Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8987 | 15 Dec 2024
Klinis : Ibu lahiran anak usia kandungan 34 bulan, bb bayi 2,4 gram PB bay 47 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Bayi baru lahir prematur
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Adanya kemungkinan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Bayi baru lahir prematur: Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Nutrisi
- Pertumbuhan dan Perkembangan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Nutrisi
- Manajemen Asupan Nutrisi
- Dukungan Perkembangan
Penjelasan:
Bayi yang lahir prematur dengan berat badan 2,4 gram dan panjang badan 47 cm memiliki risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Perawat perlu melakukan pemantauan nutrisi, manajemen asupan nutrisi yang adekuat, serta memberikan dukungan perkembangan agar bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. -
Article No. 8988 | 15 Dec 2024
Klinis : Ibu lahiran anak usia kandungan 34 bulan, bb bayi 2,4 gram PB bay 47 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Penjelasan: Bayi yang lahir prematur (usia kandungan 34 minggu) dapat mengalami risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berat badan bayi yang rendah (2,4 gram) dan panjang badan yang pendek (47 cm) menunjukkan adanya masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital
- Penjelasan: Bayi prematur rentan mengalami ketidakstabilan tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh sistem tubuh yang belum matang sepenuhnya.
3. Risiko gangguan perkembangan
- Penjelasan: Bayi prematur memiliki risiko gangguan perkembangan, terutama pada aspek fisik, neurologis, dan kognitif. Diperlukan pemantauan dan intervensi yang tepat untuk mendukung perkembangan optimal.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan perawatan yang sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI, seperti pemantauan nutrisi dan tanda-tanda vital bayi, serta intervensi untuk mendukung perkembangan bayi prematur. -
Article No. 8989 | 15 Dec 2024
Klinis : Ibu melahirkan anak usia kandungan 34 bulan spontan, bb 2,4 gram, PB 47 cm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi ibu yang melahirkan anak usia kandungan 34 minggu secara spontan, dengan berat badan 2,4 gram dan panjang badan 47 cm.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Risiko Kegagalan Nafas Spontan Berhubungan dengan Imaturitas Sistem Pernapasan
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat tanpa bantuan mekanik.
- Faktor yang Berhubungan: Usia kehamilan <37 minggu, berat badan lahir <2500 gram.
b. Risiko Hipotermi Berhubungan dengan Imaturitas Sistem Pengaturan Suhu
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah nilai normal.
- Faktor yang Berhubungan: Usia kehamilan <37 minggu, berat badan lahir <2500 gram.
c. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Imaturitas Sistem Pertahanan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami masuknya dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
- Faktor yang Berhubungan: Usia kehamilan <37 minggu, berat badan lahir <2500 gram.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mempertahankan Ventilasi Spontan
- Kriteria Hasil: Bayi dapat mempertahankan frekuensi nafas dalam rentang normal, menunjukkan upaya nafas yang efektif, dan tidak membutuhkan dukungan ventilasi mekanik.
b. Mempertahankan Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
- Kriteria Hasil: Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal tanpa bantuan alat penghangat.
c. Bebas Infeksi
- Kriteria Hasil: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit, atau perubahan tanda-tanda vital lainnya.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Mempertahankan Ventilasi Spontan:
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan.
- Lakukan fisioterapi dada dan suction jika dibutuhkan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian surfaktan atau ventilasi mekanik jika diperlukan.
b. Intervensi untuk Mempertahankan Suhu Tubuh dalam Rentang Normal:
- Pertahankan lingkungan yang hangat dan lembab.
- Gunakan inkubator atau selimut penghangat untuk mempertahankan suhu tubuh.
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara teratur dan lakukan tindakan koreksi jika terjadi hipotermi.
c. Intervensi untuk Mencegah Infeksi:
- Lakukan perawatan tali pusat yang aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, perubahan warna kulit, dan perubahan tanda-tanda vital lainnya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
- Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi ibu dan bayi. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8990 | 15 Dec 2024
Klinis : DS : • Klien mengatakan pusing. • Klien mengatakan lemas. • Klien mengatakan demam. • Klien mengatakan berat badan menurun tanpa sebab. • Klien mengatakan nafsu makan menurun • Klien mengatakan sariawan yang tidak kunjung sembuh DO : • Klien tampak lemas. • Klien terlihat demam • TD : 130/80 mmHg Nadi : 107 x/i Suhu : 38 ◦C Pernafasan: 22 x/i
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien mengatakan lemas.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan klien mengatakan demam dan suhu tubuh 38°C.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan menurun dan berat badan menurun tanpa sebab.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan klien mengatakan pusing dan sariawan yang tidak kunjung sembuh.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi keperawatan di Indonesia yang mengembangkan dan menerapkan standar-standar tersebut untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. -
Article No. 8991 | 15 Dec 2024
Klinis : DS : • Klien mengatakan pusing. • Klien mengatakan lemas. • Klien mengatakan demam. • Klien mengatakan berat badan menurun tanpa sebab. • Klien mengatakan nafsu makan menurun • Klien mengatakan sariawan yang tidak kunjung sembuh DO : • Klien tampak lemas. • Klien terlihat demam • TD : 130/80 mmHg Nadi : 107 x/i Suhu : 38 ◦C Pernafasan: 22 x/i
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkatnya sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh ditandai dengan keluhan klien mengenai penurunan berat badan tanpa sebab, penurunan nafsu makan, dan lemas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti malabsorpsi, kurangnya asupan nutrisi, atau kondisi medis lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi klien.
2. Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia ditandai dengan keluhan klien mengenai demam dan tanda-tanda vital yang menunjukkan suhu tubuh di atas normal. Hipertermia dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau respons imun tubuh terhadap kondisi tertentu.
3. Nyeri Saat Menelan
Penjelasan:
Nyeri Saat Menelan ditandai dengan keluhan klien mengenai sariawan yang tidak kunjung sembuh. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk makan dan minum secara normal, sehingga dapat berdampak pada status nutrisi.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan membantu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan berpusat pada klien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 8992 | 15 Dec 2024
Klinis : DS : • Klien mengatakan pusing. • Klien mengatakan lemas. • Klien mengatakan demam. • Klien mengatakan berat badan menurun tanpa sebab. • Klien mengatakan nafsu makan menurun • Klien mengatakan sariawan yang tidak kunjung sembuh DO : • Klien tampak lemas. • Klien terlihat demam • TD : 130/80 mmHg Nadi : 107 x/i Suhu : 38 ◦C Pernafasan: 22 x/i
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Diagnosis ini tepat karena klien mengeluhkan penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan adanya sariawan yang tidak kunjung sembuh. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan asupan nutrisi yang masuk dengan kebutuhan tubuh.
2. Hipertermia
Diagnosis ini sesuai dengan gejala klien yang mengalami demam. Hipertermia adalah keadaan di mana suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
3. Kelelahan
Diagnosis ini tepat karena klien mengeluhkan merasa lemas. Kelelahan adalah sensasi letih dan menurunnya energi yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam batas normal
- Tidak ada penurunan berat badan
- Nafsu makan membaik
- Tidak ada sariawan yang tidak kunjung sembuh
2. Suhu Tubuh Normal
- Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C)
- Tanda-tanda infeksi mereda (demam, menggigil)
3. Tingkat Energi Membaik
- Klien tidak lagi merasa lemas
- Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan baik
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji asupan nutrisi klien
- Berikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat
- Pantau berat badan dan intake nutrisi secara berkala
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
2. Manajemen Hipertermia:
- Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu tubuh
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam jika diperlukan
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Pantau tanda-tanda infeksi
3. Manajemen Kelelahan:
- Kaji penyebab kelelahan
- Bantu klien untuk mengatur jadwal aktivitas dan istirahat
- Anjurkan latihan fisik ringan secara bertahap
- Berikan edukasi tentang manajemen energi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi klien secara holistik. -
Article No. 8993 | 15 Dec 2024
Klinis : Disorganisadi perilaku bayi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi disorganisasi perilaku bayi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi disorganisasi perilaku bayi adalah "Ketidakefektifan pola tidur" (SDKI, 2017). Ketidakefektifan pola tidur didefinisikan sebagai perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari. Pada bayi dengan disorganisasi perilaku, perubahan pola tidur dapat terjadi karena adanya kesulitan dalam mengatur siklus bangun-tidur, sehingga dapat mengganggu fungsi perkembangan dan pemulihan bayi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidur yang adekuat: Bayi dapat mencapai pola tidur yang sesuai dengan usia dan kebutuhan pertumbuhannya.
2. Pemulihan yang adekuat: Bayi dapat mencapai waktu tidur yang cukup untuk proses pemulihan dan perkembangan yang optimal.
3. Fungsi sehari-hari yang efektif: Bayi dapat menjalankan aktivitas dan fungsi sehari-hari dengan baik setelah mendapatkan pola tidur yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen lingkungan: Menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk tidur, seperti menjaga suhu ruangan, pencahayaan yang redup, dan mengurangi stimulasi yang berlebihan.
2. Pengaturan pola tidur: Membantu bayi mengembangkan pola tidur yang sesuai dengan usia dan kebutuhan, misalnya dengan menetapkan jadwal tidur yang teratur, mempertahankan rutinitas sebelum tidur, dan memberikan intervensi untuk memfasilitasi transisi tidur-bangun.
3. Manajemen aktivitas: Mengatur aktivitas bayi selama terjaga agar seimbang dengan kebutuhan tidur, seperti menjadwalkan waktu istirahat dan tidur siang yang cukup.
4. Edukasi dan dukungan keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya pola tidur yang adekuat bagi perkembangan bayi, serta melibatkan keluarga dalam upaya mempertahankan pola tidur yang baik.
5. Monitor dan evaluasi: Melakukan pemantauan terhadap pola tidur bayi secara berkala dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan, serta melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan bayi dengan disorganisasi perilaku dapat mencapai pola tidur yang adekuat, pemulihan yang optimal, dan dapat menjalankan fungsi sehari-hari secara efektif. Peran perawat dalam hal ini adalah sebagai fasilitator, edukator, dan kolaborator dengan keluarga untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8995 | 15 Dec 2024
Klinis : Tn. A dengan usia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan kekihan nyeri dada seperti tertimpa benda berat menjalar ke tangan kiri selama 5-10 menit pada tanggal 6 desember 2024. Nyeri yang dirasakan datang secara bertahap, nyeri pertama dirasakan saat melakukan olahraga bulu tangkis dan mimum minuman dıngın setelatırıya Diagnosa medis, Unstable Angina pectoris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. A dengan usia 50 tahun yang datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada seperti tertimpa benda berat yang menjalar ke tangan kiri selama 5-10 menit dapat didiagnosis dengan Diagnosa Keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit Unstable Angina Pectoris
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, ekspresi nyeri menurun, dan pasien dapat mengenali dan melaporkan penyebab nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji nyeri, memberikan analgesik, mengajarkan teknik nonfarmakologis, dan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Kondisi Tn. A dengan keluhan nyeri dada seperti tertimpa benda berat yang menjalar ke tangan kiri selama 5-10 menit merupakan gejala khas dari Unstable Angina Pectoris. Nyeri yang dirasakan datang secara bertahap saat melakukan aktivitas fisik dan setelah minum minuman dingin, sehingga dapat disimpulkan bahwa Tn. A mengalami Nyeri Akut yang berhubungan dengan proses penyakit Unstable Angina Pectoris. -
Article No. 8996 | 15 Dec 2024
Klinis : Tn. A dengan usia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan kekihan nyeri dada seperti tertimpa benda berat menjalar ke tangan kiri selama 5-10 menit pada tanggal 6 desember 2024. Nyeri yang dirasakan datang secara bertahap, nyeri pertama dirasakan saat melakukan olahraga bulu tangkis dan mimum minuman dıngın setelatırıya Diagnosa medis, Unstable Angina pectoris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. A dengan Unstable Angina pectoris.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Etiologi: Penyakit jantung koroner, aktivitas fisik, paparan suhu ekstrem.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
- Etiologi: Penyakit jantung, penurunan kapasitas fungsional.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
- Etiologi: Penyakit jantung koroner.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut:
- Penyebab: Penyakit jantung koroner, aktivitas fisik, paparan suhu ekstrem.
- Gejala: Nyeri dada, nyeri menjalar ke tangan kiri, nyeri yang datang secara bertahap.
- Pemeriksaan: Skala nyeri, lokasi nyeri, durasi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Penyebab: Penyakit jantung, penurunan kapasitas fungsional.
- Gejala: Kelelahan, sesak napas, nyeri dada saat aktivitas.
- Pemeriksaan: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, tes toleransi aktivitas.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular:
- Penyebab: Penyakit jantung koroner.
- Gejala: Nyeri dada, sesak napas, perubahan tanda-tanda vital.
- Pemeriksaan: Hasil tes jantung, pemeriksaan penunjang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Penurunan nyeri, peningkatan kemampuan mengatasi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas, penurunan kelelahan.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular: Peningkatan perfusi jaringan kardiovaskular, penurunan tanda-tanda ketidakefektifan perfusi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi nonfarmakologis.
2. Intoleransi Aktivitas: Peningkatan aktivitas, manajemen energi, edukasi.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular: Pemantauan tanda-tanda vital, edukasi, manajemen aktivitas.
Kesimpulan, Tn. A dengan Unstable Angina pectoris memerlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada pengelolaan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, dan pemantauan perfusi jaringan kardiovaskular untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 8997 | 15 Dec 2024
Klinis : kelang dermam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "kelang demam" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal karena kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Karakteristik Definisi:
1. Suhu tubuh >38°C
2. Kulit terasa panas
3. Menggigil
4. Denyut nadi cepat
5. Wajah merah
6. Kelemahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam kisaran normal
2. Kulit terasa hangat
3. Tidak ada menggigil
4. Denyut nadi normal
5. Wajah tidak kemerahan
6. Tidak ada kelemahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Lakukan tindakan penurun panas (kompres hangat, sponge bath)
4. Berikan obat penurun demam sesuai resep
5. Anjurkan istirahat yang cukup
6. Edukasi pasien dan keluarga terkait perawatan hipertermia
Penjelasan singkat:
Hipertermia atau demam adalah kondisi peningkatan suhu tubuh di atas 38°C yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh. Tanda dan gejala utama yang muncul adalah suhu tubuh tinggi, kulit terasa panas, menggigil, denyut nadi cepat, wajah merah, dan kelemahan. Tujuan utama penatalaksanaan hipertermia adalah menurunkan suhu tubuh ke kisaran normal dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, serta tindakan penurun panas merupakan intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan.