Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8871 | 13 Dec 2024
Klinis : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun tanpa sebab sariawan tidak kunjung sembuh, sering mengalami perdarahan pada gusi pada tiap beberapa jam sekali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan bahasa akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Volume Cairan Tubuh (SDKI: Imbalance of Fluid Volume)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Gejala dan tanda: Pasien mengeluhkan sering merasa pusing, lemas, demam, berat badan menurun, sariawan yang tidak kunjung sembuh, dan sering mengalami perdarahan pada gusi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan tidak ada keluhan terkait penurunan volume cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, edukasi tentang asupan cairan yang adekuat, serta pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi.
Dengan diagnosa keperawatan Penurunan Volume Cairan Tubuh, perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai untuk mempertahankan volume cairan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 8704 | 12 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 5 orang luka ringan. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Fisik Berhubungan Dengan Bencana Alam (Gempa Bumi)
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap potensi cedera fisik akibat faktor eksternal yang bersumber dari situasi bencana alam.
- SLKI: Kriteria Hasil - Bebas dari cedera fisik selama bencana alam, Kemampuan penanganan saat bencana alam, Kesiapan dalam menghadapi bencana alam.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Bencana, Promosi Keselamatan, Pemberian Obat.
2. Gangguan Pola Napas Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan untuk bernapas secara normal.
- SLKI: Kriteria Hasil - Frekuensi napas normal, Irama napas normal, Kedalaman napas normal.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi, Observasi Tanda Vital.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap kehilangan darah yang berlebihan dari pembuluh darah.
- SLKI: Kriteria Hasil - Tidak ada perdarahan aktif, Tanda vital stabil, Jumlah darah dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Perdarahan, Pemberian Cairan Intravena, Pemantauan Tanda Vital.
4. Risiko Syok Berhubungan Dengan Trauma Fisik
- SDKI: Definisi - Kerentanan terhadap penurunan curah jantung yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI: Kriteria Hasil - Hemodinamik stabil, Perfusi jaringan adekuat, Tidak ada tanda-tanda syok.
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Syok, Manajemen Cairan, Pemantauan Tanda Vital.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menjelaskan intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8705 | 12 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Etiologi: Hipertensi, penyebab tidak jelas.
- Gejala dan tanda: Pasien mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Pasien tampak meringis dengan skala nyeri 8/10.
2. Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan yang dirasakan.
- Etiologi: Nyeri akut.
- Gejala dan tanda: Pasien tampak kelelahan dan tidak mampu melakukan aktivitas rutin.
3. Risiko perubahan perfusi serebral
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup.
- Etiologi: Hipertensi.
- Gejala dan tanda: Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah yang tinggi (180/100 mmHg).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode Dx - 00132
2. Intoleransi aktivitas: Kode Dx - 00092
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode Dx - 00236
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode LO - 00132 "Kontrol Nyeri"
2. Intoleransi aktivitas: Kode LO - 00092 "Toleransi Aktivitas"
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode LO - 00236 "Perfusi Serebral"
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Kode IP - 00132 "Manajemen Nyeri"
2. Intoleransi aktivitas: Kode IP - 00092 "Peningkatan Toleransi Aktivitas"
3. Risiko perubahan perfusi serebral: Kode IP - 00236 "Manajemen Perfusi Serebral"
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 8706 | 12 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki, 45 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada sejak 3 jam yang lalu, terutama saat aktivitas. Nyeri berkurang saat istirahat. Pasien juga merasa sesak napas dan keringat dingin. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah: 160/100 mmHg, HR: 98 x/menit, Pernapasan: 24 x/menit, Suhu: 36,5°C, saturasi oksigen: 95%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokardium, ditandai dengan keluhan nyeri dada, nyeri yang berkurang saat istirahat, dan pembatasan aktivitas.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas miokardium, ditandai dengan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah tinggi, dan sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut:
a. Kriteria hasil: Pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada, skala nyeri menurun dari 8 menjadi 3 atau kurang.
b. Kriteria hasil: Pasien dapat beraktivitas tanpa pembatasan akibat nyeri.
2. Perfusi jaringan kardiak:
a. Kriteria hasil: Pasien mendemonstrasikan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik, ditandai dengan akral hangat, turgor kulit baik, dan tekanan darah dalam batas normal.
b. Kriteria hasil: Pasien melaporkan berkurangnya sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen nyeri:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, frekuensi, kualitas).
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan nyeri.
2. Manajemen perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Kaji tanda-tanda hipoperfusi jaringan (akral dingin, turgor kulit, tekanan darah).
d. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan penurunan curah jantung.
3. Manajemen aktivitas:
a. Batasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien.
b. Ajarkan teknik untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
c. Berikan edukasi terkait pentingnya aktivitas yang teratur.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokardium, ditandai dengan keluhan nyeri dada, nyeri yang berkurang saat istirahat, dan pembatasan aktivitas. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada jantung yang menyebabkan nyeri.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas miokardium, ditandai dengan akral teraba dingin, turgor kulit menurun, tekanan darah tinggi, dan sesak napas. Ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Kriteria hasil pada nyeri akut adalah pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada dan dapat beraktivitas tanpa pembatasan akibat nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengurangi nyeri pasien.
- Kriteria hasil pada perfusi jaringan kardiak adalah pasien mendemonstrasikan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik, seperti akral hangat, turgor kulit baik, tekanan darah dalam batas normal, serta pasien melaporkan berkurangnya sesak napas. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan berhasil meningkatkan perfusi jaringan kardiak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen nyeri: Mengidentifikasi karakteristik nyeri, memberikan analgesik, mengajarkan teknik relaksasi, serta berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan nyeri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
- Manajemen perfusi jaringan: Memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, mengkaji tanda-tanda hipoperfusi jaringan, serta berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan penurunan curah jantung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan kardiak.
- Manajemen aktivitas: Membatasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien, mengajarkan teknik untuk melakukan aktivitas secara bertahap, serta memberikan edukasi terkait pentingnya aktivitas yang teratur. Hal ini bertujuan untuk membantu pasien beraktivitas dengan aman dan efektif. -
Article No. 8707 | 12 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan digigit tawon
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang digigit tawon, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan gigitan tawon
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ekspresi nyeri menurun
2. Durasi nyeri menurun
3. Tingkat ketidaknyamanan menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi farmakologis
3. Kompres dingin
4. Edukasi manajemen nyeri
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk membantu mengurangi nyeri akibat gigitan tawon yang dialami oleh pasien. Kami akan bekerja sama untuk memastikan pemulihan yang optimal. -
Article No. 8708 | 12 Dec 2024
Klinis : Pasien perempuan 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing ,mual, sakit kepala dirasakan sejak tadi malam , hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak meringis skala nyeri 8/10 tekanan darah 180/100 mmHg. HR ;80× menit pernapasan 22× / menit. Suhu ;36,7°C Saturasi oksigen :98% hasil pemeriksaan diagnostik menunjukkan tidak ada kelainan struktural ada CT scan kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan (sakit kepala hebat) ditandai dengan pasien mengeluh sakit kepala hebat, pusing, mual, dan tampak meringis dengan skala nyeri 8/10.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan rasa nyeri hingga skala 2-4 dalam waktu 30-60 menit setelah intervensi.
2. Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD 120-140/80-90 mmHg, HR 60-100x/menit, RR 12-20x/menit, Suhu 36,5-37,5°C).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus).
2. Berikan obat analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres dingin.
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala dan lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya jika terjadi perubahan yang signifikan.
5. Berikan dukungan emosional dan informasi tentang proses penyakit serta manajemen nyeri yang sedang dijalani pasien.
6. Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi pasien.
7. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit, manajemen nyeri, dan gaya hidup sehat.
Penjelasan:
1. Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan cedera jaringan (sakit kepala hebat) didasarkan pada keluhan pasien yang mengeluh sakit kepala hebat, pusing, mual, dan tampak meringis dengan skala nyeri 8/10.
2. Luaran/output yang diharapkan adalah penurunan rasa nyeri hingga skala 2-4, kemampuan pasien dalam mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan stabilitas tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah pengkajian nyeri komprehensif, pemberian analgesik, penerapan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian dukungan emosional dan informasi, kolaborasi dengan ahli gizi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8709 | 12 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
- Batasan Karakteristik (SDKI):
- Laporan pasien tentang intensitas nyeri yang tinggi
- Ekspresi wajah mengernyit
- Gerakan tubuh terbatas
2. Ketidakefektifan Perfusi Serebral
- Definisi: Aliran darah ke otak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
- Batasan Karakteristik (SDKI):
- Tekanan darah tinggi
- Kecemasan
- Mual
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Standar yang digunakan untuk menetapkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, standar diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Ketidakefektifan Perfusi Serebral. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengkaji karakteristik nyeri pasien
- Memberikan obat pereda nyeri sesuai instruksi dokter
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Memantau tekanan darah dan tanda-tanda vital pasien
- Memberikan posisi semi-fowler untuk meningkatkan perfusi serebral
- Mengobservasi adanya tanda-tanda peningkatan intrakranial. -
Article No. 8710 | 12 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder akibat hipertensi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ekspresi Nyeri: Skala nyeri menurun dari 8/10 menjadi 2-4/10.
2. Pengendalian Nyeri: Pasien mampu mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik non-farmakologis.
3. Status Sirkulasi: Tekanan darah menurun ke dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis yang sesuai, seperti analgesik untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, dan distraksi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Hipertensi:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis yang sesuai, seperti antihipertensi.
- Ajarkan pasien strategi manajemen hipertensi, seperti modifikasi gaya hidup, diet rendah garam, dan aktivitas fisik.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Pemantauan Peningkatan Tekanan Intrakranial:
- Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan tingkat kesadaran, mual, dan penurunan fungsi saraf.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan, seperti CT scan kepala.
- Ajarkan pasien dan keluarga tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial, seperti menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial sekunder akibat hipertensi" didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi yang dialami pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup penurunan skala nyeri, kemampuan pasien dalam mengendalikan nyeri, dan penurunan tekanan darah ke batas normal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gejala yang dialami pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen hipertensi, dan pemantauan peningkatan tekanan intrakranial. Manajemen nyeri dilakukan dengan pengkajian nyeri, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta evaluasi efektivitas. Manajemen hipertensi dilakukan dengan pemantauan tanda-tanda vital, intervensi farmakologis, dan edukasi manajemen hipertensi. Pemantauan peningkatan tekanan intrakranial dilakukan dengan pengkajian tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, pemeriksaan diagnostik, dan edukasi pencegahan peningkatan tekanan intrakranial.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, kemampuan mengendalikan nyeri, dan penurunan tekanan darah, sehingga dapat memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 8711 | 12 Dec 2024
Klinis : Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 5 orang luka ringan. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa terjadi bencana gempa bumi di rumah sakit yang menyebabkan berbagai dampak, termasuk kebakaran dan korban luka. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Respon Fisik Terkait Bencana
- SDKI: Trauma Fisik Akut
- SLKI: Penanganan Trauma Fisik Akut
- SIKI: Intervensi Keperawatan Penanganan Trauma Fisik Akut
b. Respon Psikologis Terkait Bencana
- SDKI: Kecemasan Terkait Bencana
- SLKI: Manajemen Kecemasan Terkait Bencana
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Kecemasan Terkait Bencana
c. Masalah Keamanan Lingkungan
- SDKI: Risiko Cedera Akibat Kebakaran
- SLKI: Manajemen Keselamatan Kebakaran
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Keselamatan Kebakaran
2. Penjelasan Singkat:
a. Respon Fisik Terkait Bencana:
Pasien mengalami trauma fisik akut akibat gempa bumi, seperti luka, perdarahan, fraktur, dan tanda-tanda syok. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi penilaian kondisi pasien, stabilisasi hemodinamik, perawatan luka, dan tindakan penanganan trauma sesuai kondisi.
b. Respon Psikologis Terkait Bencana:
Pasien dan petugas kesehatan dapat mengalami kecemasan terkait bencana yang terjadi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan dukungan emosional, teknik relaksasi, dan edukasi tentang cara mengelola kecemasan.
c. Masalah Keamanan Lingkungan:
Adanya kebakaran di salah satu ruangan akibat konsleting listrik menimbulkan risiko cedera akibat kebakaran. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi tindakan evakuasi, pengendalian sumber api, dan tindakan pemadaman api sesuai prosedur keselamatan kebakaran di rumah sakit.
Dalam situasi bencana seperti ini, diperlukan kerja sama tim yang baik antara petugas kesehatan untuk menangani berbagai masalah kesehatan dan keselamatan yang timbul, serta memastikan keamanan dan keselamatan pasien dan petugas. -
Article No. 8712 | 12 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Pasien perempuan, 60 tahun, mengeluh sakit kepala hebat, pusing, dan mual. Sakit kepala dirasakan sejak tadi malam. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tampak menringis, skala nyeri 8/10, Tekanan darah: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu: 36,7°C, Saturasi oksigen: 98%, hasil pemeriksaan Diagnostik menunjukkan Tidak ada kelainan struktural pada CT scan kepala.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah "Nyeri Kepala" (SDKI 2017). Pasien mengeluhkan sakit kepala hebat, pusing, dan mual, yang merupakan gejala klasik dari nyeri kepala. Riwayat hipertensi pada pasien juga dapat berkontribusi terhadap nyeri kepala.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Tujuan setelah intervensi keperawatan adalah pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri kepala dari 8/10 menjadi 4/10 atau kurang.
2. Hemodinamik Stabil: Tujuan setelah intervensi keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, yaitu 120-140/80-90 mmHg.
3. Manajemen Tanda-Tanda Vital: Tujuan setelah intervensi keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal, yaitu frekuensi nadi 60-100 x/menit, frekuensi pernapasan 12-20 x/menit, dan suhu tubuh 36,5-37,5°C.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai resep.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyeri.
d. Evaluasi efektivitas terapi nyeri dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
a. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Identifikasi tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik dan segera laporkan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan hipertensi sesuai protokol.
d. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memantau tanda-tanda vital di rumah.
3. Edukasi Kesehatan:
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan nyeri kepala.
b. Ajarkan strategi manajemen diri untuk mencegah atau mengurangi episode nyeri kepala.
c. Dorong pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri, stabilitas hemodinamik, dan manajemen tanda-tanda vital yang optimal. Hal ini akan membantu pasien dalam pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.