Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8720 | 12 Dec 2024
Klinis : alergi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis alergi, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan, dengan penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.4
- Deskripsi: Alergi, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini mencakup reaksi alergi yang tidak dapat diklasifikasikan dalam kategori yang lebih spesifik, seperti alergi makanan (T78.1), alergi obat-obatan (T88.7), atau alergi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.11
- Deskripsi: Tes alergi, kulit. Prosedur ini melibatkan aplikasi alergen ke kulit pasien dan observasi reaksi, untuk mengidentifikasi sensitivitas alergi.
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Tes alergi, pernapasan. Prosedur ini melibatkan pemberian alergen melalui inhalasi atau intranasal untuk mengevaluasi respons alergi saluran pernapasan.
- Kode: 99.28
- Deskripsi: Injeksi desensitisasi alergi. Prosedur ini melibatkan pemberian dosis bertahap alergen untuk meningkatkan toleransi dan mengurangi respons alergi.
Penjelasan:
Kode ICD-10 T78.4 digunakan untuk mengkodekan alergi yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik. Hal ini mencakup reaksi alergi umum yang tidak termasuk dalam kategori yang lebih khusus, seperti alergi makanan atau alergi obat-obatan.
Terkait dengan prosedur atau tindakan medis, kode ICD-9-CM yang mungkin digunakan adalah:
1. 95.11 - Tes alergi kulit, untuk mengidentifikasi sensitivitas alergi melalui aplikasi alergen di kulit.
2. 95.12 - Tes alergi pernapasan, untuk mengevaluasi respons alergi saluran pernapasan melalui inhalasi atau aplikasi intranasal alergen.
3. 99.28 - Injeksi desensitisasi alergi, untuk meningkatkan toleransi dan mengurangi respons alergi melalui pemberian dosis bertahap alergen. -
Article No. 8721 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih telah memberikan kasus yang lengkap. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci untuk membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Pasien mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual dengan skala nyeri 8/10, yang merupakan indikasi adanya nyeri akut. Pasien tampak menringis, menunjukkan tanda-tanda nyeri yang signifikan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Pasien memiliki tekanan darah yang tinggi (180/100 mmHg) yang mengindikasikan adanya perubahan tanda-tanda vital, khususnya hipertensi. Pernapasan pasien juga meningkat (22 x/menit), yang dapat menjadi kompensasi dari perubahan tanda-tanda vital lainnya.
3. Risiko Cedera
Berdasarkan riwayat hipertensi yang dimiliki pasien, serta hasil pemeriksaan diagnostik yang tidak menunjukkan adanya kelainan struktural pada CT scan kepala, maka pasien berisiko mengalami komplikasi lebih lanjut, seperti stroke, jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-4/10.
2. Tanda-tanda vital pasien membaik, dengan tekanan darah dalam batas normal (120-140/80-90 mmHg) dan frekuensi pernapasan kembali normal (12-20 x/menit).
3. Pasien tidak mengalami komplikasi, seperti stroke, selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis, seperti analgesik, untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis, seperti relaksasi, untuk mengatasi nyeri.
d. Monitor efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi secara berkala.
2. Manajemen Hipertensi
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, terutama tekanan darah.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antihipertensi yang sesuai.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertensi, pentingnya kepatuhan pengobatan, dan gaya hidup sehat.
d. Lakukan intervensi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, seperti relaksasi dan pengaturan diet.
3. Pencegahan Komplikasi
a. Lakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan status mental, mual, dan muntah.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan diagnostik lanjutan, jika diperlukan, untuk mengidentifikasi penyebab gejala.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda komplikasi yang harus segera dilaporkan.
d. Berikan edukasi tentang gaya hidup yang dapat mencegah komplikasi, seperti manajemen stres, aktivitas fisik, dan diet.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan nyeri, stabilitas tanda-tanda vital, serta pencegahan komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien. -
Article No. 8722 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, umur 25 tahun, melahirkan bayi perempuan 4 hari yang lalu dengan umur kehamilan 37 minggu dan berat badan lahir :2400 gr. Hasil pengkajian : bayi mengigil, kulit teraba dingin, lemak subcutan sedikit, kulit tipis, dasar kuku sianotik, dan merintih Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut??
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Suhu Tubuh" (00005). Hal ini ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala seperti bayi mengigil, kulit teraba dingin, lemak subcutan sedikit, kulit tipis, dan dasar kuku sianotik. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh bayi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan bayi dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal (0007): Bayi menunjukkan suhu tubuh dalam rentang 36,5-37,5°C.
2. Perfusi Jaringan Perifer Adekuat (0407): Bayi menunjukkan adanya sirkulasi perifer yang adekuat, ditandai dengan warna kulit yang normal dan tidak sianosis.
3. Kenyamanan Fisik Membaik (1004): Bayi menunjukkan tanda-tanda kenyamanan fisik yang meningkat, seperti tidur nyenyak dan tidak merintih.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Suhu Tubuh (3900):
a. Pantau suhu tubuh bayi secara berkala.
b. Pertahankan lingkungan yang hangat dengan menggunakan inkubator atau selimut hangat.
c. Berikan pakaian yang sesuai untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.
d. Hindari paparan bayi terhadap lingkungan yang dingin.
2. Perawatan Kulit (3584):
a. Lakukan perawatan kulit secara lembut dan hati-hati untuk menjaga integritas kulit.
b. Hindari penggunaan alkohol atau zat kimia yang dapat mengiritasi kulit bayi.
c. Lakukan moisturisasi pada kulit bayi untuk menjaga kelembaban.
3. Manajemen Nyeri (1400):
a. Identifikasi tanda-tanda nyeri pada bayi, seperti merintih.
b. Berikan tindakan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti posisi nyaman, pemberian ASI, atau stimulasi taktil yang lembut.
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan Suhu Tubuh" dipilih karena gejala-gejala yang ditunjukkan oleh bayi, seperti mengigil, kulit teraba dingin, dan sianosis pada dasar kuku, mengarah pada penurunan suhu tubuh. Kondisi ini perlu segera ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Luaran/output yang diharapkan meliputi: (1) Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal, untuk memastikan bayi mempertahankan suhu tubuh yang sesuai; (2) Perfusi Jaringan Perifer Adekuat, untuk menjaga sirkulasi perifer yang baik; dan (3) Kenyamanan Fisik Membaik, untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan bayi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup: (1) Manajemen Suhu Tubuh, untuk menjaga lingkungan yang hangat dan mencegah kehilangan panas pada bayi; (2) Perawatan Kulit, untuk menjaga integritas dan kelembaban kulit bayi; dan (3) Manajemen Nyeri, untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami bayi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan bayi dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memulihkan keseimbangan suhu tubuhnya. -
Article No. 8723 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, umur 25 tahun, melahirkan bayi perempuan 4 hari yang lalu dengan umur kehamilan 37 minggu dan berat badan lahir :2400 gr. Hasil pengkajian : bayi mengigil, kulit teraba dingin, lemak subcutan sedikit, kulit tipis, dasar kuku sianotik, dan merintih Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut??
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Hipotermi neonatus
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipotermi neonatus didefinisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 36,5°C pada bayi baru lahir yang dapat disebabkan oleh paparan lingkungan yang dingin, nutrisi yang tidak adekuat, atau masalah medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipotermi neonatus antara lain stabilitas suhu tubuh, perfusi jaringan yang adekuat, dan tidak adanya tanda-tanda distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipotermi neonatus meliputi menjaga lingkungan hangat, memberikan pakaian yang sesuai, mempertahankan kontak kulit ke kulit dengan ibu (kangaroo care), dan pemberian nutrisi yang adekuat.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu bayi dengan gejala mengigil, kulit dingin, lemak subcutan sedikit, kulit tipis, dan merintih, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah hipotermi neonatus. Perawat harus segera melakukan intervensi untuk menstabilkan suhu tubuh bayi dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 8724 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, usia 21 tahun G1P1A0, post SC hari ke dua rawat gabung dengan bayinya mengeluh ASI hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang menyusui. Hasil pemeriksaan fisik : TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi baik. Bayi sehat, BBL 2600 gr, reflex hisap dan menelan baik Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kasus yang diberikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah: Ketidakefektifan Menyusui (00104). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengeluhkan ASI yang hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang menyusui. Ketidakefektifan Menyusui (00104) didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan bayi untuk mengisap ASI yang memadai untuk memproduksi jumlah ASI yang cukup".
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
a. Peningkatan Produksi ASI (1004): Pasien mampu memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
b. Peningkatan Durasi Menyusui (1805): Pasien mampu menyusui bayinya dengan durasi yang tepat.
c. Kepuasan Ibu terhadap Menyusui (1806): Pasien merasa puas dengan proses menyusui bayinya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Laktasi (6870):
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal 8-12 kali per hari.
- Bantu ibu dalam teknik menyusui yang benar, seperti posisi ibu dan bayi, perlekatan, dan pengisapan yang efektif.
- Ajarkan ibu untuk mengompres payudara dengan air hangat sebelum menyusui untuk merangsang produksi ASI.
- Evaluasi produksi ASI ibu dan kemajuan pertumbuhan bayi.
b. Dukungan Pemberian ASI Eksklusif (6960):
- Edukasikan kepada ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan dampak pemberian susu formula.
- Dorong dan motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
- Libatkan keluarga dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.
c. Konseling Laktasi (6870):
- Berikan informasi dan konseling terkait proses laktasi, masalah yang mungkin timbul, dan cara mengatasi masalah tersebut.
- Bantu ibu untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat produksi ASI.
- Kaji pemahaman ibu tentang proses menyusui dan berikan umpan balik yang konstruktif.
Penjelasan rinci:
Pasien pada kasus ini adalah seorang perempuan berusia 21 tahun, G1P1A0, post SC hari kedua yang mengeluh ASI hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang menyusui. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan TFU 1 jari bawah pusat dan kontraksi baik. Bayi sehat, BBL 2600 gr, reflek hisap dan menelan baik.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakefektifan Menyusui (00104) karena pasien mengeluhkan ASI yang hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang menyusui. Luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Produksi ASI (1004), Peningkatan Durasi Menyusui (1805), dan Kepuasan Ibu terhadap Menyusui (1806).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Manajemen Laktasi (6870), Dukungan Pemberian ASI Eksklusif (6960), dan Konseling Laktasi (6870). Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu ibu meningkatkan produksi ASI, memperbaiki teknik menyusui, dan memberikan dukungan serta edukasi terkait proses laktasi dan manfaat ASI eksklusif.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memproduksi ASI yang cukup, menyusui bayinya dengan durasi yang tepat, dan merasa puas dengan proses menyusui, sehingga dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. -
Article No. 8725 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 22 tahun, di ruang nifas, melahirkan 8 jam yang lalu. Pasien mengeluh nyeri perut, keluar darah pervaginam, pusing. Hasil pemeriksaan uterus lembek, kontraksi lemah, keluar darah pervaginam lebih dari 500 ml, terdapat luka episiotomy, TTV TD: 100/80 mmHg, frekuensi Nafas : 24 x/mnt, suhu: 36 C. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut ??
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Perdarahan Pasca Persalinan
- Definisi: Perdarahan berlebihan dari traktus genetalia setelah kelahiran bayi.
- Penyebab: Kontraksi uterus yang tidak adekuat, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, dan faktor lain.
- Tanda dan Gejala: Uterus lembek, perdarahan pervaginam, pusing, dan tanda-tanda hipovolemik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat dan untuk mencegah atau mengendalikan perdarahan.
- Kriteria Hasil:
a. Kecepatan aliran darah pervaginam menurun
b. Tidak ada tanda-tanda syok
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
d. Uterus berkontraksi dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Perdarahan
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data tentang jumlah, kecepatan, dan karakteristik perdarahan.
- Aktivitas:
a. Identifikasi sumber perdarahan
b. Ukur jumlah perdarahan dengan kasa atau pembalut
c. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
d. Dokumentasikan jumlah, warna, dan konsistensi perdarahan
2. Manajemen Perdarahan
- Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan perdarahan.
- Aktivitas:
a. Lakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi
b. Berikan oksitosin sesuai instruksi
c. Lakukan kompresi abdomen untuk mencegah perdarahan
d. Lakukan penjahitan episiotomi jika perlu
3. Edukasi Pencegahan Perdarahan
- Definisi: Penyampaian informasi tentang cara mencegah atau mengendalikan perdarahan.
- Aktivitas:
a. Jelaskan penyebab dan gejala perdarahan pasca persalinan
b. Ajarkan teknik masase uterus
c. Anjurkan untuk segera melaporkan perdarahan berlebihan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien adalah Perdarahan Pasca Persalinan karena pasien menunjukkan tanda-tanda perdarahan berlebihan, seperti uterus lembek, perdarahan pervaginam lebih dari 500 ml, dan tanda-tanda hipovolemik (pusing).
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perdarahan, yang meliputi kemampuan untuk mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat dan mencegah atau mengendalikan perdarahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Pemantauan Perdarahan, Manajemen Perdarahan, dan Edukasi Pencegahan Perdarahan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber perdarahan, mengendalikannya, dan mencegah terjadinya perdarahan yang berlebihan lebih lanjut. -
Article No. 8726 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 22 tahun, di ruang nifas, melahirkan 8 jam yang lalu. Pasien mengeluh nyeri perut, keluar darah pervaginam, pusing. Hasil pemeriksaan uterus lembek, kontraksi lemah, keluar darah pervaginam lebih dari 500 ml, terdapat luka episiotomy, TTV TD: 100/80 mmHg, frekuensi Nafas : 24 x/mnt, suhu: 36 C. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut ??
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan analisis kondisi pasien dan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien adalah seorang perempuan berusia 22 tahun yang baru melahirkan 8 jam yang lalu di ruang nifas. Pasien mengeluh nyeri perut, keluar darah pervaginam, dan pusing. Hasil pemeriksaan menunjukkan uterus yang lembek, kontraksi yang lemah, perdarahan pervaginam lebih dari 500 ml, adanya luka episiotomi, serta tanda-tanda vital yang tidak stabil (TD 100/80 mmHg, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 36°C).
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien ini adalah:
1. Perdarahan Postpartum (SDKI)
Definisi: Kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital setelah kelahiran bayi, baik segera maupun dalam 24-48 jam berikutnya.
Gejala dan tanda: Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml, uterus yang lembek, kontraksi uterus yang lemah.
2. Nyeri Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Gejala dan tanda: Pasien mengeluh nyeri perut.
3. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (SDKI)
Definisi: Perubahan tanda-tanda vital yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kesehatan.
Gejala dan tanda: TD 100/80 mmHg, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 36°C.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SLKI dan SIKI meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemberian oksigen
- Pengelolaan perdarahan
- Pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri
- Edukasi dan dukungan emosional bagi pasien
Dengan penatalaksanaan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat segera pulih dan kembali ke kondisi yang stabil. -
Article No. 8727 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 22 tahun, di ruang nifas, melahirkan 8 jam yang lalu. Pasien mengeluh nyeri perut, keluar darah pervaginam, pusing. Hasil pemeriksaan uterus lembek, kontraksi lemah, keluar darah pervaginam lebih dari 500 ml, terdapat luka episiotomy, TTV TD: 100/80 mmHg, frekuensi Nafas : 24 x/mnt, suhu: 36 C. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut ??
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Perdarahan pasca persalinan berhubungan dengan atonia uteri, luka episiotomi, dan kontraksi uterus yang lemah, ditandai dengan perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perdarahan terkendali: Pasien tidak mengalami perdarahan yang melebihi 500 ml dan kondisi hemodinamik stabil.
2. Rasa nyaman: Pasien melaporkan nyeri perut berkurang dan tidak ada rasa pusing.
3. Pengetahuan tentang perawatan diri: Pasien dapat menjelaskan tanda-tanda perdarahan dan komplikasi yang perlu diperhatikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam secara teratur.
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
3. Berikan obat-obatan uterotonika (misalnya oksitosin, ergometrin) sesuai instruksi dokter untuk meningkatkan kontraksi uterus.
4. Lakukan kompresi uterus secara manual untuk menstimulasi kontraksi uterus.
5. Pasang pembalut wanita yang bersih dan serap untuk menghentikan perdarahan.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan lanjutan jika perdarahan tidak terkendali.
7. Berikan analgesik (misalnya parasetamol) untuk mengurangi nyeri perut.
8. Ajarkan pasien tentang tanda-tanda perdarahan dan komplikasi yang perlu diperhatikan, serta langkah-langkah perawatan diri.
9. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
Penjelasan:
1. Diagnosa keperawatan "Perdarahan pasca persalinan" dipilih karena pasien mengalami perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml, disertai uterus yang lembek dan kontraksi yang lemah. Hal ini sesuai dengan definisi perdarahan pasca persalinan.
2. Luaran yang diharapkan adalah pengendalian perdarahan, kenyamanan pasien, dan peningkatan pengetahuan pasien tentang perawatan diri. Hal ini bertujuan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat perdarahan dan memastikan pasien dapat melakukan perawatan diri dengan baik.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengendalikan perdarahan, mengurangi nyeri, dan meningkatkan pengetahuan pasien. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, obat-obatan uterotonika, kompresi uterus, dan kolaborasi dengan dokter merupakan intervensi utama untuk mengendalikan perdarahan. Pemberian analgesik dan edukasi kepada pasien juga penting untuk meningkatkan kenyamanan dan pengetahuan pasien. -
Article No. 8728 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan, 22 tahun, di ruang nifas, melahirkan 8 jam yang lalu. Pasien mengeluh nyeri perut, keluar darah pervaginam, pusing. Hasil pemeriksaan uterus lembek, kontraksi lemah, keluar darah pervaginam lebih dari 500 ml, terdapat luka episiotomy, TTV TD: 100/80 mmHg, frekuensi Nafas : 24 x/mnt, suhu: 36 C. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut ??
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi bahwa pasien mengalami kondisi berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O72.1
- Deskripsi: Perdarahan postpartum segera
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.94
- Deskripsi: Pemantauan uterus, postpartum
Penjelasan detail:
Pasien, seorang perempuan berusia 22 tahun, yang baru saja melahirkan 8 jam yang lalu, mengeluhkan nyeri perut, perdarahan pervaginam, dan pusing. Hasil pemeriksaan menunjukkan uterus yang lembek dengan kontraksi yang lemah, serta keluaran darah pervaginam yang melebihi 500 ml. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis Perdarahan postpartum segera (kode ICD-10 O72.1).
Perdarahan postpartum segera adalah perdarahan abnormal yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran. Kondisi ini dapat disebabkan oleh atonia uteri (uterus yang tidak berkontraksi dengan baik), retensio plasenta, atau laserasi jalan lahir, seperti luka episiotomi yang terlihat pada pasien.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah pemantauan uterus, postpartum (kode ICD-9-CM 75.94), yang meliputi pemeriksaan kontraksi uterus, perdarahan, dan tanda-tanda vital secara berkala untuk memastikan pemulihan yang baik.
Masalah keperawatan yang tepat pada kasus ini adalah:
1. Risiko perdarahan yang berhubungan dengan atonia uteri, retensio plasenta, atau laserasi jalan lahir.
2. Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi uterus dan luka episiotomi.
3. Pusing yang berhubungan dengan hipovolemia akibat perdarahan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, dan perdarahan secara berkala.
- Pemberian oksitosik untuk meningkatkan kontraksi uterus.
- Pemberian cairan intravena untuk mengatasi hipovolemia.
- Pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi dan tatalaksananya.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dari kondisi perdarahan postpartum segera yang dialaminya. -
Article No. 8729 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, umur 30 tahun, melahirkan bayi laki-laki 2 hari yang lalu dengan umur kehamilan 36 minggu dan berat badan lahir :2400 gr. Hasil pengkajian: bayi mengigil, kulit teraba dingin, lemak subcutan sedikit, kulit tipis, dasar kuku sianotik, dan merintih. Apakah pengkajian selanjutnya yang dilakukan perawat pada kasus tersebut??
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus yang Ibu sampaikan.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Ibu paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Hipotermia" (SDKI, 2017). Pada kasus ini, bayi mengalami kondisi di mana suhu tubuhnya di bawah normal, ditandai dengan gejala seperti menggigil, kulit teraba dingin, lemak subcutan yang sedikit, kulit tipis, dasar kuku sianotik, dan merintih.
2. Pengkajian Selanjutnya:
Setelah menetapkan diagnosis keperawatan, perawat selanjutnya perlu melakukan pengkajian yang lebih komprehensif, antara lain:
a. Melakukan pengukuran suhu tubuh bayi secara akurat.
b. Menilai tanda-tanda vital lain, seperti denyut nadi, frekuensi napas, dan tekanan darah.
c. Mengkaji lebih lanjut tanda-tanda klinis hipotermia, seperti aktivitas, responsivitas, dan warna kulit.
d. Menggali riwayat persalinan dan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab hipotermia pada bayi (misalnya, prematuritas, kelahiran di lingkungan yang dingin, dll.).
e. Mengevaluasi asupan nutrisi dan cairan bayi.
f. Memeriksa tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain yang mungkin terjadi.
3. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan bayi dapat mencapai luaran/output berikut:
a. Suhu tubuh bayi kembali normal (36,5-37,5°C).
b. Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.
c. Bayi tidak menggigil dan terlihat lebih nyaman.
d. Warna kulit bayi normal, tidak sianosis.
e. Bayi dapat menyusu dengan baik dan asupan nutrisi serta cairan terpenuhi.
f. Tidak ada tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain.
4. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan berikut:
a. Mempertahankan suhu lingkungan yang optimal (suhu ruangan 24-26°C) dengan menggunakan inkubator atau selimut hangat.
b. Melakukan pemanasan aktif pada bayi, seperti menggunakan botol air hangat atau lampu penghangat.
c. Memantau suhu tubuh bayi secara berkala dan melakukan tindakan penanganan segera jika suhu tubuh belum mencapai normal.
d. Mempertahankan posisi bayi untuk memaksimalkan konservasi panas, seperti posisi fleksi dengan ekstremitas terlipat.
e. Memberikan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan bayi.
f. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda klinis lain secara ketat.
g. Melakukan pencegahan dan penanganan infeksi, jika diperlukan.
h. Memberikan edukasi dan dukungan kepada keluarga mengenai perawatan bayi dengan hipotermia.
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan. Semoga informasi ini dapat membantu Ibu dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada bayi dengan hipotermia. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.