Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8964 | 15 Dec 2024
Klinis : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya abses pada telapak kaki kanan: - Gejala: Adanya abses pada telapak kaki kanan, bengkak, kemerahan, dan cairan nanah. - Disebabkan oleh infeksi lokal yang dapat menyebar dan menimbulkan komplikasi. - Memerlukan intervensi untuk mencegah penyebaran infeksi dan menangani infeksi loka mohon buatkan DS dan DO
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan abses pada telapak kaki kanan.
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Data Subjektif (DS):
- Pasien mengeluhkan adanya abses pada telapak kaki kanan.
- Pasien merasakan bengkak, kemerahan, dan cairan nanah pada telapak kaki kanan.
Data Objektif (DO):
- Ditemukan abses pada telapak kaki kanan.
- Tampak bengkak, kemerahan, dan cairan nanah pada telapak kaki kanan.
- Tanda-tanda infeksi lokal seperti peningkatan suhu, nyeri, dan pembengkakan.
Analisis dan Interpretasi:
Pasien memiliki risiko infeksi yang disebabkan oleh adanya abses pada telapak kaki kanan. Abses tersebut dapat menyebabkan infeksi lokal yang dapat menyebar dan menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan segera.
Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Infeksi
2. Perawatan Luka
3. Pemantauan Tanda Vital
4. Manajemen Nyeri
Rencana Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Melakukan penilaian tanda dan gejala infeksi.
2. Melakukan perawatan luka abses sesuai prosedur aseptik.
3. Memantau tanda-tanda vital secara berkala.
4. Memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri.
5. Melakukan edukasi tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
Evaluasi (SDKI):
Setelah intervensi keperawatan dilakukan, diharapkan pasien dapat mencegah penyebaran infeksi dan mengatasi infeksi lokal pada telapak kaki kanan.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kasus risiko infeksi berhubungan dengan abses pada telapak kaki kanan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 8965 | 15 Dec 2024
Klinis : Pasien diabetes tipe 2 Kaki tangan kesemutan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Neuropati Perifer berhubungan dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Penjelasan:
- Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 memiliki risiko tinggi mengalami neuropati perifer, yang ditandai dengan gejala kesemutan pada kaki dan tangan.
- Neuropati perifer adalah kondisi kerusakan saraf akibat tingginya kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada saraf tepi yang disebabkan oleh diabetes.
- Faktor risiko: Diabetes Melitus, durasi diabetes, kontrol glikemik yang buruk.
- Gejala dan tanda: Kesemutan, rasa terbakar, nyeri, penurunan sensasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengendalikan kadar gula darah, mencegah komplikasi neuropati, dan meningkatkan kenyamanan.
- Kriteria hasil: Tidak ada keluhan kesemutan, nyeri, atau penurunan sensasi pada ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Diabetes Melitus, Manajemen Nyeri, Perawatan Kaki, Edukasi Kesehatan.
- Tujuan: Menjaga kadar gula darah, mengendalikan gejala neuropati, dan mencegah komplikasi. -
Article No. 8966 | 15 Dec 2024
Klinis : Pasien dm kesemutan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami diabetes mellitus dengan kesemutan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan sensori persepsi: Kesemutan
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan sensori persepsi: Kesemutan adalah pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan atau tidak menyenangkan dari sensasi kulit yang tidak menyenangkan atau tidak menyenangkan, seperti rasa kebas, gatal, atau kesemutan.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan sensori persepsi: Kesemutan
- Pasien melaporkan rasa kesemutan berkurang
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sensasi kesemutan
- Pasien dapat menerapkan strategi untuk mengatasi sensasi kesemutan
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
- Menilai karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
Dalam kondisi ini, pasien dengan diabetes mellitus mengalami kesemutan sebagai salah satu gejala neuropati diabetik. Intervensi keperawatan utama adalah manajemen nyeri untuk memulihkan sensasi persepsi dan membantu pasien mengelola faktor-faktor yang memengaruhi sensasi kesemutan. -
Article No. 8967 | 15 Dec 2024
Klinis : TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Transient Tachypnea of the Newborn.
Diagnosis Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif: Transient Tachypnea of the Newborn
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Tanda dan gejala: Frekuensi napas meningkat (>60 kali per menit), irama napas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan.
- Faktor terkait: Proses penyakit pernapasan, kegagalan mekanisme kompensasi pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, frekuensi napas normal, pernapasan tidak menimbulkan distres.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Monitoring tanda-tanda vital, monitor pola napas, berikan oksigen sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi.
Transient Tachypnea of the Newborn adalah kondisi yang terjadi pada bayi baru lahir, ditandai dengan peningkatan frekuensi napas yang sementara. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh keterlambatan pembersihan cairan paru pada proses kelahiran. Perawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting untuk memastikan perbaikan kondisi pernapasan bayi. -
Article No. 8968 | 15 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh tuberkulosis paru.
- Ditandai dengan batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial.
2. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional yang disebabkan oleh tuberkulosis paru.
- Ditandai dengan kelelahan dan penurunan nafsu makan.
3. Risiko Infeksi
- Berhubungan dengan penurunan sistem imun yang disebabkan oleh tuberkulosis paru.
- Ditandai dengan demam.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pola respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan, mengukur, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan.
Sebagai perawat, kami menggunakan kerangka kerja SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandarisasi, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang terbaik. Hal ini membantu kami dalam memastikan kualitas dan keamanan perawatan bagi pasien. -
Article No. 8969 | 15 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, adanya lesi di paru, dan penurunan kekuatan batuk.
Tanda dan gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan sputum yang berlebihan.
b. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi fisiologis, seperti peningkatan sesak napas dan kelelahan.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Penurunan nafsu makan, mual, dan peningkatan kebutuhan energi akibat penyakit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk yang efektif.
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas.
- Hasil pemeriksaan auskultasi ditemukan suara napas vesikular.
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri secara mandiri.
- Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal saat beraktivitas.
c. Status Nutrisi Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
- Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar albumin dan hemoglobin.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan kerja napas).
- Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya obstruksi.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Anjurkan pasien untuk batuk efektif dan lakukan tindakan fisioterapi dada.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan bersihan jalan napas.
b. Intoleransi Aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital saat beraktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransinya.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang dapat ditoleransi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan fisik yang sesuai.
c. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Lakukan pengkajian nutrisi dan status gizi pasien.
- Berikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien.
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan rencana diet yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan kondisi tuberkulosis paru. Jangan ragu untuk menanyakan hal lebih lanjut jika diperlukan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 8970 | 15 Dec 2024
Klinis : Resiko Infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis, sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Risiko Infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Diagnosis ini didasarkan pada faktor risiko seperti prosedur invasif, gangguan sistem imun, dan paparan lingkungan yang dapat menyebabkan infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis Risiko Infeksi adalah:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Tanda-tanda infeksi terkendali
3. Risiko infeksi berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Risiko Infeksi, antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan respon terhadap infeksi
2. Perawatan luka dan pencegahan kontaminasi
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
4. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis
5. Peningkatan imunitas pasien
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola Risiko Infeksi secara komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi pada pasien. -
Article No. 8971 | 15 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja putra, umur 26, dibawa ke rumah sakit jiwa dengan keluhan pusing berhari-hari, tidak mau makan. Setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan putus asa karena ditinggal nikah oleh calonnya. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, beserta kodenya, sebutkan pula obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai untuk pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.1
- Deskripsi: Gangguan depresi sedang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dinyatakan dalam kasus ini.
Penjelasan:
Pasien, seorang remaja putra berusia 26 tahun, dibawa ke rumah sakit jiwa dengan keluhan pusing berhari-hari dan tidak mau makan. Setelah dikaji oleh perawat, pasien mengatakan merasa putus asa karena ditinggal nikah oleh calonnya. Berdasarkan gejala dan riwayat yang dipaparkan, diagnosis yang sesuai adalah Gangguan Depresi Sedang (Kode ICD-10: F32.1).
Gangguan depresi sedang ditandai dengan gejala-gejala seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, minat atau kesenangan yang berkurang, penurunan energi, gangguan tidur dan nafsu makan, serta perasaan putus asa. Pasien dalam kasus ini menunjukkan gejala-gejala tersebut, terutama keluhan pusing, tidak mau makan, dan perasaan putus asa akibat masalah hubungan.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien ini meliputi:
- Pemberian terapi psikologis, seperti konseling atau psikoterapi, untuk membantu pasien menghadapi dan mengatasi masalah emosional yang dihadapi.
- Pemberian obat-obatan antidepresan, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) atau Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI), untuk membantu mengatasi gejala depresi.
- Pemberian terapi suportif, seperti dukungan dari keluarga dan lingkungan, untuk membantu pasien dalam proses pemulihan.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah depresi yang dihadapi dan mencapai perbaikan kondisi secara keseluruhan. -
Article No. 8972 | 15 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja putra, umur 26, dibawa ke rumah sakit jiwa dengan keluhan pusing berhari-hari, tidak mau makan. Setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan putus asa karena ditinggal nikah oleh calonnya. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, beserta kodenya, sebutkan pula obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan (Kode: 00138)
Definisi: Kemungkinan perilaku yang menunjukkan kekuatan dan kemarahan secara verbal, fisik, atau cara lain yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Faktor yang Berhubungan: Stres, putus asa, perubahan status kesehatan
2. Diagnosis Keperawatan SDKI: Gangguan Proses Pikir (Kode: 00130)
Definisi: Perubahan isi, alur, atau bentuk pemikiran yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif.
Faktor yang Berhubungan: Stres psikologis, perubahan status kesehatan
Diagnosis ICD-10:
1. F32.0 Gangguan Depresi Ringan
2. F06.2 Gangguan Kognitif karena Kondisi Medis Lainnya
Obat-obatan yang sesuai:
1. Antidepresan (misalnya Selective Serotonin Reuptake Inhibitors/SSRI)
2. Antipsikotik (misalnya Risperidon, Olanzapin)
3. Anxiolitik (misalnya Diazepam)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku (Kode: 1405)
Definisi: Kemampuan untuk mengatur perilaku sendiri.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi pemicu perilaku
- Pasien dapat menggunakan strategi untuk mengendalikan perilaku
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang sesuai
2. Proses Pikir Terarah (Kode: 0902)
Definisi: Kemampuan untuk berpikir secara jelas, logis, dan produktif.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi pola pikir yang tidak realistis
- Pasien dapat mendemonstrasikan pemikiran yang realistis dan produktif
- Pasien dapat mempertahankan pemikiran yang terarah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (Kode: 4354)
Aktivitas:
- Identifikasi pemicu perilaku pasien
- Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengendalikan perilaku
- Berikan penguatan positif saat pasien menunjukkan perilaku yang sesuai
2. Terapi Kognitif (Kode: 4920)
Aktivitas:
- Identifikasi pola pikir yang tidak realistis pada pasien
- Bantu pasien mengembangkan pemikiran yang lebih realistis dan produktif
- Berikan umpan balik yang mendukung untuk mempertahankan pemikiran yang terarah
3. Terapi Suportif (Kode: 5270)
Aktivitas:
- Beri dukungan emosional dan empati kepada pasien
- Bantu pasien mengidentifikasi sumber daya dan kekuatan yang dimiliki
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan mengembangkan strategi koping
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah Risiko Perilaku Kekerasan dan Gangguan Proses Pikir. Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu pusing berhari-hari, tidak mau makan, dan perasaan putus asa akibat ditinggal nikah oleh calonnya. Diagnosa ini mengarah pada risiko perilaku yang berbahaya dan perubahan proses berpikir pasien.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perilaku dan Proses Pikir Terarah. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengendalikan perilaku yang berisiko, serta mempertahankan pemikiran yang realistis dan produktif.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Perilaku, Terapi Kognitif, dan Terapi Suportif. Intervensi ini ditujukan untuk membantu pasien mengidentifikasi pemicu perilaku, mengembangkan strategi koping yang sesuai, memperbaiki pola pikir yang tidak realistis, serta memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan.
Melalui penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengontrol perilaku berisiko, memperbaiki proses berpikir, dan mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 8973 | 15 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh sering pusing, lemah, pucat, akral teraba dingin, turgor kulit tidak elastis, mata berkunang-kunang, tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi nadi 66x/mnt, frekuensi napas 22x/mnt, suhu 360C, hemoglobin: 5,5 g/dL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Nurse: Berdasarkan gejala-gejala yang Anda paparkan, pasien ini tampaknya mengalami Kekurangan Volume Cairan (Hypovolemia) yang dapat disebabkan oleh anemia berat. Mari saya jelaskan lebih lanjut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (Hypovolemia) berhubungan dengan penurunan volume darah sekunder akibat anemia berat.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kekurangan Volume Cairan: Pengurangan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Penyebab: Kehilangan cairan yang berlebihan, intake cairan yang tidak adekuat.
- Karakteristik: Pusing, lemah, pucat, akral teraba dingin, turgor kulit tidak elastis, mata berkunang-kunang, hipotensi, takikardia, takipnea, suhu rendah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat, tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, ukur intake dan output cairan, berikan cairan IV sesuai kebutuhan, kolaborasi pemberian transfusi darah jika perlu, edukasi tentang diet dan cairan yang adekuat.
Nurse: Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan (SDKI-SLKI-SIKI) untuk kondisi pasien dengan kekurangan volume cairan akibat anemia berat. Apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu?