Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8924 | 14 Dec 2024
Klinis : Nurindah Sari, 38 tahun, dirawat di RS setelah USG menunjukkan batu empedu dan wasir. Pasien mengeluhkan nyeri seperti tertusuk dengan skala 7, menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Keluhan nyeri sering kambuh hingga menyebabkan sesak napas. Riwayat keluarga menunjukkan ayah pasien memiliki batu empedu. Pasien telah diberikan UPCA 250 mg sebagai terapi. TTV: 140/101 mmhg, N: 64x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5, SpO2: 98, terpasang infus RL 200cc 20tpm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi batu empedu dan wasir, ditandai dengan nyeri seperti tertusuk, skala 7, menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan nyeri, ditandai dengan keluhan sesak napas.
3. Risiko dehidrasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan, ditandai dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi batu empedu dan wasir:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
- SLKI: Mampu mengenali dan melaporkan skala nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, tindakan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan nyeri:
- SDKI: Gangguan pola napas adalah perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- SLKI: Mampu melaporkan pernapasan yang tidak normal.
- SIKI: Manajemen pernapasan, tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki pola napas.
3. Risiko dehidrasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan:
- SDKI: Risiko dehidrasi adalah kerentanan terhadap penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI: Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala dehidrasi.
- SIKI: Manajemen cairan, tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan cairan.
Berdasarkan kondisi pasien Nurindah Sari, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut, gangguan pola napas, dan risiko dehidrasi. Penjelasan singkat masing-masing diagnosa didasarkan pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 8925 | 14 Dec 2024
Klinis : Nurindah Sari, 38 tahun, dirawat di RS setelah USG menunjukkan batu empedu dan wasir. Pasien mengeluhkan nyeri seperti tertusuk dengan skala 7, menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Keluhan nyeri sering kambuh hingga menyebabkan sesak napas. Riwayat keluarga menunjukkan ayah pasien memiliki batu empedu. Pasien telah diberikan UPCA 250 mg sebagai terapi. TTV: 140/101 mmhg, N: 64x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5, SpO2: 98, terpasang infus RL 200cc 20tpm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien Nurindah Sari berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut (Acute Pain) berhubungan dengan batu empedu dan wasir, ditandai dengan nyeri seperti tertusuk dengan skala 7, menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.
2. Gangguan Pertukaran Gas (Impaired Gas Exchange) berhubungan dengan nyeri yang menyebabkan sesak napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri dari 7 menjadi ≤4 dalam 2-3 hari.
b. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, N: 60-80x/menit, RR: 16-20x/menit, S: 36,5-37,5°C).
c. Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang manajemen nyeri.
2. Gangguan Pertukaran Gas:
a. Pasien akan menunjukkan frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/menit).
b. Pasien akan menunjukkan SpO2 ≥98%.
c. Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda kelelahan pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus nyeri.
b. Berikan analgetik sesuai instruksi medis.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi napas dalam, kompres hangat/dingin, dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan definitif batu empedu dan wasir.
e. Motivasi pasien untuk menggunakan analgetik dan teknik nonfarmakologi secara teratur.
f. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika perlu.
2. Gangguan Pertukaran Gas:
a. Kaji tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
b. Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan SpO2 ≥98%.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komprehensif batu empedu dan wasir.
e. Ajarkan teknik pernapasan yang efektif, seperti napas dalam dan perkusi dada.
f. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika perlu.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien Nurindah Sari, 38 tahun, yang dirawat di rumah sakit setelah USG menunjukkan batu empedu dan wasir, serta keluhan nyeri seperti tertusuk dengan skala 7, menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan, dapat ditegakkan dua diagnosa keperawatan, yaitu Nyeri Akut (Acute Pain) dan Gangguan Pertukaran Gas (Impaired Gas Exchange).
Nyeri Akut terkait dengan kondisi batu empedu dan wasir yang dialami pasien, ditandai dengan skala nyeri 7 yang menjalar ke punggung, disertai mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Sedangkan Gangguan Pertukaran Gas terkait dengan nyeri yang menyebabkan sesak napas pada pasien.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, serta memahami manajemen nyeri. Selain itu, pasien juga diharapkan dapat menunjukkan frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda kelelahan pernapasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pengkajian yang komprehensif, pemberian analgetik sesuai instruksi medis, pengajaran teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan definitif, serta evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi jika diperlukan. Untuk Gangguan Pertukaran Gas, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian tanda-tanda vital, pemberian oksigen sesuai kebutuhan, pengajaran teknik pernapasan yang efektif, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komprehensif.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan dapat membantu pasien Nurindah Sari mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 8926 | 14 Dec 2024
Klinis : Tn. Sudarman, 64 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama lemas. Riwayat penyakit menunjukkan pasien memiliki riwayat diabetes dan pernah menjalani transfusi darah. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan luka pada lambung (ulkus) yang menyebabkan gejala berupa sensasi asam, panas, dan nyeri. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya cairan pada lambung, sementara rontgen memperlihatkan indikasi adanya penumpukan cairan. Saat ini, pasien juga mengalami iritasi kulit akibat penggunaan pampers. Sebelum dirawat, pasien menggunakan Non-Rebreather Mask (NRM) sebagai bantuan pernapasan. TTV; TD: 131/64 mmhg, N: 93x/menit, S: 36,5, RR: 20x/menit, SpO2: 96
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder akibat ulkus lambung dan anemia.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka pada lambung (ulkus).
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan akibat mual dan nyeri.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pada lambung dan iritasi kulit akibat penggunaan pampers.
5. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penggunaan Non-Rebreather Mask (NRM) sebelum dirawat.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Memberikan standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- Setiap diagnosa memiliki definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik mayor, dan kriteria hasil.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Memberikan standar luaran keperawatan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi keperawatan.
- Setiap luaran memiliki definisi, indikator, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memberikan standar intervensi keperawatan yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Setiap intervensi memiliki definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, dokumentasi, dan komunikasi antar profesi kesehatan. -
Article No. 8927 | 14 Dec 2024
Klinis : Ny. H usia 37 tahun dengan keluhan muntah 3-4x/haru, sakit kepala, kepala pusing, lemas, buang air besar 4x/hari, tangan kaki terasa kebas mempunyai riwayat mag, dan oasien mengatakan sulit tidur. TTV; TD: 96/60 mmhg, N: 86x/menit, S: 36,5, RR: 20x/menit, SpO2: 100
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk memuntahkan isi lambung.
Penyebab: Faktor fisiologis, obat-obatan, psikologis, atau gabungan dari berbagai faktor.
2. Nyeri Kepala
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan sesungguhnya atau yang berpotensi.
Penyebab: Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan kimia otak, atau peningkatan aktivitas saraf nyeri.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan kapasitas fisik atau persepsi terhadap keterbatasan.
Penyebab: Faktor fisiologis, psikologis, atau gabungan dari berbagai faktor.
4. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Faktor fisiologis, psikologis, lingkungan, atau kombinasi dari berbagai faktor.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan diagnosis keperawatan yang distandarisasi dan diakui secara nasional. Setiap diagnosis keperawatan dalam SDKI memiliki definisi, penyebab, gejala dan tanda, serta kriteria diagnostik yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan luaran (outcome) keperawatan yang distandarisasi dan diakui secara nasional. Setiap luaran keperawatan dalam SLKI memiliki definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan intervensi keperawatan yang distandarisasi dan diakui secara nasional. Setiap intervensi keperawatan dalam SIKI memiliki definisi, aktivitas, dan rasional yang jelas.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, komunikasi yang efektif antar tenaga kesehatan, dan dokumentasi keperawatan yang terstandar. -
Article No. 8928 | 14 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan demam sejak senin sore, dan juga mengeluh sariawan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi, berdasarkan keluhan pasien yang mengeluhkan demam sejak Senin sore.
2. Mukosa membran oral terganggu berhubungan dengan sariawan, berdasarkan keluhan pasien yang mengeluhkan sariawan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas tubuh.
2. Mukosa membran oral terganggu: Kerusakan pada membran mukosa yang melapisi rongga mulut, yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, atau faktor lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia: Pasien akan menunjukkan penurunan suhu tubuh ke dalam batas normal.
2. Mukosa membran oral terganggu: Pasien akan menunjukkan membran mukosa oral yang utuh dan sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
- Berikan obat penurun demam sesuai resep dokter
2. Mukosa membran oral terganggu:
- Lakukan perawatan mulut secara rutin
- Berikan obat kumur atau gel untuk meredakan sariawan
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
- Berikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi rasa sakit.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menentukan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan utama adalah membantu pasien mencapai hasil yang optimal dan pemulihan yang cepat. -
Article No. 8929 | 14 Dec 2024
Klinis : feses berwarna dempul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi feses berwarna dempul yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai pengurangan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan konstipasi adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi konstipasi meliputi:
1. Identifikasi faktor penyebab konstipasi
2. Pengaturan diet dan cairan yang sesuai
3. Penggunaan laksatif atau supositoria jika diperlukan
4. Edukasi terkait manajemen konstipasi
Sebagai perawat dengan persona pakar, Anda dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya pemantauan tanda-tanda vital, riwayat eliminasi, dan faktor risiko konstipasi pada pasien. Selain itu, Anda juga dapat memberikan edukasi terkait gaya hidup dan perilaku yang dapat membantu mencegah dan mengatasi konstipasi. -
Article No. 8930 | 14 Dec 2024
Klinis : feses berwarna dempul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu feses berwarna dempul dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Diare
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Diare: Pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang cair atau lembek.
- Karakteristik: Feses berwarna dempul, frekuensi defekasi meningkat, konsistensi feses cair atau lembek.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Pemulihan dari Diare
- Indikator:
- Frekuensi defekasi kembali normal
- Konsistensi feses kembali normal
- Tidak terjadi dehidrasi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Manajemen Diare
- Intervensi:
- Kaji tanda dan gejala diare
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Dalam konteks tone akademis dan persona pakar/perawat, perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan yang komprehensif dan ilmiah mengenai kondisi diare, serta memberikan intervensi keperawatan yang sesuai standar untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 8931 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tuan A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrathorak akibat edema paru sebagaimana ditunjukkan dengan sesak napas saat aktivitas dan bunyi ronki basah pada pemeriksaan fisik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat hipertensi sebagaimana ditunjukkan dengan keluhan nyeri kepala hebat.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang mengancam kehidupan sebagaimana ditunjukkan dengan ungkapan kekhawatiran terkait kondisinya yang menghambat aktivitas sebagai tulang punggung keluarga.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi napas 12-20 kali/menit, irama napas teratur, tidak ada retraksi otot bantu napas, dan tidak ada sesak napas saat aktivitas.
2. Kontrol nyeri, ditandai dengan skala nyeri menurun menjadi 2-3 pada skala 0-10, klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, dan klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Tingkat kecemasan terkendali, ditandai dengan klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan mampu mempertahankan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
a. Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Anjurkan posisi semi-fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik dan vasodilator jika perlu.
e. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi.
2. Nyeri akut:
a. Identifikasi karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
b. Kaji skala nyeri secara berkala menggunakan alat ukur yang sesuai.
c. Berikan analgesik sesuai instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi obat jika diperlukan.
3. Kecemasan:
a. Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan klien.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengurangi kecemasan.
c. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan edukasi terkait kondisi klien.
d. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan visualisasi, untuk mengatasi kecemasan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pertimbangan pemberian terapi obat antiansietas jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu Tuan A untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan status kesehatannya. -
Article No. 8932 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tuan A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan cairan pada alveoli dan bronkiolus (edema paru) sebagaimana ditunjukkan oleh adanya bunyi ronki basah pada pemeriksaan fisik.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pertukaran Gas
- Kelas: Ventilasi
- Diagnosis: Inefektif Bersihan Jalan Napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Pola napas normal, Tidak ada suara napas tambahan, Tidak ada sianosis, Tidak ada retraksi otot bantu napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas: Memantau pola napas, Memberikan oksigen, Mengajarkan teknik batuk efektif, Melakukan suction jika perlu, Mempertahankan posisi semi-fowler
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala) dan stres fisiologis (sesak napas) sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan nyeri kepala hebat dan sesak napas yang memburuk.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Domain: Kenyamanan
- Kelas: Nyeri
- Diagnosis: Nyeri Akut
SLKI:
- Luaran: Kontrol Nyeri
- Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri terkontrol, Mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri, Mempertahankan aktivitas sehari-hari
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Nyeri
- Aktivitas: Mengkaji nyeri, Memberikan analgesik, Mengajarkan teknik nonfarmakologis, Memantau efektivitas intervensi
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (hipertensi, riwayat stroke, dan kondisi saat ini) dan ketidakmampuan memenuhi peran sebagai tulang punggung keluarga.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Domain: Psikososial
- Kelas: Koping
- Diagnosis: Ansietas
SLKI:
- Luaran: Kontrol Ansietas
- Kriteria Hasil: Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas ansietas, Mendemonstrasikan strategi koping yang efektif, Mempertahankan keterlibatan dalam aktivitas
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Ansietas
- Aktivitas: Mengkaji tingkat ansietas, Memberikan informasi yang akurat, Melibatkan keluarga, Mengajarkan teknik relaksasi
Dengan demikian, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan untuk Tuan A adalah Inefektif Bersihan Jalan Napas, Nyeri Akut, dan Ansietas. Intervensi keperawatan yang sesuai dapat diberikan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah keperawatan yang teridentifikasi. -
Article No. 8933 | 14 Dec 2024
Klinis : Tuan A, seorang petani berusia 45 tahun dari Desa X, Kabupaten Y, datang ke Puskesmas dengan keluhan utama nyeri kepala hebat yang dirasakan sejak 2 hari lalu dan semakin berat disertai sesak napas yang memburuk sejak pagi hari. Nyeri kepala tersebut terasa berdenyut, terutama di bagian dahi, dan sesak napas muncul saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan di dalam rumah. Selain itu, Tuan A juga merasa lemas, sering berkeringat dingin, dan sulit tidur karena ketidaknyamanan. Tuan A memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun tetapi tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Dua tahun lalu, ia pernah dirawat akibat gejala stroke ringan berupa kelemahan pada satu sisi tubuh yang pulih dalam beberapa minggu. Dalam keluarganya, ayah Tuan A memiliki riwayat hipertensi dan meninggal akibat serangan jantung. Tuan A mengungkapkan kecemasan karena kondisinya saat ini menghambat aktivitasnya sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan dua anak yang masih sekolah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Tuan A berada dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. Tanda vitalnya adalah tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 98 kali per menit, respirasi 26 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8°C. Pemeriksaan kardiopulmoner mengungkapkan adanya bunyi ronki basah pada kedua paru, terutama di bagian basal, tanpa edema perifer. Tidak ditemukan defisit motorik atau sensorik baru pada pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut menunjukkan hasil rontgen thorax yang mengindikasikan edema paru, EKG dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri, dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar natrium 140 mmol/L, kalium 4,2 mmol/L, dan kreatinin 1,2 mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk Tuan A adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan edema paru, ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas ringan, bunyi ronki basah, dan peningkatan frekuensi napas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan nyeri kepala hebat yang berdenyut, terutama di bagian dahi.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan stres fisiologis, ditandai dengan riwayat hipertensi, gejala stroke ringan sebelumnya, dan keluhan lemas serta sering berkeringat dingin.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan keterbatasan dalam melakukan peran sebagai tulang punggung keluarga, ditandai dengan ungkapan kecemasan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas:
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memulihkan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI: Mempertahankan pola napas yang adekuat.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengoptimalkan ventilasi dan oksigenasi.
2. Nyeri akut:
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Manajemen nyeri yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri akut.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah:
SDKI: Kerentanan untuk mengalami perubahan kadar glukosa darah yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Stabilitas kadar glukosa darah.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
4. Kecemasan:
SDKI: Respon emosional dan fisiologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dirasakan.
SLKI: Manajemen kecemasan yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan.
Pemilihan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan SIKI akan membantu Tuan A mengatasi masalah kesehatannya secara holistik dan mengembalikan fungsi serta kemandirian yang optimal.