efektif
- Lakukan suction jika diperlukan
4. Terapi Oksigen
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Manajemen Demam
- Berikan antipiretik sesuai resep
Tindakan Mandiri Perawat:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen jalan napas dengan membersihkan sekret dan memberikan posisi semi fowler
3. Manajemen sekresi dengan membantu batuk efektif dan suction jika diperlukan
4. Pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan
5. Manajemen demam dengan pemberian antipiretik sesuai resep
Peran perawat dalam kondisi ini adalah melakukan tindakan keperawatan secara mandiri untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien dengan pneumonia. Perawat bekerja berdasarkan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui SDKI, SLKI, dan SIKI.