Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8934 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tuan A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi sekunder terhadap sesak napas.
2. Nyeri berhubungan dengan hipertensi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan riwayat stroke sebelumnya.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan energi sekunder terhadap sesak napas.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, Pemulihan toleransi aktivitas.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi.
2. Nyeri berhubungan dengan hipertensi.
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Pengurangan Nyeri, Pengendalian Nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Manajemen Hipertensi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan riwayat stroke sebelumnya.
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Peningkatan Perfusi Serebral, Stabilisasi Perfusi Serebral.
- SIKI: Manajemen Perfusi Serebral, Manajemen Stroke.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
- SDKI: Respons emosional terhadap sumber stres yang dianggap mengancam dan tidak mampu dihadapi.
- SLKI: Penurunan Kecemasan, Pengendalian Kecemasan.
- SIKI: Manajemen Kecemasan, Terapi Perilaku Kognitif.
Penjelasan singkat di atas menggambarkan diagnosa keperawatan dan standar keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang sesuai dengan kondisi Tuan A. Ini dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah. -
Article No. 8935 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tuan A yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan edema paru dan hipertrofi ventrikel kiri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan hipertensi.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan riwayat hipertensi dan stroke.
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan saat ini yang menghambat aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Napas:
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- SLKI: Peningkatan frekuensi, usaha, dan ketidaknyamanan saat bernafas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Ekspresi verbal atau nonverbal dari rasa sakit, ketidaknyamanan, atau sensasi tidak menyenangkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, seperti pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, dan manajemen lingkungan.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik:
- SDKI: Ancaman gangguan pada kemampuan tubuh untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
- SLKI: Perubahan tanda-tanda vital, perubahan status cairan, dan perubahan perfusi jaringan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau dan mempertahankan stabilitas hemodinamik, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan vasopressor.
4. Kecemasan:
- SDKI: Respons emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak diketahui atau dirasakan.
- SLKI: Ekspresi verbal atau nonverbal dari rasa khawatir, takut, atau prihatin.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan, seperti pemberian informasi, dukungan emosional, dan teknik relaksasi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan Tuan A. -
Article No. 8936 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan volume cairan interstisial paru akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Penjelasan singkat: Tuan A mengalami sesak napas yang memburuk akibat adanya edema paru yang ditunjukkan pada pemeriksaan foto toraks. Kondisi ini disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat komplikasi hipertensi.
Penjelasan singkat: Tuan A mengalami nyeri kepala hebat yang dirasakan berdenyut, terutama di daerah dahi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial yang terjadi sebagai komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang mengancam aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat: Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah.
Dalam standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan di atas berkaitan dengan:
1. SDKI: Pola Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, Kecemasan
2. SLKI: Peningkatan Ventilasi, Penatalaksanaan Nyeri, Penurunan Kecemasan
3. SIKI: Perawatan Disfungsi Pernafasan, Manajemen Nyeri, Manajemen Kecemasan -
Article No. 8937 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tuan A sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan dalam rongga toraks dan kelebihan cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pola napas yang tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi napas, pola napas abnormal, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Peningkatan tekanan intrathorasik, kelebihan cairan, dan penyakit paru.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan lancar.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, irama napas teratur, dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen cairan.
- Tindakan Keperawatan: Memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan memantau intake dan output cairan.
Diagnosis keperawatan ini didasarkan pada gejala sesak napas yang dirasakan oleh Tuan A, yang diduga terkait dengan peningkatan tekanan dalam rongga toraks dan kelebihan cairan (edema paru). Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen jalan napas, ventilasi, dan cairan untuk memastikan pola napas yang efektif. -
Article No. 8938 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tuan A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan masukan cairan dan penurunan kapasitas jantung, ditandai dengan sesak napas, edema paru, dan peningkatan tekanan darah.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit kardiovaskular, ditandai dengan nyeri kepala berdenyut, ketidaknyamanan, dan gangguan tidur.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan riwayat stroke.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Keadaan di mana individu mengalami kelebihan cairan tubuh yang ditandai dengan edema, dan gangguan pada fungsi organ.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan perfusi serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Luaran yang diharapkan adalah keseimbangan cairan yang memadai, eliminasi urin yang lancar, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan volume cairan.
2. Nyeri Akut: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri, mempertahankan pola tidur yang adekuat, dan tidak ada komplikasi terkait nyeri.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi penurunan perfusi serebral, tidak ada tanda-tanda kerusakan otak, dan fungsi kognitif yang tetap baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta pemberian diuretik dan pembatasan cairan sesuai indikasi.
2. Nyeri Akut: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, edukasi tentang nyeri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 8939 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tuan A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera/penyakit vaskuler sesuai temuan klinis.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru akibat hipertensi.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Manajemen Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
3. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak jelas dan nonspesifik.
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Dalam kasus Tuan A, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut berhubungan dengan cedera/penyakit vaskuler, ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru akibat hipertensi, dan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri akut, manajemen jalan napas, dan manajemen kecemasan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8940 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL Berikan alasan mengapa diagnosa nya pola napas tidak efektif?.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat dengan latar belakang akademis, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tuan A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Nyeri Akut
3. Kecemasan
Penjelasan singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memperoleh, menyalurkan, atau mempertukarkan oksigen dan/atau karbon dioksida pada tingkat yang diperlukan.
- Karakteristik Definitif: Perubahan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dispnea, dan ortopnea.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, dan kelemahan otot.
- Rasional: Tuan A mengalami sesak napas yang memburuk sejak pagi hari, terutama saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola napas yang tidak efektif.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan.
- Karakteristik Definitif: Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, gelisah, mengeluh nyeri, dan perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, cedera, dan proses patologis.
- Rasional: Tuan A mengalami nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat, terutama di bagian dahi. Nyeri tersebut mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
3. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Karakteristik Definitif: Gelisah, khawatir, sulit tidur, dan perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor Berhubungan: Perubahan status kesehatan, perubahan peran, dan perubahan lingkungan.
- Rasional: Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" sangat sesuai dengan kondisi Tuan A. Hal ini didasarkan pada gejala sesak napas yang memburuk saat melakukan aktivitas ringan, serta temuan pemeriksaan fisik yang menunjukkan bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan dalam memperoleh, menyalurkan, atau mempertukarkan oksigen dan/atau karbon dioksida pada tingkat yang diperlukan. -
Article No. 8941 | 14 Dec 2024
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ICU dengan syok sepsis. Hasil pengkajian: nadi 121 x/menit pulsasi lemah reguler, akral dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, tekanan darah 80/50 mmHg, produksi urine/ 24 jam 100 cc kuning pekat. Apa masalah pada pasien berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menganalisis kondisi Tn T berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dan memberikan penjelasan yang singkat namun komprehensif.
Berdasarkan hasil pengkajian yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi Tn T adalah:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Syok sepsis yang menyebabkan gangguan sistem kardiovaskuler.
- Tanda dan Gejala: Nadi lemah, akral dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, tekanan darah rendah.
Penjelasan singkat:
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada Tn T disebabkan oleh syok sepsis, yang menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler. Hal ini ditandai dengan nadi lemah, akral yang dingin, warna kulit yang pucat, turgor kulit yang menurun, serta tekanan darah yang rendah. Kondisi ini dapat mengancam kesehatan Tn T dan membutuhkan penanganan segera.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang sesuai adalah Perfusi Jaringan: Perifer, dengan kriteria hasil seperti tanda-tanda vital yang stabil, ekstremitas hangat, dan produksi urine yang adekuat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan antara lain Manajemen Syok, Manajemen Cairan, dan Monitoring Hemodinamik.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim medis lainnya untuk segera mengatasi masalah Tn T dan memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 8942 | 14 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 24 tahun, dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian: sopor, battle sign (+), RR 33x/menit, hiperventilasi, I:E rasio 1:3, retraksi dada (+), HR 103x/menit, TD 132/86 mmHg, SpO2 95%, CRT > 2 detik, pH; 7.36, pCO2 28 mmHg, HCO3 40 mEq/L. Apa masalah keperawatan yang tepat untuk pasien?? Question 14 Answer a. Gangguan pertukaran gas b. Risiko syok c. Penurunan curah jantung d. Pola napas tidak efektif e. Gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian yang diberikan, masalah keperawatan yang tepat untuk pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan ventilasi spontan
2. Risiko syok
Penjelasan:
1. Gangguan ventilasi spontan
- Ditandai dengan kondisi sopor, hiperventilasi, rasio I:E 1:3, retraksi dada (+), dan pCO2 yang rendah (28 mmHg).
- Hal ini menunjukkan gangguan dalam kemampuan pasien untuk bernapas secara efektif.
2. Risiko syok
- Ditandai dengan battle sign (+), HR yang meningkat (103x/menit), TD yang tinggi (132/86 mmHg), CRT > 2 detik, dan metabolik alkalosis (pH 7.36, HCO3 40 mEq/L).
- Hal ini menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan yang dapat menyebabkan risiko terjadinya syok.
Penjelasan Singkat Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SDKI:
- Merupakan standar yang memuat definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan gejala klinik dari diagnosa keperawatan.
SLKI:
- Merupakan standar yang memuat kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI:
- Merupakan standar yang memuat rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar-standar ini oleh perawat bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terarah, dan berkualitas sesuai dengan praktik keperawatan yang profesional. -
Article No. 8943 | 14 Dec 2024
Klinis : Perempuan, 45 tahun, dirawat di ICU dan terpasang ventilator dengan mode SIMV. Mode ventilator pasien kemudian diturunkan ke mode CPAP. Respon pasien terhadap penurunan tersebut: frekuensi napas meningkat, terlihat penggunaan otot bantu napas, gelisah, PF ratio < 250, kulit pucat, tekanan darah dan nadi juga meningkat. Apakah masalah keperawatan yang muncul pada pasien tersebut? Question 15 Answer a. Gangguan pertukaran gas b. Kecemasan c. Gangguan penyapihan ventilator d. Perfusi perifer tidak efektif e. Pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tersebut adalah:
1. Gangguan penyapihan ventilator (Diagnosa Keperawatan SDKI)
Penjelasan:
- Pasien mengalami peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dan gelisah setelah mode ventilator diturunkan ke CPAP, menunjukkan kesulitan dalam penyapihan ventilator.
- Hal ini dapat berdampak pada pertukaran gas yang tidak efektif, yang ditandai dengan penurunan rasio PaO2/FiO2 (PF ratio) < 250.
2. Pola napas tidak efektif (Diagnosa Keperawatan SDKI)
Penjelasan:
- Pasien menunjukkan gejala seperti peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, yang mengindikasikan pola napas yang tidak efektif.
- Hal ini dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas dan berdampak pada perfusi perifer yang tidak efektif.
3. Perfusi perifer tidak efektif (Diagnosa Keperawatan SDKI)
Penjelasan:
- Kulit pasien yang pucat, serta peningkatan tekanan darah dan nadi, dapat menunjukkan adanya perfusi perifer yang tidak efektif.
- Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan penyapihan ventilator dan pola napas tidak efektif, yang berdampak pada pertukaran gas dan oksigenasi jaringan.
4. Kecemasan (Diagnosa Keperawatan SDKI)
Penjelasan:
- Pasien yang gelisah setelah mode ventilator diturunkan dapat mengindikasikan adanya kecemasan.
- Kecemasan dapat mempengaruhi respons fisiologis pasien, seperti peningkatan frekuensi napas dan tanda-tanda vital.
Dengan demikian, berdasarkan SDKI, masalah keperawatan yang muncul pada pasien tersebut adalah Gangguan penyapihan ventilator, Pola napas tidak efektif, Perfusi perifer tidak efektif, dan Kecemasan.