Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18977 | 25 Jun 2025
Klinis : POST JATUH LUKA LECET
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan membantu Anda menemukan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "POST JATUH LUKA LECET".
1. Kode ICD-10:
- Kode: T14.0
- Deskripsi: Luka lecet pada bagian tubuh tidak spesifik
Penjelasan:
Kode ICD-10 T14.0 digunakan untuk mengkode luka lecet pada bagian tubuh yang tidak dispesifikasi. Hal ini sesuai dengan kondisi "POST JATUH LUKA LECET" yang tidak menjelaskan secara spesifik lokasi luka lecet.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Perawatan luka minor, tidak memerlukan anestesi
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 93.57 digunakan untuk mengkode perawatan luka minor yang tidak memerlukan anestesi. Hal ini sesuai dengan kondisi "POST JATUH LUKA LECET" di mana luka yang terjadi dapat diklasifikasikan sebagai luka minor yang tidak memerlukan anestesi untuk perawatannya. -
Article No. 18978 | 25 Jun 2025
Klinis : DEMAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi medis DEMAM, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- Kode R50.9 dalam klasifikasi ICD-10 digunakan untuk menggambarkan kondisi demam atau peningkatan suhu tubuh yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik.
- Kode ini digunakan untuk mencatat kondisi demam yang tidak dapat didiagnosis dengan lebih rinci berdasarkan informasi yang tersedia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk demam.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang secara khusus dikaitkan dengan kasus demam saja. Penanganan demam biasanya melibatkan manajemen gejala, seperti pemberian obat penurun panas, cairan, dan istirahat.
Penjelasan:
- Demam adalah gejala atau tanda dari suatu kondisi medis, bukan merupakan prosedur atau tindakan medis itu sendiri.
- Penanganan demam umumnya dilakukan secara konservatif dengan terapi suportif, seperti pemberian obat penurun panas, menjaga hidrasi, dan memastikan istirahat yang cukup.
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus dikaitkan dengan penanganan demam sebagai satu-satunya kondisi medis. Kode prosedur akan lebih terkait dengan penyebab atau kondisi yang mendasari demam. -
Article No. 18979 | 25 Jun 2025
Klinis : ISK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi Infeksi Saluran Kemih (ISK).
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada saluran kemih dan uretra, termasuk kateterisasi vesika urinaria.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N39.0 merupakan kode yang digunakan untuk menggambarkan infeksi saluran kemih yang tidak dispesifikasi lokasinya. Ini mencakup kondisi umum seperti sistitis, uretritis, dan pielonefritis yang tidak ditentukan secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM 59.8 adalah kode yang mencakup berbagai prosedur atau tindakan medis yang dilakukan pada saluran kemih dan uretra, termasuk kateterisasi vesika urinaria. Ini mungkin dilakukan sebagai bagian dari manajemen atau evaluasi pasien dengan ISK.
Pengkodean ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, dan analisis epidemiologi yang tepat terkait kondisi Infeksi Saluran Kemih (ISK). -
Article No. 18980 | 25 Jun 2025
Klinis : Seorang anak perempuan ,usia 3 tahun dibawa ke puskesmas oleh kader posyandu dengan keluhan kurus dan lemah. Dari hasil anamnesa didapatkan anak belum bisa berjalan dan bicara. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data BB: 8 kg, iga gambang, perut cekung, otot paha mengendor, RR = 35 kali/menit, T = 35,7°C, Nadi = 80x/menit. Masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Gangguan integritas kulit d. Intolerasi aktifitas e. Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Pada kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan pertumbuhan dan perkembangan" yang ditandai dengan data-data berikut: anak belum bisa berjalan dan bicara, berat badan yang rendah (8 kg), dan tanda-tanda malnutrisi seperti iga gambang, perut cekung, dan otot paha mengendor. Kondisi ini menunjukkan adanya hambatan dalam proses tumbuh kembang anak secara optimal.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa keperawatan "Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh" juga sesuai untuk kasus ini. Hal ini ditandai dengan berat badan yang rendah (8 kg) dibandingkan usia anak, serta tanda-tanda malnutrisi seperti iga gambang, perut cekung, dan otot paha mengendor. Kondisi ini menunjukkan asupan gizi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan membaik sesuai usia.
2. Berat badan anak akan meningkat dan berada dalam rentang normal.
3. Tanda-tanda malnutrisi seperti iga gambang, perut cekung, dan otot paha mengendor akan membaik.
4. Anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai usia secara mandiri.
5. Tidak terjadi infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji status pertumbuhan dan perkembangan anak secara komprehensif.
2. Berikan asuhan gizi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan anak, seperti pemberian makanan dengan kalori dan nutrisi yang seimbang.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen atau intervensi medis lainnya jika diperlukan.
4. Ajarkan orang tua/pengasuh tentang pola makan yang sehat dan cara meningkatkan asupan gizi anak.
5. Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan pencegahan infeksi.
6. Berikan dukungan psikologis dan edukasi kepada orang tua/pengasuh untuk meningkatkan motivasi dalam merawat anak.
7. Libatkan tim kesehatan lain (nutrisionis, fisioterapis, terapis wicara) untuk membantu proses tumbuh kembang anak secara optimal.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan kondisi anak dapat membaik sesuai dengan luaran/output yang diharapkan. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan asuhan keperawatan yang sesuai untuk kasus tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18981 | 25 Jun 2025
Klinis : Masalah keperawatan utama pada anak yang mengalami shunting adalah… a. Resiko kerusakan integritas kulit b. Resiko infeksi c. Resiko peningkatan tekanan intracranial (PTIK) d. Intoleransi aktivitas e. Resiko gangguan perkembangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
c. Risiko peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)
Penjelasan:
Anak yang mengalami shunting pada kraniosinostosis atau kelainan kongenital lainnya memiliki risiko peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi akibat adanya obstruksi aliran cairan serebrospinal, peningkatan produksi cairan, atau penurunan reabsorpsi cairan. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, muntah, perubahan status mental, gangguan penglihatan, dan defisit neurologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan intrakranial dalam batas normal
2. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tidak ditemukan
3. Tidak ada gejala atau komplikasi akibat peningkatan tekanan intrakranial
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial secara berkala
2. Mempertahankan posisi kepala dan leher yang netral untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal
3. Manajemen nyeri dan pemberian analgesik sesuai indikasi
4. Pemberian terapi oksigen jika diperlukan
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi farmakologis atau intervensi bedah jika diperlukan untuk menurunkan tekanan intrakranial
6. Edukasi dan dukungan bagi keluarga mengenai kondisi anak dan pentingnya pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencegah dan mengelola risiko peningkatan tekanan intrakranial pada anak dengan shunting, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 18982 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak perempuan usia 12 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan diare, lebih dari 4 kali, konsistensi cair dan lendir. Hasil pengkajian pasien tampak lemas, dan kesadaran somnolen. Kelopak mata cowong , mucosa bibir kering. Suhu : 37,7ºC, frekwensi nadi 98x/menit, frekwensi napas 24x/menit TD : 90/60 mmHg. HCT 40%. Apakah intervensi keperawatan pada kasus tersebut? a. Berikan cairan parenteral b. Berikan oralit setiap kali diare c. Berikan intake makanan TKTP d. Timbang berat badan setiap hari e. Tingkatkan intake makanan tiap 4 jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang komprehensif mengenai kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare.
Kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti kelopak mata cowong, mukosa bibir kering, serta hasil laboratorium HCT 40% yang mengindikasikan adanya risiko dehidrasi.
Intervensi Keperawatan:
a. Berikan cairan parenteral
Intervensi ini sangat penting untuk mengatasi risiko dehidrasi. Pemberian cairan parenteral seperti ringer laktat atau normal saline dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare.
b. Berikan oralit setiap kali diare
Pemberian oralit (cairan rehidrasi oral) sangat direkomendasikan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang, serta mencegah terjadinya dehidrasi lebih lanjut.
c. Berikan intake makanan TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Pasien membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memulihkan kondisi dan mencegah malnutrisi akibat diare. Makanan TKTP seperti bubur nasi, telur, ikan, atau sayuran akan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
d. Timbang berat badan setiap hari
Pemantauan berat badan secara harian diperlukan untuk mengevaluasi status hidrasi dan nutrisi pasien.
e. Tingkatkan intake makanan tiap 4 jam
Pemberian makanan secara lebih sering dan dalam porsi kecil dapat membantu meningkatkan asupan nutrisi dan mencegah terjadinya malnutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Dehidrasi Teratasi
Indikator yang diharapkan setelah intervensi keperawatan adalah pasien menunjukkan tanda-tanda tidak mengalami dehidrasi, seperti mukosa bibir lembab, kelopak mata tidak cowong, dan HCT dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
2. Pemberian Cairan
3. Terapi Cairan Parenteral
4. Pemberian Makanan
5. Pemantauan Nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi diare dan dehidrasi, serta mencapai keseimbangan cairan dan status nutrisi yang baik. -
Article No. 18983 | 25 Jun 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 8 bulan, dibawa ibu ke IGD dengan keluhan berak cair 4-5 x/hari hasil pengkajian berak cair sudah 2 hari. Membrane mukosa kering, turgor kembali lambat bokong bayi sering basah .frekwensi nadi : 130x/menit, frekwensi napas: 35x/menit, berat badan menurun dari 8300 gram menjadi 8000 gram. Ibu sering bertanya tentang keadaan anaknya. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? a. Resiko gangguan integritas kulit b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Risiko infeksi pada orang lain d. Kurang pengetahuan e. Defisit volume cairan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kasus yang Anda sampaikan.
Masalah Keperawatan Utama:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah **Defisit Volume Cairan** (e). Hal ini ditandai dengan:
- Diare cair 4-5 kali per hari selama 2 hari
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit kembali lambat
- Penurunan berat badan dari 8300 gram menjadi 8000 gram
Kondisi ini mengindikasikan adanya kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan akibat diare, sehingga menimbulkan risiko dehidrasi pada bayi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. **Hidrasi**
- Indikator: Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan stabil
- Target: Membran mukosa lembab, turgor kulit kembali cepat, berat badan stabil dalam 3 hari
2. **Asupan Nutrisi Adekuat**
- Indikator: Intake cairan dan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan
- Target: Intake cairan dan nutrisi adekuat, berat badan kembali ke berat semula dalam 5 hari
3. **Pengetahuan Orang Tua Meningkat**
- Indikator: Orang tua dapat menjelaskan kembali informasi terkait perawatan diare pada bayi
- Target: Orang tua dapat menjelaskan kembali informasi terkait perawatan diare pada bayi dengan benar dalam 1 hari
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. **Manajemen Cairan**
- Kaji status hidrasi (tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit, membran mukosa)
- Berikan cairan oral/parenteral sesuai kebutuhan
- Monitor intake dan output cairan
- Edukasi orang tua terkait manajemen cairan
2. **Manajemen Nutrisi**
- Kaji kebutuhan nutrisi bayi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan (MPASI, susu formula, atau ASI)
- Monitor asupan dan berat badan bayi
- Edukasi orang tua terkait kebutuhan nutrisi bayi
3. **Edukasi Kesehatan**
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan diare pada bayi
- Ajarkan orang tua teknik pemberian cairan dan nutrisi yang tepat
- Diskusikan pencegahan komplikasi dan kapan harus kembali ke rumah sakit
- Libatkan orang tua dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan masalah keperawatan utama dapat teratasi, sehingga bayi dapat pulih dengan baik dan orang tua memiliki pengetahuan yang cukup untuk merawat anaknya di rumah. -
Article No. 18984 | 25 Jun 2025
Klinis : eorang anak usia 2 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk dan pilek selama 3 hari. Tidak ada demam, sesak napas, atau penurunan kesadaran. Nafsu makan baik, dan anak tetap aktif. Hasil pemeriksaan menunjukkan RR 28 kali/menit. Apa tindakan prioritas perawat dalam menangani kasus ini? a. Memberikan antibiotik oral b. Memberikan terapi nebulisasi c. Mengedukasi orang tua tentang perawatan ISPA ringan di rumah d. Merujuk ke rumah sakit e. Melakukan foto rontgen dada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Bersihan jalan napas tidak efektif (00031)
Kondisi anak dengan batuk dan pilek selama 3 hari menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam bersihan jalan napas. Meskipun tidak ada demam, sesak napas, atau penurunan kesadaran, peningkatan frekuensi pernapasan (RR 28 kali/menit) mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan.
Tindakan prioritas perawat:
c. Mengedukasi orang tua tentang perawatan ISPA ringan di rumah
Tindakan yang paling prioritas adalah memberikan edukasi kepada orang tua tentang penatalaksanaan ISPA ringan di rumah. Hal ini penting agar orang tua dapat melakukan perawatan yang tepat di rumah, sehingga kondisi anak dapat segera membaik tanpa perlu intervensi lebih lanjut seperti pemberian antibiotik atau terapi nebulisasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Bersihan Jalan Napas (0410)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan anak mampu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (20-30 kali/menit)
- Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronki)
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan (retraksi, sianosis)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3200)
- Identifikasi pola napas dan tanda-tanda obstruksi jalan napas
- Lakukan hidrasi mukosa dengan pemberian cairan peroral yang cukup
- Ajarkan teknik batuk efektif kepada anak dan orang tua
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
2. Edukasi Kesehatan (5510)
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan ISPA ringan kepada orang tua
- Ajarkan teknik pemberian obat-obatan (jika diperlukan) dan pemantauan kondisi anak
- Informasikan tanda-tanda yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
3. Manajemen Gejala (1400)
- Pantau tanda-tanda vital anak secara berkala
- Berikan obat simptomatik (misalnya obat batuk/pilek) jika diperlukan
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen nyeri (jika ada)
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan anak dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan orang tua dapat melakukan perawatan ISPA ringan secara mandiri di rumah. -
Article No. 18985 | 25 Jun 2025
Klinis : Anak usia 5 tahun sering mengalami ISPA berulang. Setelah dilakukan asesmen lingkungan, diketahui bahwa ayah anak tersebut adalah perokok aktif di dalam rumah. Apa diagnosis keperawatan yang paling tepat? a. Pola napas tidak efektif b. Bersihan jalan napas tidak efektif c. Risiko infeksi d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan e. Gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi anak usia 5 tahun yang sering mengalami ISPA berulang dan ayahnya adalah perokok aktif di dalam rumah, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Penjelasan:
Kondisi anak yang sering terkena ISPA berulang dan terpapar oleh asap rokok ayahnya di dalam rumah, menunjukkan adanya masalah dalam manajemen kesehatan keluarga. Diagnosis ini tepat karena mencerminkan ketidakmampuan keluarga dalam mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko yang menyebabkan ISPA berulang pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan pemahaman keluarga tentang ISPA dan faktor risikonya
2. Partisipasi keluarga dalam pengelolaan kesehatan anak
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam mengelola faktor risiko ISPA
4. Penurunan kejadian ISPA pada anak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi kepada keluarga tentang ISPA, faktor risiko, dan upaya pencegahan
2. Asesmen lingkungan untuk mengidentifikasi faktor risiko ISPA di rumah
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memaksimalkan pengelolaan kondisi anak
4. Konseling dan dukungan bagi ayah untuk berhenti merokok di dalam rumah
5. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kemajuan anak dan keterlibatan keluarga
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Ketidakefektifan manajemen kesehatan" dipilih karena kondisi anak yang sering terkena ISPA berulang menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan kesehatan oleh keluarga. Keluarga belum mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko yang menyebabkan kondisi tersebut, yaitu paparan asap rokok ayah di dalam rumah.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan pemahaman keluarga tentang ISPA dan faktor risikonya, partisipasi keluarga dalam pengelolaan kesehatan anak, peningkatan kemampuan keluarga dalam mengelola faktor risiko ISPA, dan penurunan kejadian ISPA pada anak. Hal ini akan dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi edukasi, asesmen lingkungan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, konseling, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Dengan pendekatan ini, diharapkan keluarga dapat memahami masalah kesehatan anak, berpartisipasi aktif dalam pengelolaannya, dan mampu mengelola faktor risiko yang ada, sehingga dapat mencegah terjadinya ISPA berulang pada anak. -
Article No. 18986 | 25 Jun 2025
Klinis : Masalah keperawatan utama pada pasien dengan meningitis adalah… a. Perubahan perfusi jaringan cerebral b. Nyeri c. Bersihan jalan nafas inefektif d. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan meningitis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Perubahan perfusi jaringan cerebral
Meningitis dapat menyebabkan peradangan pada membran yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang, sehingga dapat mengganggu perfusi jaringan cerebral. Pasien dapat mengalami gejala seperti sakit kepala, kaku kuduk, dan perubahan tingkat kesadaran.
b. Nyeri
Pasien dengan meningitis sering mengalami nyeri kepala yang hebat akibat peradangan pada membran otak. Nyeri dapat mempengaruhi aktivitas dan kualitas hidup pasien.
c. Bersihan jalan nafas inefektif
Meningitis dapat menyebabkan edema pada saluran pernapasan dan menurunkan kemampuan batuk efektif, sehingga dapat menghambat pembersihan sekresi dari saluran napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Tingkat kesadaran membaik
2. Nyeri:
- Nyeri terkontrol
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu nyeri
3. Bersihan jalan nafas:
- Jalan napas paten
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi pernapasan
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan peningkatan tekanan intrakranial
- Pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya, kortikosteroid)
- Posisioning untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal
- Stimulasi mental dan sensorik untuk mempertahankan tingkat kesadaran
2. Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan nyeri yang komprehensif
3. Bersihan jalan nafas:
- Pemantauan pernapasan dan oksigenasi
- Suction saluran napas jika diperlukan
- Latihan batuk dan napas dalam
- Pemberian humidifikasi oksigen
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk terapi pernapasan
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Terima kasih.