Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8785 | 12 Dec 2024
Klinis : Buatkan saya SDKI (Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standart Luaran keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) kasus pasien ini : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Anoreksia, makan tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
1. Mempertahankan Volume Cairan Tubuh dalam Batas Normal
2. Mempertahankan Elektrolit dalam Batas Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
- Intervensi:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
3. Monitor kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida)
4. Berikan cairan infus sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan dan elektrolit
2. Manajemen Nutrisi
- Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Berikan makanan dan minuman sesuai kebutuhan
3. Monitor asupan makanan dan minuman
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan diet
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan lemas yang memberat sejak 1 minggu terakhir. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu tekanan darah rendah, kadar natrium rendah, serta penurunan kadar hemoglobin. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan volume cairan tubuh dan elektrolit dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan (monitor intake-output, tanda vital, elektrolit) dan manajemen nutrisi (kaji status nutrisi, berikan asupan sesuai kebutuhan, monitor asupan).
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mencukupi kebutuhan nutrisinya sehingga dapat mengatasi kondisi lemas yang dialami. -
Article No. 8786 | 12 Dec 2024
Klinis : Buatkan saya SDKI (Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standart Luaran keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) kasus pasien ini : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, dapat ditentukan diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai, beserta SLKI dan SIKI yang diperlukan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik yang ditandai dengan lemas di seluruh tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat selama aktivitas.
- Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik dan psikologis pasien dalam melakukan aktivitas.
- Bantu pasien dalam menyusun rencana aktivitas harian yang realistis.
- Ajarkan teknik manajemen energi seperti istirahat yang cukup dan pengaturan aktivitas.
- Pantau tanda-tanda vital pasien selama aktivitas.
- Berikan dukungan emosional dan pujian atas upaya pasien.
2. Manajemen Hipovolemia
- Kaji tanda dan gejala hipovolemia, seperti tekanan darah rendah, nadi cepat, dan saturasi oksigen rendah.
- Berikan cairan intravena untuk mengatasi hipovolemia.
- Pantau input dan output cairan pasien.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan hipovolemia.
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik yang ditandai dengan lemas di seluruh tubuh.
- Pasien mengalami lemas di seluruh tubuh, yang menunjukkan adanya keterbatasan fisik yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2. SLKI (Toleransi Aktivitas Meningkat):
- Tujuan luaran ini adalah agar pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat, dan mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
3. SIKI (Manajemen Aktivitas dan Manajemen Hipovolemia):
- Manajemen Aktivitas bertujuan untuk membantu pasien dalam menyusun rencana aktivitas harian yang realistis, mengajarkan teknik manajemen energi, dan memberikan dukungan emosional.
- Manajemen Hipovolemia bertujuan untuk mengatasi hipovolemia yang ditandai dengan tekanan darah rendah, nadi cepat, dan saturasi oksigen rendah. Intervensi utama adalah pemberian cairan intravena dan pemantauan input-output cairan.
Keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien dan meningkatkan toleransi aktivitas, sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. -
Article No. 8787 | 12 Dec 2024
Klinis : Buatkan saya SDKI (Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standart Luaran keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) kasus pasien ini : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kasus pasien tersebut:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
Definisi: Berisiko mengalami perubahan yang tidak terkontrol pada sirkulasi darah dan/atau tekanan darah.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan volume cairan, Penurunan hemoglobin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran Keperawatan: Stabilitas Hemodinamik
Definisi: Kemampuan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Tekanan darah dalam batas normal.
b. Nadi dalam batas normal.
c. Perfusi perifer adekuat.
d. Tidak ada tanda-tanda syok.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan: Manajemen Cairan
Definisi: Mengatur asupan dan kehilangan cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Aktivitas:
a. Kaji status cairan pasien, termasuk intake dan output.
b. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
c. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik.
d. Pantau tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen cairan yang adekuat.
Penjelasan Rinci:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik" dipilih karena pasien datang dengan keluhan lemas dan tekanan darah rendah, yang merupakan tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik. Faktor yang berhubungan adalah penurunan volume cairan dan penurunan hemoglobin, yang dapat menyebabkan perubahan tidak terkontrol pada sirkulasi darah dan tekanan darah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan "Stabilitas Hemodinamik" dipilih karena tujuan utama asuhan keperawatan adalah mempertahankan fungsi kardiovaskular yang adekuat. Kriteria hasil yang diharapkan adalah tekanan darah dan nadi dalam batas normal, perfusi perifer yang adekuat, serta tidak ada tanda-tanda syok.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan "Manajemen Cairan" dipilih karena pasien mengalami penurunan volume cairan dan hemoglobin, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik. Aktivitas keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian status cairan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen cairan yang adekuat.
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen cairan, pasien dapat mencapai stabilitas hemodinamik yang ditandai dengan tekanan darah dan nadi dalam batas normal, perfusi perifer yang adekuat, serta tidak ada tanda-tanda syok. -
Article No. 8788 | 12 Dec 2024
Klinis : Buatkan saya SDKI (Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standart Luaran keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) kasus pasien ini : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus tersebut, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
SDKI:
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Intake nutrisi tidak adekuat, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan metabolik.
Gejala dan Tanda: Lemas, penurunan berat badan, kadar Hb di bawah normal, elektrolit di bawah normal.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
2. Pasien menunjukkan peningkatan kadar Hb dan elektrolit dalam batas normal.
3. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji status nutrisi pasien (asupan, penyerapan, dan kebutuhan nutrisi).
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun program nutrisi yang adekuat.
3. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan.
4. Pantau tanda vital, berat badan, laboratorium (Hb, elektrolit) secara teratur.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
6. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk mengatasi faktor penyebab.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan gejala dan penyebab yang ditemukan pada pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang harus dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8789 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d. intake yang tidak adekuat ditandai dengan tekanan darah rendah, lemas, dan nilai laboratorium yang tidak normal (Hb rendah, Natrium rendah).
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit: Kondisi dimana terjadi perubahan dalam jumlah dan komposisi cairan dan elektrolit tubuh.
- Penyebab: Intake yang tidak adekuat, gangguan absorpsi, kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
- Tanda dan gejala: Perubahan status cairan dan elektrolit (tekanan darah rendah, lemas), perubahan laboratorium (Hb, Natrium).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Tercapainya keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan dan elektrolit dalam tubuh.
- Kriteria hasil: Tanda vital stabil, laboratorium dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Intervensi: Monitoring status cairan dan elektrolit, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, edukasi tentang manajemen cairan.
Berdasarkan kondisi pasien, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan pemeriksaan laboratorium secara reguler (elektrolit, fungsi ginjal)
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan dan elektrolit -
Article No. 8790 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien datang ke UGD tgl 12/12/2024 pkl 14.30 wita dengn keluhan lemas sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Lemas dikatakan di seluruh tubuh. Makan dan minum dikatakan masih biasa, BAK dan BAB dikatakan masih normal GCS: 15, Tekanan darah : 80/0 mmHg, Nadi : 70 x/mnt, Suhu : 36 C, RR : 20 x/mnt, Saturasi O2: 98% Hb : 8,4 Natrium : 127 WBC : 14,92
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disajikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kekurangan volume cairan terkait kehilangan cairan yang berlebihan yang ditandai dengan tekanan darah rendah, lemas, dan nilai laboratorium yang menyimpang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan volume cairan yang ditandai dengan:
- Tekanan darah dalam rentang normal (120/80 mmHg)
- Nadi dalam rentang normal (60-100 x/menit)
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (≥95%)
- Laboratorium dalam batas normal (Hb ≥12 g/dL, Natrium 135-145 mmol/L, WBC 4,5-11 x10^3/μL)
- Pasien tidak mengeluhkan lemas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian cairan intravena sesuai dengan kebutuhan dan status hemodinamik pasien
3. Pemberian terapi oksigen, jika diperlukan
4. Pemantauan status cairan, keseimbangan cairan, dan elektrolit
5. Pemberian nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien
6. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi tambahan, jika diperlukan
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan lemas yang dirasakan di seluruh tubuh sejak sekitar 1 minggu yang lalu dan memberat saat ini. Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami hipovolemia yang ditandai dengan tekanan darah rendah (80/0 mmHg), nilai Hb rendah (8,4 g/dL), dan nilai Natrium rendah (127 mmol/L). Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah kekurangan volume cairan. Tujuan asuhan keperawatan adalah mencapai keseimbangan volume cairan yang ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital dan nilai laboratorium dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian oksigen, pemantauan status cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang adekuat, edukasi, serta kolaborasi dengan dokter. Semua intervensi ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan volume cairan dan elektrolit pada pasien. -
Article No. 8791 | 12 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam selama 3 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan keluhan demam selama 3 hari.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan demam selama 3 hari, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (SDKI 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengontrol suhu.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C-37,5°C) selama 3 hari berturut-turut.
2. Tanda-tanda vital stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti frekuensi napas, denyut nadi, dan tekanan darah dalam batas normal.
3. Tidak terjadi komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat timbul akibat hipertermia, seperti dehidrasi, kejang, atau kerusakan organ.
4. Tingkat kenyamanan meningkat: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan, seperti tidak merasakan gejala-gejala yang mengganggu, seperti menggigil, sakit kepala, atau letargi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Hipertermia
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan cairan intravena atau berikan minum untuk mencegah dehidrasi.
c. Berikan obat penurun panas (antipiretik) sesuai indikasi.
d. Lakukan tindakan pendinginan, misalnya dengan kompres hangat, kipas angin, atau lingkungan yang sejuk.
e. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab hipertermia.
2. Manajemen Nyeri
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan nyeri, seperti sakit kepala atau nyeri otot.
b. Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres dingin.
3. Edukasi Kesehatan
a. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan hipertermia.
b. Ajarkan cara memantau suhu tubuh dan mengenali tanda-tanda komplikasi.
c. Berikan informasi tentang pentingnya istirahat, minum yang cukup, dan menjaga kebersihan diri.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat memulihkan kondisi kesehatan dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8792 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, maka diagnosis yang paling sesuai adalah kemungkinan campak.
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B05.9 merupakan kode untuk penyakit campak tanpa komplikasi. Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak (Morbillivirus) dan ditandai dengan gejala seperti demam, ruam merah, bintik Koplik di mukosa mulut, dan konjungtivitis.
- Pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala-gejala yang sesuai dengan diagnosis campak tanpa komplikasi dapat diberi kode ICD-10 B05.9.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai, karena tidak ada tindakan medis yang dilakukan untuk mendiagnosis campak pada kasus ini. Diagnosis campak dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
Dalam penatalaksanaan kasus ini, pemeriksaan laboratorium seperti deteksi antibodi IgM atau pemeriksaan PCR dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Selain itu, tindakan suportif seperti pemberian cairan dan antipiretik juga perlu dilakukan untuk mengelola gejala yang dialami oleh pasien. -
Article No. 8793 | 12 Dec 2024
Klinis : susah tidur karena nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "susah tidur karena nyeri":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Pola Tidur" (00198). Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menganggu fungsi sehari-hari. Kondisi "susah tidur karena nyeri" memenuhi kriteria ini, di mana nyeri yang dirasakan oleh pasien mengganggu kemampuan pasien untuk tidur dengan baik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk masalah "susah tidur karena nyeri" adalah:
a. Tidur yang adekuat (0004): Pasien dapat tidur dengan kualitas dan kuantitas yang baik, serta dapat beristirahat dengan cukup.
b. Kontrol Nyeri (1605): Pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan sehingga tidak mengganggu tidurnya.
c. Kenyamanan (1800): Pasien merasa nyaman dan terbebas dari gangguan nyeri yang dapat mengganggu tidurnya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran pada kasus "susah tidur karena nyeri" adalah:
a. Manajemen Nyeri (1400):
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgetik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
b. Manajemen Tidur (1850):
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur (nyeri, lingkungan, stres)
- Ajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan kualitas tidur (rutinitas tidur, lingkungan tidur yang nyaman)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
- Evaluasi kualitas dan kuantitas tidur pasien
c. Manajemen Kenyamanan (1400):
- Identifikasi sumber-sumber rasa ketidaknyamanan (nyeri)
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan (posisi yang nyaman, lingkungan yang tenang)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi komplementer jika diperlukan
- Evaluasi tingkat kenyamanan pasien
Dengan menerapkan intervensi-intervensi ini secara komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu tidur yang adekuat, kontrol nyeri yang baik, dan kenyamanan yang optimal. -
Article No. 8794 | 12 Dec 2024
Klinis : DS : • Klien mengatakan sesak nafas. • Klien mengatakan pusing. • Klien mengatakan lemas. DO : • Klien tampak masih sesak. • Klien tampak lemas. • TD : 130/80 mmHg Nadi : 107 x/i Suhu : 38 ◦C Pernafasan: 26 x/i
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mendespirasikan udara secara adekuat.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, nyeri, kecemasan, kelemahan otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas, frekuensi napas tidak normal, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bernapas dengan irama dan frekuensi normal, tidak ada tanda-tanda sesak napas, dan dapat beraktivitas tanpa kelelahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, terapi oksigen, latihan pernapasan, manajemen kenyamanan.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, klien mengalami pola napas tidak efektif yang ditandai dengan sesak napas, lemas, dan peningkatan frekuensi napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, latihan pernapasan, dan manajemen kenyamanan untuk membantu klien bernapas dengan lebih efektif dan mencapai luaran yang diharapkan.