Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8670 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 56 tahun, didiagnosa ketoasidosis diabetikum dan dirawat di ICU. Hasil pengkajian: frekuensi napas 20 x/menit, TD 80/30 mmHg, frekuensi nadi 110 kali/menit, APACHE Il skor 10, GCS 5, dan terpasang ventilator mekanik, suhu tubuh 35,6 C, kehilangan berat badan < 5%, pasien memiliki komorbit berupa penyakit hipertensi yang sudah diderita sejak 10 tahun yang lalu. Apakah indikator prognosis paliatif pada pasien tersebut? A. APACHE Skor 10 B. Kehilangan berat badan < 5% C. Penyakit ketoasidosis metabolik D. Skor Glasgow Coma Scale (GCS) 5 E. Komorbid Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat akibat ketoasidosis diabetikum.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume cairan dan elektrolit akibat ketoasidosis diabetikum.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas akibat ketoasidosis diabetikum.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat ketoasidosis diabetikum.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Indikator Prognosis Paliatif:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, indikator prognosis paliatif yang dapat teridentifikasi adalah:
A. APACHE Skor 10 - Tidak, APACHE Skor di bawah 25 menunjukkan prognosis baik.
B. Kehilangan berat badan < 5% - Tidak, kehilangan berat badan < 5% bukan indikator prognosis paliatif.
C. Penyakit ketoasidosis metabolik - Ya, ketoasidosis diabetikum merupakan kondisi kritis yang memerlukan penanganan segera dan dapat menjadi indikator prognosis paliatif.
D. Skor Glasgow Coma Scale (GCS) 5 - Ya, GCS 5 menunjukkan penurunan kesadaran yang signifikan dan dapat menjadi indikator prognosis paliatif.
E. Komorbid Hipertensi - Tidak, hipertensi sebagai komorbid tidak secara langsung menjadi indikator prognosis paliatif.
Jadi, indikator prognosis paliatif yang teridentifikasi pada pasien ini adalah penyakit ketoasidosis metabolik dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) 5. -
Article No. 8671 | 12 Dec 2024
Klinis : DEMAM 4 HARI, MUAL , MUNTAH, NAFSU MAKAN BERKURANG
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi dengan gejala demam 4 hari, mual, muntah, dan nafsu makan berkurang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah.
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala mual dan muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi Metabolik
- Kelas: Cairan
- Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Keseimbangan Cairan
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, input dan output cairan seimbang, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Cairan
- Aktivitas Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, mengganti cairan yang hilang melalui muntah, memantau status hidrasi, dan memberikan terapi cairan intravena jika diperlukan.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien dengan gejala demam, mual, muntah, dan nafsu makan berkurang. -
Article No. 8672 | 12 Dec 2024
Klinis : faringitis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi faringitis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J02.9
- Deskripsi: Faringitis, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.01
- Deskripsi: Pemeriksaan tenggorokan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J02.9 untuk Faringitis, tidak spesifik:
- Ini merupakan diagnosis umum untuk peradangan atau infeksi pada tenggorokan (faring).
- Kode ini digunakan ketika penyebab faringitis tidak dapat ditentukan secara spesifik, misalnya karena infeksi virus, bakteri, atau penyebab lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 98.01 untuk Pemeriksaan tenggorokan:
- Kode ini digunakan untuk prosedur pemeriksaan fisik pada tenggorokan, seperti inspeksi langsung atau menggunakan alat bantu (misalnya, laringoskop).
- Prosedur ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi faring dan mendiagnosis penyebab faringitis.
Dalam penanganan kasus faringitis, selain diagnosis dan pemeriksaan fisik, dokter mungkin juga akan melakukan tindakan lain seperti pemberian obat-obatan, terapi, atau tindakan medis lainnya sesuai dengan kondisi pasien. Kode ICD-9-CM untuk tindakan medis tersebut akan berbeda tergantung pada jenis tindakan yang dilakukan. -
Article No. 8673 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia sekolah mengeluh gatal di kedua kakinya semenjak 2 bulan berada di sekolah asrama. Hasil pengkajian: terdapat ruam-ruam dengan warna kulit berbeda dan sebagian kulit terdapat bintik-bintik mengelupas di kedua kaki. Anak terlihat selalu menggaruk bagian kaki yang gatal dan mengatakan merasa malu jika kakinya terlihat pada teman-teman sekamar dengannya. Anak juga kesulitan tidur di malam hari karena gatal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Pruritus (Gatal) berhubungan dengan infeksi parasit ditandai dengan adanya ruam-ruam dan bintik-bintik mengelupas di kedua kaki.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, gejala utama yang dihadapi oleh anak usia sekolah adalah gatal yang terjadi di kedua kaki. Hasil pengkajian menunjukkan adanya ruam-ruam dengan warna kulit berbeda dan bintik-bintik mengelupas di kedua kaki, yang mengindikasikan adanya infeksi parasit. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pruritus (Gatal) berhubungan dengan infeksi parasit.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Istirahat Tidur yang Memadai
2. Kontrol Gejala
3. Peningkatan Kenyamanan
Penjelasan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Istirahat Tidur yang Memadai: Anak dapat tidur dengan nyenyak di malam hari tanpa terganggu oleh rasa gatal.
2. Kontrol Gejala: Anak dapat mengendalikan gejala gatal dan ruam-ruam di kedua kaki.
3. Peningkatan Kenyamanan: Anak merasa lebih nyaman dan tidak malu dengan kondisi kakinya, sehingga dapat berinteraksi dengan teman-teman sekamarnya tanpa rasa khawatir.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pruritus
2. Edukasi Kesehatan
3. Terapi Topikal
4. Peningkatan Harga Diri
Penjelasan:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Pruritus: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal yang dirasakan oleh anak, seperti pemberian obat anti-gatal, kompres dingin, dan teknik relaksasi.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada anak dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan infeksi parasit yang menyebabkan gatal.
3. Terapi Topikal: Memberikan terapi topikal, seperti penggunaan krim atau salep anti-jamur, untuk mengatasi infeksi parasit dan mempercepat proses penyembuhan.
4. Peningkatan Harga Diri: Intervensi ini bertujuan untuk membantu anak meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi rasa malu terkait kondisi kakinya, sehingga anak dapat berinteraksi dengan teman-teman sekamarnya tanpa kecemasan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang komprehensif, diharapkan anak dapat memperoleh perawatan yang optimal dan mencapai hasil yang diinginkan. -
Article No. 8675 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak usia sekolah mengeluh gatal di kedua kakinya semenjak 2 bulan berada di sekolah asrama. Hasil pengkajian: terdapat ruam-ruam dengan warna kulit berbeda dan sebagian kulit terdapat bintik-bintik mengelupas di kedua kaki. Anak terlihat selalu menggaruk bagian kaki yang gatal dan mengatakan merasa malu jika kakinya terlihat pada teman-teman sekamar dengannya. Anak juga kesulitan tidur di malam hari karena gatal. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut: * Kerusakan integritas kulit Gangguan citra tubuh Gangguan pola tidur Harga diri rendah Risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus tersebut:
1. Kerusakan integritas kulit
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
Karakteristik Definisi: Adanya ruam-ruam dengan warna kulit berbeda dan sebagian kulit terdapat bintik-bintik mengelupas di kedua kaki.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas kulit membaik
- Kriteria hasil: Tidak ada lesi pada kulit, tidak ada tanda-tanda infeksi, kulit tampak normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan kulit
- Bersihkan kulit dengan lembut menggunakan sabun dan air hangat
- Aplikasikan pelembab atau salep sesuai indikasi untuk memperbaiki integritas kulit
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi lainnya
2. Edukasi tentang perawatan kulit
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara perawatan kulit yang tepat
- Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
2. Gangguan citra tubuh
Definisi: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik.
Karakteristik Definisi: Anak merasa malu jika kakinya terlihat oleh teman-teman sekamarnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Citra tubuh meningkat
- Kriteria hasil: Pasien menerima dan puas dengan penampilan fisiknya, tidak lagi merasa malu dengan kondisi kulitnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi perilaku
- Bantu pasien mengidentifikasi persepsi negatif terhadap penampilan fisik
- Dorong pasien untuk menerima kondisi kulitnya dan memfokuskan pada aspek positif
- Berikan umpan balik positif tentang penampilan pasien
2. Dukungan emosional
- Dengarkan dengan empati dan validasi perasaan pasien
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya secara terbuka
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
3. Gangguan pola tidur
Definisi: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Karakteristik Definisi: Anak kesulitan tidur di malam hari karena gatal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola tidur membaik
- Kriteria hasil: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan gatal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen gejala
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur
- Berikan pengobatan simptomatik (seperti antihistamin) untuk mengurangi gatal
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
2. Edukasi tentang higiene tidur
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
- Berikan rekomendasi mengenai lingkungan tidur yang nyaman
- Ajarkan pasien mengenai pola tidur yang sehat
Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Kerusakan integritas kulit. Hal ini didasarkan pada adanya ruam-ruam, bintik-bintik mengelupas, dan gatal di kedua kaki pasien. Selain itu, terdapat pula masalah keperawatan lain, yaitu Gangguan citra tubuh dan Gangguan pola tidur, yang berkaitan dengan dampak dari kondisi kulit pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah perbaikan integritas kulit, peningkatan citra tubuh, dan perbaikan pola tidur. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi perawatan kulit, edukasi perawatan kulit, terapi perilaku, dukungan emosional, manajemen gejala, dan edukasi tentang higiene tidur.
Penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif ini diharapkan dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 8676 | 12 Dec 2024
Klinis : No. Observed (Tuliskan semua hasil observasi) Expected (Tuliskan adanya kesesuaian dengan harapan) Concern (Tuliskan Prioritas) 1. Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Sesuai - 2. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Sesuai - 3. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Sesuai - 4. Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 1. 5 orang luka ringan Tidak sesuai 3 5. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, Tidak Sesuai 1 6. Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC. Tidak Sesuai 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas kasus yang diberikan. Berikut saya sampaikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang diberikan:
1. Observed:
- Terjadi gempa bumi, guncangan sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4.
- Saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover.
- Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang.
Expected: Sesuai
Concern: -
2. Observed:
- Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi.
- Petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan.
- Komandan bencana memerintahkan tim security untuk memeriksa ada tidaknya korban di seluruh lantai.
- Tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai.
- Kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green.
Expected: Sesuai
Concern: -
3. Observed:
- Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya.
- Api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen, menyebabkan smoke detector berbunyi.
- Perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien.
- Petugas operator menyampaikan code red di lantai 4.
- Kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning).
Expected: Sesuai
Concern: -
4. Observed:
- Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple.
- Gempa susulan menyebabkan gedung area kantin RS roboh, dengan 5 orang luka ringan.
Expected: Tidak sesuai
Concern: 3 (Prioritas utama adalah menangani korban dari gedung roboh)
5. Observed:
- Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD: 70/45 mmHg, Nadi: 74x/mnt, dispnea, snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S: 35,3°C, akral dingin dengan cyanosis, laserasi temporal dextra, racoon eyes.
Expected: Tidak sesuai
Concern: 1 (Prioritas utama adalah menangani pasien dengan kondisi kritis)
6. Observed:
- Seorang laki-laki, usia 52 tahun, open fraktur femoral sinistra, GCS E3M4V3, perdarahan pada luka, deformitas, crepitasi os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra, cyanosis dan akral dingin pada ekstremitas, CRT > 3 detik, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 122x/mnt, RR: 32x/mnt, S: 35,3°C.
Expected: Tidak sesuai
Concern: 2 (Prioritas kedua adalah menangani pasien dengan open fraktur)
Berdasarkan informasi di atas, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan Primer: Risiko Perfusi Jaringan Terganggu
- SDKI: Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Terapi Cairan dan Elektrolit
- SIKI: Resusitasi Cairan
2. Diagnosa Keperawatan Sekunder: Risiko Cedera Trauma
- SDKI: Cedera Terkait Trauma
- SLKI: Pencegahan Cedera
- SIKI: Stabilisasi Fraktur
3. Diagnosa Keperawatan Sekunder: Risiko Syok
- SDKI: Syok
- SLKI: Terapi Cairan dan Elektrolit
- SIKI: Resusitasi Cairan
Penanganan yang tepat sesuai dengan prioritas concern adalah:
1. Stabilisasi kondisi pasien dengan perdarahan, syok, dan gangguan perfusi jaringan.
2. Stabilisasi fraktur terbuka dan pengendalian perdarahan.
3. Pengelolaan korban luka ringan dari gedung roboh. -
Article No. 8677 | 12 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 1. 5 orang luka ringan. 2. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, 3. Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko cedera berhubungan dengan gempa bumi dan kebakaran
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya cedera dan trauma
3. Perdarahan berhubungan dengan cedera fisik
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera fisik
5. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik
6. Ansietas berhubungan dengan situasi bencana
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko cedera berhubungan dengan gempa bumi dan kebakaran:
- Pasien tidak mengalami cedera tambahan selama evakuasi dan penanganan
- Pasien menunjukkan respons yang tepat terhadap prosedur keselamatan saat bencana
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya cedera dan trauma:
- Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Pasien tidak mengalami distres pernapasan
3. Perdarahan berhubungan dengan cedera fisik:
- Perdarahan dapat dikendalikan
- Tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera fisik:
- Pasien dapat bergerak sesuai dengan kemampuan
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat immobilitas
5. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik:
- Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
6. Ansietas berhubungan dengan situasi bencana:
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko cedera berhubungan dengan gempa bumi dan kebakaran:
- Lakukan evakuasi pasien sesuai dengan prosedur keselamatan
- Monitor keadaan bangunan dan lingkungan sekitar
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tindakan keselamatan saat bencana
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya cedera dan trauma:
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Monitor tanda-tanda vital pasien secara berkala
- Lakukan posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
3. Perdarahan berhubungan dengan cedera fisik:
- Lakukan kompresi pada area yang mengalami perdarahan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Monitor tanda-tanda vital dan output urin pasien
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera fisik:
- Lakukan mobilisasi pasien sesuai dengan kemampuan
- Berikan bantuan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Lakukan perawatan kulit dan pencegahan komplikasi imobilisasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik:
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Lakukan manajemen nyeri non-farmakologis (distraksi, relaksasi, kompres dingin/hangat)
- Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi nyeri
6. Ansietas berhubungan dengan situasi bencana:
- Lakukan pendekatan terapeutik untuk mengurangi kecemasan
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang tenang
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 8678 | 12 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 1. 5 orang luka ringan. 2. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, 3. Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC. buatlah hipitesisnya sertakan maskepnya apa saja dan maskep utamanya apa, sesuai kasus diatas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi)
2. Ancaman Keselamatan Berhubungan dengan Kebakaran
3. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Cedera Fisik
Hipotesis dan Masalah Keperawatan Utama:
Hipotesis: Pasien berisiko mengalami cedera fisik, gangguan pola napas, dan ancaman keselamatan akibat bencana alam (gempa bumi) dan kebakaran.
Masalah Keperawatan Utama: Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi)
SLKI (Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan):
1. Cedera Fisik Teratasi
- Tidak ada tanda-tanda cedera fisik baru
- Tidak ada perburukan kondisi fisik
- Vital sign dalam batas normal
2. Keselamatan Terjaga
- Tidak terjadi ancaman keselamatan akibat bahaya kebakaran
- Tidak ada pasien yang mengalami asfiksia
3. Pola Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda gangguan pola napas (dispnea, retraksi, cyanosis)
SIKI (Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran):
1. Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi)
- Lakukan penilaian awal untuk mengidentifikasi cedera fisik
- Berikan stabilisasi dan pertolongan pertama pada korban cedera
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan cedera yang membutuhkan intervensi lebih lanjut
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kenyamanan dan dukungan emosional pada pasien
2. Ancaman Keselamatan Berhubungan dengan Kebakaran
- Lakukan evakuasi pasien ke area yang aman
- Berikan bantuan pernapasan jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim pemadam kebakaran untuk memadamkan api
- Lakukan pemantauan lingkungan untuk mencegah bahaya kebakaran lebih lanjut
3. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Cedera Fisik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda gangguan pernapasan (dispnea, retraksi, cyanosis)
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Dalam kasus ini, pasien menghadapi risiko cedera fisik akibat guncangan gempa bumi, ancaman keselamatan dari kebakaran, serta gangguan pola napas terkait cedera yang dialami. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi), Ancaman Keselamatan Berhubungan dengan Kebakaran, dan Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Cedera Fisik.
Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah bahwa pasien berisiko mengalami cedera fisik, gangguan pola napas, dan ancaman keselamatan akibat bencana alam (gempa bumi) dan kebakaran. Masalah keperawatan utama adalah Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi) karena kondisi pasien yang berisiko mengalami cedera fisik akibat guncangan gempa bumi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencakup: (1) Cedera Fisik Teratasi, (2) Keselamatan Terjaga, dan (3) Pola Napas Efektif. Indikator untuk masing-masing luaran tersebut telah dijelaskan secara rinci.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi: (1) Intervensi untuk mengatasi Resiko Cedera Fisik Berhubungan dengan Bencana Alam (Gempa Bumi), (2) Intervensi untuk mengatasi Ancaman Keselamatan Berhubungan dengan Kebakaran, dan (3) Intervensi untuk mengatasi Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Cedera Fisik. Setiap intervensi telah dijelaskan secara terperinci sesuai dengan masalah keperawatan yang diidentifikasi. -
Article No. 8679 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit. Ibu merasa sangat khawatir karena kepala anaknya semakin membesar. Hasil pengkajian: lingkar kepala 52 cm (diatas percentile 97%), adanya tanda setting-sun, anak rewel, dan sulit menggerakkan kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang digambarkan, saya sebagai seorang perawat berpengalaman akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan: Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Peningkatan tekanan pada ruang intrakranial yang dapat menyebabkan perubahan pada fungsi saraf pusat.
- Karakteristik Utama: Pembesaran lingkar kepala, tanda setting-sun, anak rewel, sulit menggerakkan kepala.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Tekanan intrakranial menurun, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berkurang, dan fungsi saraf pusat membaik.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis untuk menurunkan tekanan intrakranial.
- Posisioning kepala dan tubuh untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal.
- Pemberian nutrisi yang adekuat untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan.
- Edukasi dan dukungan psikologis bagi keluarga.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan merancang rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu mengatasi peningkatan tekanan intrakranial pada anak tersebut. Tujuan akhirnya adalah untuk menurunkan tekanan intrakranial, memperbaiki fungsi saraf pusat, dan memfasilitasi perkembangan yang optimal pada anak. -
Article No. 8680 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dirawat di ruang anak karena mengalami demam tifoid. Hasil pengkajian: anak rewel, mual dan muntah, kulit teraba hangat, suhu 38,8 oC. Apakah intervensi keperawatan mandiri yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi anak laki-laki usia 5 tahun yang dirawat karena demam tifoid dengan gejala rewel, mual dan muntah, serta suhu tubuh 38,8°C adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Hipertermia
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan kehilangan panas. Kondisi ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh anak, yaitu suhu tubuh 38,8°C, mual dan muntah, serta rewel yang dapat disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh akibat infeksi demam tifoid.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan diagnosa Hipertermia, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
b. Anak tampak nyaman dan kooperatif
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia, seperti kejang demam
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur suhu tubuh secara rutin
- Memantau nadi, respirasi, dan tekanan darah
- Mencatat hasil pemantauan secara akurat
b. Manajemen Demam
- Memberikan kompres hangat/dingin pada daerah aksila atau lipatan paha untuk menurunkan suhu tubuh
- Memberikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter
- Memastikan anak cukup minum untuk menghindari dehidrasi
c. Manajemen Mual dan Muntah
- Memberikan antiemetik sesuai dengan resep dokter
- Mengatur diet menjadi lebih sering dan sedikit-sedikit
- Mempertahankan hidrasi dengan memberikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
d. Peningkatan Kenyamanan
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Memberikan dukungan emosional dan pengalihan perhatian anak
e. Edukasi dan Konseling Keluarga
- Menjelaskan kondisi anak, penyebab, dan penatalaksanaannya
- Memberikan pendidikan kesehatan terkait cara merawat anak di rumah
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu penurunan suhu tubuh, kenyamanan anak, serta pencegahan komplikasi akibat hipertermia.