Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19028 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kelemahan Neuromuskular Sekunder Akibat Stroke Hemoragik Ditandai dengan Keluhan Kelemahan pada Sisi Tubuh Bagian Kanan.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan akibat stroke hemoragik, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Mobilitas Fisik. Hal ini dikarenakan pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh secara mandiri, yang disebabkan oleh adanya gangguan neuromuskular akibat stroke hemoragik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional
2. Fungsi Neuromuskular
- Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot
- Pasien menunjukkan peningkatan koordinasi pergerakan
- Pasien menunjukkan peningkatan sensasi dan persepsi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Memonitor kemampuan pergerakan pasien
- Memfasilitasi latihan pergerakan anggota tubuh yang terganggu
- Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan mobilitas
2. Terapi Latihan
- Melakukan latihan pergerakan anggota tubuh yang terganggu
- Melakukan latihan koordinasi dan keseimbangan
- Membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap
3. Manajemen Nyeri
- Memonitor tanda-tanda nyeri pasien
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri farmakologis
4. Peningkatan Fungsi Sensori-Motor
- Melakukan stimulasi sensorik pada anggota tubuh yang terganggu
- Memfasilitasi latihan koordinasi dan persepsi
- Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan fungsi sensori-motor
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disajikan dengan nada akademis dan persona pakar atau perawat. -
Article No. 19029 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I61.9
- Deskripsi: Stroke hemoragik, tidak spesifik
Pada kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala yang khas dengan stroke hemoragik, yaitu kelemahan tiba-tiba pada satu sisi tubuh, gangguan bicara, dan pusing. Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang disebabkan oleh perdarahan di dalam otak, berbeda dengan stroke iskemik yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.41
- Deskripsi: Pemeriksaan CT scan kepala
- Penjelasan: Untuk menegakkan diagnosis stroke hemoragik, pemeriksaan CT scan kepala merupakan prosedur yang sangat penting untuk memastikan adanya perdarahan di dalam otak dan mengevaluasi luas serta lokasi perdarahan.
Selain itu, berdasarkan riwayat kesehatan pasien, pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik, yang merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke hemoragik. Oleh karena itu, penatalaksanaan selanjutnya harus mencakup pengendalian tekanan darah, stabilisasi kondisi klinis, serta pemantauan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 19030 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Stroke Hemoragik**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus stroke hemoragik dengan gejala kelemahan sisi kanan, disfagia, dan gangguan komunikasi.
---
### **1. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI: 00085)**
**Definisi:** Ketidakmampuan pasien untuk bergerak secara mandiri akibat kelemahan otot atau gangguan neurologis.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan hemiparesis kanan sekunder akibat stroke hemoragik.
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 0801:** Kemampuan mobilitas fisik meningkat.
- Kriteria: Pasien dapat melakukan rentang gerak (ROM) dengan bantuan, duduk dengan penyangga, dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 4400:** Latihan Rentang Gerak (ROM)
- Tindakan: Bantu pasien melakukan ROM aktif/pasif pada ekstremitas yang lemah.
- **Kode 4402:** Mobilisasi Bertahap
- Tindakan: Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur, latihan transfer, dan ambulasi dengan alat bantu (walker/kursi roda).
---
### **2. Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI: 00051)**
**Definisi:** Ketidakmampuan pasien untuk berbicara atau mengungkapkan pikiran secara jelas akibat afasia/disartria.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kerusakan area Broca/Wernicke akibat stroke.
- Mulut mencong dan bicara pelo (dysarthria).
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 0602:** Kemampuan berkomunikasi verbal membaik.
- Kriteria: Pasien dapat merespons pertanyaan sederhana dengan gerakan/isyarat atau alat bantu komunikasi.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 3500:** Terapi Komunikasi Adaptif
- Tindakan: Gunakan gambar, tulisan, atau alat bantu komunikasi non-verbal.
- **Kode 3502:** Latihan Wicara
- Tindakan: Kolaborasi dengan terapis wicara untuk latihan pengucapan kata sederhana.
---
### **3. Risiko Disfagia (SDKI: 00046)**
**Definisi:** Risiko gangguan menelan yang dapat menyebabkan aspirasi.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan otot orofaring (mulut mencong).
- Gangguan koordinasi menelan.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1002:** Kemampuan menelan aman.
- Kriteria: Pasien tidak menunjukkan tanda aspirasi (batuk, suara basah) saat makan/minum.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 3900:** Manajemen Disfagia
- Tindakan: Berikan makanan tekstur lunak, posisi semi-Fowler saat makan, dan pantau tanda aspirasi.
- **Kode 3902:** Pemeriksaan Refleks Menelan
- Tindakan: Lakukan tes menelan air sebelum pemberian oral.
---
### **4. Nyeri Akut (SDKI: 00132)**
**Definisi:** Ketidaknyamanan akibat peningkatan tekanan intrakranial atau vasospasme.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Sakit kepala hebat saat serangan stroke.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1401:** Tingkat nyeri terkontrol.
- Kriteria: Skala nyeri ?3 (skala 0-10), pasien tampak rileks.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 2800:** Manajemen Nyeri
- Tindakan: Berikan analgesik sesuai resep, teknik relaksasi, dan lingkungan tenang.
---
### **5. Risiko Infeksi (SDKI: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat imobilisasi dan prosedur invasif.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Imobilisasi lama (risiko pneumonia/ISK).
- Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1101:** Tidak ada tanda infeksi.
- Kriteria: Suhu tubuh 36–37,5°C, leukosit dalam batas normal.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 6500:** Pencegahan Infeksi
- Tindakan: Cuci tangan, perawatan kateter, dan latihan napas dalam.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** digunakan untuk menstandarkan dokumentasi keperawatan berbasis evidence-based practice (EBP).
- **Stroke hemoragik** memerlukan pendekatan holistik dengan fokus pada stabilitas neurologis, rehabilitasi, dan pencegahan komplikasi.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana keperawatan.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis).* -
Article No. 19031 | 26 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 60 th, berobat ke puskesmas dengan keluhan sakit pada persendian tangan dan kaki.Pengkajian lebih lanjut didapatkan:TD: 160/90 mmhg,kaku sendi dipagi hari yang makin berkurang disiang hari, sendi terlihat bengkak dan kemerahan, serta teraba panas. Pemeriksaan labor: UA: 6,9 mg/dl, kolesterol: 180 mg/dl, Reumathoid fc (+). Apakah diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus diatas a. Risiko jatuh b. Risiko cedera c. Gangguan berjalan d. Nyeri e. Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus di atas adalah:
d. Nyeri
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan pengalaman nyeri untuk memudahkan pemulihan.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu adanya sakit pada persendian tangan dan kaki, sendi yang terlihat bengkak dan kemerahan serta teraba panas, maka diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah "Nyeri". Pasien mengalami nyeri pada sendi-sendi, yang dapat disebabkan oleh kondisi artritis rematoid. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 19032 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu karna belum menikah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi pasien yang malu karena belum menikah, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, dapat ditetapkan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00148
b. Nama Diagnosa: Gangguan Citra Diri
c. Definisi: Adanya ketidakpuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh yang mengganggu konsep diri.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: LS 002
b. Nama Luaran: Citra Diri Positif
c. Definisi: Tingkat kepuasan individu terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: IP 002
b. Nama Intervensi: Peningkatan Citra Diri
c. Definisi: Membantu klien untuk mengembangkan persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
Penjelasan Singkat:
Pasien yang malu karena belum menikah dapat mengalami gangguan citra diri, di mana terdapat ketidakpuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya yang mengganggu konsep diri. Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan citra dirinya, yaitu dengan membantu pasien mengembangkan persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai citra diri positif, yaitu tingkat kepuasan individu terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya. -
Article No. 19033 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu karna belum menikah, menutup diri un tuk berinteraksi dengan orang lain
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial: Malu berhubungan dengan harga diri rendah, ditandai dengan pasien yang menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00053
Definisi: Pengalaman subyektif individu yang merasa terpisah atau berbeda dari orang lain, ditandai dengan keterbatasan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1205
Judul: Keterlibatan Sosial
Definisi: Kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang bermakna.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6640
Judul: Terapi Kelompok
Definisi: Metode terapeutik yang melibatkan interaksi dinamis antara perawat dan klien, serta antara klien yang satu dengan yang lain, dengan tujuan untuk membantu klien mencapai tujuan terapeutik.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami isolasi sosial karena merasa malu dan harga diri rendah akibat belum menikah. Hal ini menyebabkan pasien menutup diri dan membatasi interaksi dengan orang lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi kelompok, di mana pasien dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang lain yang mengalami masalah serupa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterlibatan sosial pasien dan membantu mencapai tujuan terapeutik. -
Article No. 19034 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu dan tidak percaya diri karena belum menikah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosis Keperawatan:
Harga Diri Rendah (NANDA-I: 00174)
Definisi: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak memadai.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Sistem Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Kode: 00174
Definisi: Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau penghargaan diri yang tidak memadai.
2. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Kode: LD-01
Definisi: Tingkat kepuasan individu terhadap dirinya sendiri.
3. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Kode: P-00105
Definisi: Membantu individu untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi diri yang positif.
Dalam kasus ini, pasien mengalami rasa malu dan tidak percaya diri karena belum menikah. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Harga Diri Rendah, yang menggambarkan penilaian negatif pasien terhadap dirinya sendiri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi diri yang positif, sehingga dapat meningkatkan harga dirinya.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 19035 | 26 Jun 2025
Klinis : 1 Selasa, 27 mei 2025 1. Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan 2. Pemasangan oksigen 3 lpm 3. Posisikan semi-Fowler 4. Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif 5. Monitor sputum S: Pasien mengatakan sesak napas, batuk berdahak, dan nyeri dada saat batuk. O: SpO? 98%, TD 104/71 mmHg, N 90x/menit, RR 24x/menit, tampak menggunakan otot bantu napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode: 00031 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Luaran keperawatan menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan kumpulan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI untuk digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Untuk kasus ini, beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan (SIKI kode I0009)
- Pemasangan oksigen (SIKI kode I0139)
- Posisikan semi-Fowler (SIKI kode I0157)
- Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif (SIKI kode I0074)
- Monitor sputum (SIKI kode I0138)
2. Pola Napas Tidak Efektif:
- Observasi tanda-tanda vital dan status pernapasan (SIKI kode I0009)
- Pemasangan oksigen (SIKI kode I0139)
- Posisikan semi-Fowler (SIKI kode I0157)
- Edukasi teknik napas dalam dan batuk efektif (SIKI kode I0074) -
Article No. 19036 | 26 Jun 2025
Klinis : Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait diagnosa keperawatan untuk **Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit**, dilengkapi dengan kode SDKI, SLKI, SIKI, serta penjelasan singkat.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: B.3**
**Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit**
*Definisi:* Kondimen di mana individu berisiko mengalami perubahan volume cairan tubuh atau konsentrasi elektrolit yang dapat mengganggu homeostasis.
**Faktor Risiko** (Etiologi):
- Kehilangan cairan berlebihan (diare, muntah, perdarahan).
- Asupan cairan tidak adekuat.
- Gangguan fungsi ginjal atau hormonal.
- Terapi farmakologis (diuretik, kortikosteroid).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: B.3.1**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terpertahankan**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Tanda vital stabil (TD, nadi, suhu, RR dalam rentang normal).
2. Turgor kulit elastis, mukosa lembap.
3. Produksi urine 30–50 mL/jam (kecuali kontraindikasi).
4. Kadar elektrolit serum (Na?, K?, Cl?) dalam batas normal.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: B.3.1.1**
**Manajemen Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
*Tindakan:*
1. **Pemantauan Hidrasi**:
- Kaji tanda klinis dehidrasi/overhidrasi (turgor kulit, edema, berat badan).
- Pantau intake-output cairan setiap 8 jam.
2. **Intervensi Khusus**:
- Berikan cairan intravena sesuai protokol (jenis, volume, kecepatan).
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin).
3. **Edukasi**:
- Ajarkan pasien/keluarga tanda ketidakseimbangan cairan.
- Anjurkan asupan cairan sesuai kebutuhan (contoh: 1.500–2.000 mL/hari jika tidak kontraindikasi).
---
### **Catatan Akademis**
1. **Dasar Teori**: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat mengganggu fungsi seluler, kardiovaskular, dan neurologis. Contoh: Hipokalemia menyebabkan aritmia, hipernatremia memicu kebingungan.
2. **Referensi**:
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) Edisi 2*.
Format ini memenuhi prinsip **evidence-based practice** dan dapat diadaptasi berdasarkan kondisi spesifik pasien.
---
*Ditulis dengan gaya formal-akademis oleh perawat profesional.* -
Article No. 19037 | 26 Jun 2025
Klinis : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait diagnosa keperawatan untuk **Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**, disertai penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI serta kode terkait:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.3**: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
**Definisi**: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau sosial-ekonomi (PPNI, 2017).
---
### **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode SDKI DX.1.3**
**Faktor Etiologi/Kolaboratif**:
- Intake tidak adekuat (misalnya: anoreksia, mual/muntah, disfagia).
- Gangguan absorbsi nutrisi (misalnya: diare kronis, sindrom malabsorpsi).
- Peningkatan kebutuhan metabolik (misalnya: luka bakar, infeksi, kanker).
- Faktor ekonomi/pengetahuan kurang tentang nutrisi.
**Karakteristik Mayor**:
- Berat badan <20% dari ideal, penurunan massa otot, hipoalbuminemia.
- Laporan asupan kurang dari kebutuhan harian.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI LO.1.3.1**: Status Nutrisi Membaik
**Indikator Luaran**:
- Peningkatan berat badan mencapai target (misalnya: 0,5–1 kg/minggu).
- Kadar albumin serum dalam rentang normal (3,5–5,5 g/dL).
- Asupan nutrisi oral/probe memenuhi 80–100% kebutuhan harian.
**Kode SLKI LO.1.3.2**: Pengetahuan Klien tentang Nutrisi Meningkat
- Klien mampu menyebutkan jenis makanan tinggi kalori/protein.
- Klien mendemonstrasikan pemilihan menu sesuai kebutuhan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI NI.1.3.1**: **Manajemen Nutrisi**
- Intervensi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori/protein.
2. Berikan diet tinggi kalori-protein (TKTP) dengan porsi kecil-frekuensi sering.
3. Pantau berat badan, IMT, dan laboratorium (albumin, limfosit total).
**Kode SIKI NI.4.1.1**: **Edukasi Kesehatan**
- Intervensi:
1. Ajarkan klien/keluarga tentang sumber nutrisi esensial.
2. Demonstrasikan teknik modifikasi tekstur makanan (jika diperlukan).
**Kode SIKI NI.2.1.1**: **Manajemen Mual/Muntah** (Jika terkait)
- Intervensi:
1. Berikan obat antiemetik sesuai resep.
2. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
---
### **Catatan Akademis**
1. **Evidence-Based Practice**: Intervensi nutrisi harus didukung data antropometri dan biokimia (WHO, 2020).
2. **Holistik**: Pertimbangkan faktor psikososial (misalnya: depresi) yang memengaruhi intake.
3. **Evaluasi**: Lakukan reassessment setiap 72 jam untuk menilai efektivitas intervensi.
Referensi:
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2018). *Standar Intervensi dan Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI/SLKI)*.
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan pendekatan berbasis bukti. Perlu disesuaikan dengan konteks klinis spesifik pasien.