Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8828 | 13 Dec 2024
Klinis : Mohon buatkan keluhan data subyektif dan obyektif pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan pada penderita DM yang tidak obat teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai kekurangan atau tidak adanya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Data Subjektif:
1. Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakit diabetes mellitus (DM) dan manajemen pengobatannya.
2. Klien menyatakan tidak memahami pentingnya keteraturan dalam mengonsumsi obat DM.
Data Objektif:
1. Klien tidak dapat menyebutkan tanda dan gejala DM.
2. Klien tidak dapat menjelaskan pentingnya pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan DM.
3. Klien tidak dapat menjelaskan konsekuensi dari tidak minum obat DM secara teratur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai kekurangan atau ketidakmampuan dalam memperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar tentang kondisi, perawatan, pengobatan, bahaya potensial, dan/atau pentingnya perubahan gaya hidup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Defisit Pengetahuan adalah Peningkatan Pengetahuan, yaitu kemampuan untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar tentang kondisi, perawatan, pengobatan, bahaya potensial, dan/atau pentingnya perubahan gaya hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Defisit Pengetahuan pada penderita DM yang tidak minum obat teratur antara lain:
1. Pendidikan Kesehatan: memberikan informasi tentang DM, pentingnya pengobatan teratur, dan dampak ketidakteraturan pengobatan.
2. Diskusi: mendiskusikan pemahaman dan persepsi klien tentang DM dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
3. Umpan Balik: memberikan umpan balik positif ketika klien menunjukkan peningkatan pemahaman dan partisipasi dalam perawatan diri.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8829 | 13 Dec 2024
Klinis : Mohon buatkan keluhan data subyektif dan obyektif pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan pada penderita DM yang tidak obat teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit pengetahuan pada penderita DM yang tidak minum obat teratur.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan tidak memahami pengobatan diabetes mellitus.
- Pasien mengatakan tidak rutin minum obat diabetes.
- Pasien mengatakan ingin belajar lebih banyak tentang pengelolaan diabetes.
Data Objektif:
- Pasien tidak dapat menjelaskan dengan benar cara penggunaan obat diabetes.
- Pasien tidak dapat menyebutkan tanda-tanda komplikasi diabetes.
- Pasien tidak dapat menjelaskan pentingnya pengobatan diabetes yang teratur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan memiliki kode PN pada SDKI. Definisi dari PN adalah "Kurangnya atau ketidakakuratan informasi kognitif yang dimiliki individu atau kelompok tentang topik tertentu."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Defisit Pengetahuan adalah Peningkatan Pengetahuan (PH), dengan definisi "Tingkat pengetahuan individu atau kelompok yang meningkat tentang suatu topik."
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Pengetahuan meliputi:
1. Edukasi Kesehatan (ED): Memberikan informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan individu atau kelompok.
2. Manajemen Diabetes (DM): Membantu individu dengan diabetes untuk mencapai kontrol glukosa darah yang optimal.
3. Manajemen Obat (MO): Membantu individu untuk memahami dan menggunakan obat secara aman dan efektif.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat memahami pentingnya pengobatan diabetes yang teratur dan dapat mengelola kondisi diabetes dengan baik. -
Article No. 8830 | 13 Dec 2024
Klinis : Mohon buatkan keluhan data subyektif dan obyektif pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan pada penderita DM yang tidak obat teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit pengetahuan pada penderita DM yang tidak minum obat teratur.
Diagnosis Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan tidak mengetahui pentingnya minum obat DM secara teratur.
2. Pasien mengatakan tidak memahami dampak dari tidak minum obat DM secara teratur.
Data Objektif:
1. Pasien tidak dapat menyebutkan tanda-tanda komplikasi DM yang dapat terjadi akibat tidak minum obat secara teratur.
2. Pasien tidak dapat menjelaskan cara penggunaan obat DM yang benar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan
- Definisi: Ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
- Penyebab: Kurangnya paparan, Kurangnya minat, Kurangnya motivasi, Gangguan kognitif.
- Gejala dan Tanda: Pernyataan pasien, Pertanyaan pasien, Kemampuan verbal yang terbatas, Kemampuan kognitif yang terbatas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengetahuan Perilaku Kesehatan
- Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang informasi yang berkaitan dengan perilaku sehat.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menyebutkan penyakit yang diderita, Pasien dapat mengidentifikasi pentingnya minum obat DM secara teratur, Pasien dapat menjelaskan dampak dari tidak minum obat DM secara teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi Kesehatan
- Definisi: Pemberian informasi yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien.
- Aktivitas: Menjelaskan pentingnya minum obat DM secara teratur, Mengajarkan cara penggunaan obat DM yang benar, Memberikan informasi tentang dampak dari tidak minum obat DM secara teratur.
Dengan demikian, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan defisit pengetahuan karena tidak minum obat DM secara teratur adalah Defisit Pengetahuan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya minum obat DM secara teratur dan dampak dari tidak minum obat secara teratur. -
Article No. 8831 | 13 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan di gigit serangga di jari tangan sebelah kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan digigit serangga di jari tangan kanan adalah "Integritas Kulit Terganggu". Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami kerusakan pada integritas kulit akibat gigitan serangga di jari tangan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Penyembuhan Luka: Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka pada area yang terkena gigitan serangga, seperti berkurangnya kemerahan, pembengkakan, dan nyeri.
2. Pemulihan Fungsi: Pasien dapat menggunakan jari tangan yang terkena gigitan serangga tanpa adanya keterbatasan fungsi atau rasa nyeri.
3. Pencegahan Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi pada luka atau reaksi alergi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan Luka:
- Membersihkan luka dengan air hangat dan sabun lembut
- Menerapkan salep antibiotik topikal sesuai resep dokter
- Membalut luka dengan perban steril
- Memantau tanda-tanda infeksi dan melaporkan ke dokter jika diperlukan
2. Manajemen Nyeri:
- Mengevaluasi tingkat nyeri pasien menggunakan skala nyeri
- Memberikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres dingin
3. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi
- Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan mencegah gigitan serangga di masa depan
- Memberikan dukungan psikologis dan membantu pasien mengatasi kecemasan atau ketakutan terkait kondisinya
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penyembuhan luka, pemulihan fungsi, dan pencegahan komplikasi. Sebagai perawat, saya akan terus memantau dan mengevaluasi kemajuan pasien, serta berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 8832 | 13 Dec 2024
Klinis : berikan masalah keperawatan psikologis: SKENARIO BLOK MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA Pada tanggal 9 Desember 2024 terjadi gempa bumi, guncangannya sangat terasa di rumah sakit lantai 2,3,4. Pada saat terjadi guncangan, seluruh karyawan melakukan drop, hold dan cover. Perawat yang bertugas di masing-masing lantai berjumlah 4 perawat pelaksana, 1 ketua tim dan 1 kepala ruangan dengan jumlah pasien 8-10 orang. Setelah gempa berhenti, tim K3 menginformasikan di grup skala MMI gempa yang terjadi, petugas security menghubungi komandan bencana RS dan menginformasikan kondisi bangunan. Komandan bencana segera memerintahkan kepada tim security untuk memeriksa apakah ada korban di seluruh lantai, tim IPSRS memeriksa bangunan seluruh lantai, kepala ruangan cek kondisi pasien dan menelepon operator untuk membunyikan code green. Pasien lantai 4 berteriak kebakaran di ruangannya, api muncul akibat konsleting listrik dan menyambar dokumen sehingga menyebabkan smoke detector berbunyi, perawat segera datang dan membantu mengevakuasi pasien, petugas operator menyampaikan code red di lantai 4, kepala ruangan segera membagi tugas kepada tim code red (petugas helm merah, helm biru, dan helm kuning). Gempa kembali terjadi, komandan bencana meminta operator mengaktifkan code purple. Gempa susulan ini mengakibatkan gedung area kantin RS roboh yang menyebabkan beberapa korban. Adapun rincian korban : 5 orang luka ringan. Satu orang perempuan usia 37 tahun, GCS E2M2V2, TD : 70/45 mmhg, frekuensi nadi= 74x/mnt, dispnea, terdengar snoring, palpitasi, bradikardi, perdarahan dari area ankle, retraksi intercostea, S 35,3ºC, akral dingin dengan cyanosis, laserasi pada temporal dextra, racoon eyes, Seorang laki-laki, usia 52 tahun terdapat open fraktur femoral sinistra, GCS E3 M4 V3, terdapat perdarahan pada daerah luka, deformitas, crepitasi pada os tibia sinistra, laserasi klavikula sinistra. Cyanosis dan akral dingin pada daerah ekstermitas, CRT > 3 detik. Tekanan Darah 100/70 mmhg, frekuensi nadi 122x/mnt, frekuensi napas 32x/mnt, suhu = 35,3ºC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario tersebut, berikut adalah diagnosa keperawatan psikologis beserta penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan adalah respons emosional dan perilaku individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak pasti dan tidak diketahui.
- SLKI: Klien menunjukkan respons emosional dan perilaku yang mengindikasikan adanya rasa takut, khawatir, atau was-was terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak pasti dan tidak diketahui.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan terapi relaksasi
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi saat ini
2. Diagnosa Keperawatan: Respon Traumatis
- SDKI: Respon traumatis adalah respons emosional, kognitif, perilaku, dan fisiologis individu terhadap peristiwa atau pengalaman yang menimbulkan rasa takut, tidak berdaya, dan horor.
- SLKI: Klien menunjukkan respons emosional, kognitif, perilaku, dan fisiologis yang mengindikasikan adanya rasa takut, tidak berdaya, dan horor akibat peristiwa atau pengalaman traumatis.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi tanda dan gejala respon traumatis
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental
- Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
- Berikan pendidikan kesehatan tentang mekanisme koping yang sehat
Penjelasan singkat:
Dalam skenario ini, pasien-pasien di rumah sakit mengalami trauma akibat gempa bumi dan kebakaran yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan munculnya kecemasan dan respon traumatis pada pasien. Perawat perlu mengidentifikasi tanda dan gejala kecemasan serta respon traumatis pada pasien, kemudian melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah psikologis tersebut. -
Article No. 8833 | 13 Dec 2024
Klinis : Resiko ganguan citra diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Risiko Gangguan Citra Diri" dengan tone akademis dan persona perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Citra Diri
Definisi:
Risiko terjadinya perubahan persepsi dan perasaan negatif tentang diri sendiri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Citra Diri: Risiko terjadinya perubahan persepsi dan perasaan negatif tentang diri sendiri yang dapat menyebabkan penurunan harga diri, kesulitan dalam membina hubungan interpersonal, dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Citra Diri Positif
2. Harga Diri
3. Hubungan Interpersonal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Kelompok
2. Terapi Kognitif
3. Edukasi Citra Diri
4. Dukungan Emosional
5. Bimbingan Perilaku
Penjelasan Singkat:
Risiko Gangguan Citra Diri merupakan suatu kondisi di mana individu berisiko mengalami perubahan persepsi dan perasaan negatif tentang dirinya sendiri. Hal ini dapat berdampak pada penurunan harga diri, kesulitan dalam membina hubungan interpersonal, dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko ini antara lain terapi kelompok, terapi kognitif, edukasi citra diri, dukungan emosional, dan bimbingan perilaku. Tujuannya adalah untuk membantu klien mengembangkan citra diri positif, meningkatkan harga diri, dan membangun hubungan interpersonal yang baik.
Dengan mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk membantu klien mengatasi risiko gangguan citra diri. -
Article No. 8834 | 13 Dec 2024
Klinis : Resiko ganguan citra diri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi 'Resiko gangguan citra diri', berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R46.8
- Deskripsi: Gejala dan tanda lainnya yang berkaitan dengan penampilan dan perilaku
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk kondisi "Resiko gangguan citra diri". Hal ini karena kondisi ini merupakan suatu risiko atau gejala, bukan suatu diagnosis atau kondisi klinis yang memerlukan tindakan medis tertentu. Penanganan untuk kondisi ini biasanya melibatkan pendekatan psikologis dan terapeutik, seperti konseling atau terapi kognitif-perilaku, untuk membantu pasien mengatasi masalah citra diri.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 R46.8 (Gejala dan tanda lainnya yang berkaitan dengan penampilan dan perilaku) digunakan untuk mencatat adanya risiko atau gejala terkait gangguan citra diri, tanpa diagnosis spesifik.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah psikologis, sosial, atau budaya, yang dapat mempengaruhi persepsi dan penerimaan seseorang terhadap dirinya sendiri.
- Penanganan yang tepat biasanya melibatkan intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, untuk membantu pasien meningkatkan penerimaan dan kepercayaan diri.
Saya harap informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 8835 | 13 Dec 2024
Klinis : Ketidak patuhan terhadap terapi berhubungan dengan kepercayaan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "Ketidakpatuhan terhadap terapi berhubungan dengan kepercayaan" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Ketidakpatuhan" dengan definisi: Pola perilaku dan/atau tindakan yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi layanan kesehatan yang disepakati bersama dan dapat membahayakan kesehatan.
Penyebab dari diagnosa ini adalah "Kepercayaan", yang didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan, atau pemikiran yang dianut oleh individu atau kelompok terkait dengan kesehatan dan penyakit.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien dengan diagnosa ini antara lain: tidak mengikuti regimen pengobatan, tidak hadir pada jadwal pemeriksaan, dan menyampaikan pandangan/keyakinan yang berbeda dengan rekomendasi petugas kesehatan.
2. Luaran/Output SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
a. Patuh terhadap regimen pengobatan
b. Kepercayaan terhadap petugas kesehatan meningkat
c. Pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan meningkat
Indikator keberhasilan dari luaran tersebut dapat diukur melalui:
- Pasien mematuhi jadwal pengobatan dan pemeriksaan
- Pasien menyampaikan kepercayaan terhadap petugas kesehatan
- Pasien dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan
3. Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah:
a. Manajemen Regimen Pengobatan
- Identifikasi pemahaman pasien terkait regimen pengobatan
- Identifikasi hambatan/kendala dalam mematuhi regimen pengobatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menyesuaikan regimen pengobatan
- Berikan edukasi dan diskusi terkait pentingnya kepatuhan pengobatan
- Pantau kepatuhan pasien dalam menjalankan regimen pengobatan
b. Peningkatan Kepercayaan
- Bangun hubungan saling percaya dengan pasien
- Identifikasi keyakinan/kepercayaan pasien terkait kesehatan dan pengobatan
- Diskusikan secara terbuka dan empatis mengenai kepercayaan pasien
- Berikan informasi yang jelas dan akurat terkait kondisi kesehatan dan pengobatan
- Libatkan keluarga/significant other untuk mendukung kepercayaan pasien
c. Peningkatan Pengetahuan
- Identifikasi tingkat pengetahuan pasien terkait penyakit dan pengobatan
- Berikan edukasi yang terstruktur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
- Gunakan media yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman pasien
- Evaluasi pemahaman pasien setelah pemberian edukasi
- Libatkan keluarga/significant other dalam proses edukasi
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi dan memperkuat kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan, sehingga proses pengobatan dan pemulihan kesehatan dapat berjalan dengan optimal. -
Article No. 8836 | 13 Dec 2024
Klinis : Kurang pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi kesehatan yang akurat dan rendahnya literasi kesehatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Kurang pengetahuan". Kurang pengetahuan didefinisikan sebagai "Keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik" (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, pasien memiliki kurang pengetahuan tentang hipertensi yang disebabkan oleh kurangnya informasi kesehatan yang akurat dan rendahnya literasi kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pengetahuan: Pasien mendemonstrasikan pemahaman yang akurat tentang hipertensi, termasuk definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan pengelolaan.
2. Perilaku kesehatan: Pasien menunjukkan perilaku kesehatan yang sesuai dalam mengelola hipertensi, seperti patuh terhadap pengobatan, mempertahankan pola makan sehat, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
3. Partisipasi dalam perawatan kesehatan: Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan kesehatan terkait hipertensi, seperti melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan mengikuti saran/anjuran tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Kesehatan:
a. Asesmen: Kaji pengetahuan pasien tentang hipertensi, sumber informasi yang diperoleh, dan tingkat literasi kesehatan.
b. Edukasi: Berikan edukasi tentang hipertensi, termasuk definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, serta pengelolaan yang tepat.
c. Konseling: Diskusikan dengan pasien terkait pentingnya memahami dan mengelola hipertensi dengan baik. Dorong pasien untuk aktif bertanya dan terlibat dalam perawatan.
d. Evaluasi: Monitor dan evaluasi pemahaman serta perilaku pasien dalam mengelola hipertensi.
2. Peningkatan Literasi Kesehatan:
a. Identifikasi: Identifikasi tingkat literasi kesehatan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Edukasi: Berikan edukasi tentang sumber-sumber informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya, serta cara mengakses dan memahami informasi tersebut.
c. Fasilitasi: Fasilitasi pasien dalam mengakses dan memahami informasi kesehatan terkait hipertensi.
d. Evaluasi: Evaluasi peningkatan literasi kesehatan pasien melalui kemampuan dalam memahami, menerapkan, dan mengomunikasikan informasi kesehatan yang diperoleh.
Dengan menyediakan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku kesehatan, dan partisipasi dalam perawatan sehingga dapat mengelola hipertensi dengan baik. -
Article No. 8837 | 13 Dec 2024
Klinis : Lemas pusing sesak nafas rusak sejak dua minggu terakhir mudah lelah saat aktivitas ringan tekanan darah 90/60 mmhg HR 96 kali per menit konjungtiva pucat kulit pucat HB 8 gram per dl HT 28% mcv 70fl mikrotik perintis serum 10 mg per ML
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Lemas, pusing, mudah lelah saat aktivitas ringan, konjungtiva pucat, kulit pucat, HB 8 g/dL, HT 28%, MCV 70 fL.
2. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, tekanan darah 90/60 mmHg, HR 96 kali per menit.
3. Resiko Infeksi
Definisi: Peningkatan resiko terkena penyakit atau organisme patogen.
Karakteristik Definisi: Mikrotikmikrotik perintis, serum feritim 10 mg/mL.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator: Peningkatan berat badan, peningkatan kadar hemoglobin, peningkatan kadar hematokrit, peningkatan MCV.
- Target: Berat badan meningkat, Hb 12-16 g/dL, Hematokrit 36-46%, MCV 80-100 fL.
2. Peningkatan Curah Jantung
- Indikator: Peningkatan tekanan darah, penurunan laju jantung, penurunan gejala sesak napas.
- Target: TD 110/70 mmHg, HR 70-80 kali per menit, tidak ada gejala sesak napas.
3. Pencegahan Infeksi
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi, penurunan kadar serum feritim.
- Target: Tidak ada tanda-tanda infeksi, serum feritim <10 mg/mL.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Monitor asupan dan kebutuhan nutrisi
- Berikan nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi
2. Penurunan Curah Jantung:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Posisikan pasien untuk memudahkan pernapasan
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis
3. Risiko Infeksi:
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
- Lakukan manajemen defisiensi nutrisi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan data klinis yang ada, yaitu lemas, pusing, sesak napas, mudah lelah, tekanan darah rendah, nadi cepat, konjungtiva dan kulit pucat, serta hasil laboratorium menunjukkan anemia dan peradangan. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan nutrisi, peningkatan curah jantung, dan pencegahan infeksi. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi pemantauan, pemberian terapi nutrisi, pemberian oksigen, kolaborasi dengan dokter, dan edukasi pasien serta keluarga.