Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19018 | 26 Jun 2025
Klinis : Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Berikut adalah masalah gizi yang dialami An P * A. GAKI B. Obesitas C. Infeksi D. KEP E. Edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi An P dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
D. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Kondisi An P menunjukkan gejala Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh, dengan data yang mendukung:
1. Status gizi An P berada di bawah -3 standar deviasi, yang menunjukkan Kurang Gizi Berat.
2. Riwayat berat badan lahir rendah (2,6 kg) dan panjang badan lahir pendek (42 cm).
3. Pola makan An P yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi, yaitu hanya makan 3 kali sehari dengan porsi yang kurang, jarang makan snack, dan jarang mengkonsumsi sumber protein hewani, serta buah-buahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan Membaik
2. Pertumbuhan Membaik
3. Status Gizi Membaik
Penjelasan:
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan berat badan An P akan meningkat, pertumbuhan linier (tinggi badan) akan membaik, serta status gizi secara keseluruhan akan membaik atau normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Nutrisi
2. Manajemen Nutrisi
3. Edukasi Gizi
4. Konseling Gizi
5. Kolaborasi dengan Ahli Gizi
Penjelasan:
1. Pemantauan Nutrisi: Untuk memantau asupan makan, berat badan, dan pertumbuhan An P secara rutin.
2. Manajemen Nutrisi: Untuk mengatur pola makan An P agar sesuai dengan kebutuhan nutrisinya, seperti jumlah dan jenis makanan yang tepat.
3. Edukasi Gizi: Untuk memberikan edukasi kepada keluarga An P tentang kebutuhan nutrisi anak, pentingnya asupan yang seimbang, dan cara penyajian makanan yang menarik.
4. Konseling Gizi: Untuk memberikan konseling kepada keluarga An P terkait masalah gizi yang dialami dan rencana perbaikan gizi.
5. Kolaborasi dengan Ahli Gizi: Untuk melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan ahli gizi dalam menyusun rencana intervensi gizi yang tepat bagi An P.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu meningkatkan status gizi An P dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 19019 | 26 Jun 2025
Klinis : Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Berikut adalah masalah gizi yang dialami An P * A. GAKI B. Obesitas C. Infeksi D. KEP E. Edema
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi klien An P menunjukkan adanya masalah gizi Kurang Energi Protein (KEP). Berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap poin yang diminta:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi An P adalah Risiko Gizi Kurang (00205). Hal ini didasarkan pada data-data berikut:
- Status gizi An P berada di bawah -3 standar deviasi, yang menunjukkan kondisi gizi buruk.
- Pola makan An P yang kurang beragam, dengan jarang mengonsumsi protein, sayur, dan buah.
- Riwayat berat badan lahir An P yang rendah (2,6 kg).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Berat badan sesuai usia (0002)
2. Pertumbuhan: Pertumbuhan sesuai usia (0004)
3. Asupan Nutrisi: Asupan makanan adekuat (1004)
4. Status Gizi: Status gizi baik (1009)
Luaran ini diharapkan dapat tercapai setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Pertumbuhan (6550)
- Memantau dan mencatat berat badan, tinggi badan, dan indikator pertumbuhan lainnya secara teratur.
- Membandingkan hasil pengukuran dengan standar pertumbuhan normal.
2. Peningkatan Intake Nutrisi (1120)
- Mengkaji pola makan dan preferensi makanan klien.
- Memberikan edukasi kepada keluarga tentang makanan bergizi seimbang yang sesuai untuk anak.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat.
3. Manajemen Berat Badan (1260)
- Mengevaluasi status gizi klien secara berkala.
- Menyusun rencana peningkatan berat badan yang realistis.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada keluarga untuk mencapai tujuan peningkatan berat badan.
4. Dukungan Perkembangan (6320)
- Mengevaluasi perkembangan kognitif, motorik, dan sosial-emosional anak.
- Memberikan stimulasi dan aktivitas yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
- Melibatkan keluarga dalam aktivitas stimulasi perkembangan anak.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi gizi kurang pada An P dapat diperbaiki, sehingga dapat tercapai luaran yang diharapkan, yaitu berat badan sesuai usia, pertumbuhan sesuai usia, asupan nutrisi adekuat, dan status gizi baik. -
Article No. 19020 | 26 Jun 2025
Klinis : Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Pada kasus tersebut diagnosis apa yang sesuai?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko Gizi Buruk. Diagnosis ini dipilih karena anak P memiliki status gizi <-3, yang menunjukkan adanya risiko gizi buruk. Beberapa karakteristik definisi diagnosis ini adalah: ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi, ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, serta risiko penurunan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Gizi: Tujuan yang diharapkan adalah Peningkatan Status Gizi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini adalah:
a. Berat Badan: Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia dan tinggi badan.
b. Tinggi Badan: Menunjukkan peningkatan tinggi badan sesuai usia.
c. Indeks Massa Tubuh (IMT): Menunjukkan peningkatan IMT sesuai usia.
2. Pengetahuan Keluarga tentang Gizi: Tujuan yang diharapkan adalah Peningkatan Pengetahuan Keluarga tentang Gizi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini adalah:
a. Pemahaman keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.
b. Pemahaman keluarga tentang pola makan yang sehat dan seimbang.
c. Pemahaman keluarga tentang cara meningkatkan asupan nutrisi anak.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji pola makan dan asupan nutrisi anak.
b. Edukasi keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak sesuai usia.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan intervensi nutrisi yang sesuai.
d. Monitoring dan evaluasi status gizi anak secara berkala.
2. Edukasi Kesehatan:
a. Edukasi keluarga tentang pola makan yang sehat dan seimbang.
b. Edukasi keluarga tentang cara meningkatkan asupan nutrisi anak.
c. Edukasi keluarga tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
d. Edukasi keluarga tentang teknik pemberian makan yang tepat pada anak.
3. Dukungan Keluarga:
a. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi nutrisi.
b. Berikan dukungan dan motivasi kepada keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi anak.
c. Kolaborasi dengan keluarga untuk memantau perkembangan status gizi anak.
d. Berikan umpan balik dan penguatan positif kepada keluarga atas upaya peningkatan status gizi anak.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu meningkatkan status gizi anak P dan meningkatkan pengetahuan keluarga tentang gizi yang baik. -
Article No. 19021 | 26 Jun 2025
Klinis : Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Pada kasus tersebut diagnosis apa yang sesuai? * A. Diare B. Risiko berat badan lebih C. Kesiapan peningkatan nutrisi D. Risiko defisit nutrisi E. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
E. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Diagnosis ini dipilih karena kondisi anak P menunjukkan adanya status gizi buruk dengan BB/U < -3 SD, yang mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Hal ini didukung oleh riwayat makan anak P yang kurang beragam dan jarang mengkonsumsi sumber protein hewani serta buah-buahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Berat badan meningkat sesuai usia dan jenis kelamin
2. Status Gizi: Status gizi baik
3. Pertumbuhan: Pertumbuhan linier membaik
4. Pengetahuan: Keluarga mengetahui kebutuhan nutrisi anak
5. Perilaku Sehat: Keluarga menerapkan pola makan sehat untuk anak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian Nutrisi
- Kaji riwayat dan pola makan anak
- Ukur berat badan, tinggi badan, dan hitung status gizi
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi anak
2. Edukasi Gizi
- Edukasi keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak sesuai usia
- Ajarkan keluarga merencanakan menu seimbang dan bergizi
- Motivasi keluarga untuk menyediakan makanan yang bervariasi dan bergizi
3. Pemantauan Nutrisi
- Monitor berat badan, tinggi badan, dan status gizi anak secara berkala
- Evaluasi asupan makanan anak dan kecukupannya
- Kolaborasi dengan tenaga gizi/dokter untuk menentukan intervensi nutrisi yang tepat
4. Dukungan Nutrisi
- Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan anak
- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi anak
- Rujuk ke fasilitas kesehatan untuk intervensi lebih lanjut jika dibutuhkan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan status gizi anak P dapat membaik dan tercapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 19022 | 26 Jun 2025
Klinis : 44. Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Berikut adalah edukasi yang sesuai dilakukan perawat E, kecuali * A. Diit rendah garam rendah gula B. Diit tinggi kalori tinggi protein C. Cara memperbaiki pola makan D. Cara meningkatkan nafsu makan E. Evaluasi berat badan secara rutin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Gizi Buruk berhubungan dengan Asupan Nutrisi tidak adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Status Gizi: Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam batas normal
2. Asupan Nutrisi: Asupan nutrisi adekuat
3. Berat Badan: Berat badan meningkat sesuai usia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji status gizi anak (BB/U, TB/U, BB/TB)
2. Kaji pola makan anak (frekuensi, jenis makanan, porsi)
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan diit yang sesuai
4. Ajarkan keluarga tentang menu makanan sehat dan bergizi seimbang
5. Pantau berat badan anak secara teratur
6. Motivasi keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi anak
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung peningkatan status gizi anak
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Gizi Buruk, karena anak P memiliki status gizi di bawah -3 SD yang menandakan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat, terlihat dari pola makan anak yang kurang beragam dan jarang mengonsumsi makanan sumber protein hewani dan nabati.
Luaran yang diharapkan adalah peningkatan status gizi anak hingga berada dalam batas normal, peningkatan asupan nutrisi yang adekuat, serta peningkatan berat badan sesuai usianya. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian status gizi dan pola makan, kolaborasi dengan ahli gizi, edukasi kepada keluarga, pemantauan berat badan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung peningkatan status gizi anak.
Edukasi tentang diit rendah garam rendah gula tidak diperlukan karena tidak sesuai dengan kondisi anak P yang membutuhkan peningkatan asupan kalori dan protein. -
Article No. 19023 | 26 Jun 2025
Klinis : 44. Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Berikut adalah edukasi yang sesuai dilakukan perawat E, kecuali * A. Diit rendah garam rendah gula B. Diit tinggi kalori tinggi protein C. Cara memperbaiki pola makan D. Cara meningkatkan nafsu makan E. Evaluasi berat badan secara rutin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Peningkatan Berat Badan
Definisi: Peningkatan berat badan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
2. Status Gizi: Perbaikan Status Gizi
Definisi: Perubahan status gizi ke arah yang lebih baik sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji asupan dan kebutuhan nutrisi klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet tinggi kalori dan tinggi protein
- Edukasi keluarga tentang pola makan yang tepat
- Pantau berat badan dan status gizi klien secara rutin
2. Peningkatan Nafsu Makan
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan
- Berikan makanan yang menarik dan sesuai preferensi klien
- Berikan dukungan emosional untuk meningkatkan nafsu makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian suplemen, jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" sesuai dengan kondisi An P yang memiliki status gizi buruk (< -3 SD) dengan berat badan yang rendah untuk usianya. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan berat badan dan memperbaiki status gizi An P. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi dengan kolaborasi ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai, serta upaya peningkatan nafsu makan melalui pemberian makanan yang menarik dan dukungan emosional. Evaluasi berat badan dan status gizi juga perlu dilakukan secara rutin untuk memantau perkembangan kondisi An P. -
Article No. 19024 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206)
Definisi: Risiko mengalami kehilangan darah secara abnormal dari vagina.
Faktor Risiko: Adanya massa di rahim yang dapat menyebabkan perdarahan.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Faktor Berhubungan: Perut yang membesar dapat menyebabkan pasien merasa lebih sering ingin bermalas-malasan.
3. Inkontinensia Urin (00020)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin, yang menyebabkan hilangnya urin.
Faktor Berhubungan: Pasien mengatakan tidak bisa menahan saat kencing dan sering berkemih dalam jumlah banyak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206):
- Tidak terjadi perdarahan vagina selama periode asuhan keperawatan.
- Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perdarahan vagina.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari perdarahan vagina.
2. Intoleransi Aktivitas (00092):
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Pasien dapat menerapkan strategi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Inkontinensia Urin (00020):
- Pasien dapat mengendalikan dan menahan keinginan berkemih.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kebocoran urin.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206):
- Monitoring tanda-tanda vital dan perdarahan vagina secara berkala.
- Pemberian terapi obat-obatan yang diresepkan untuk mengendalikan perdarahan.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan vagina dan tindakan yang perlu dilakukan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan lebih lanjut.
2. Intoleransi Aktivitas (00092):
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Penyusunan rencana aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan pasien.
- Pemberian latihan fisik yang bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Inkontinensia Urin (00020):
- Pengkajian pola dan karakteristik inkontinensia urin.
- Pemberian terapi obat-obatan yang diresepkan untuk mengendalikan inkontinensia urin.
- Latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol miksi.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen inkontinensia urin dan perawatan diri yang tepat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perencanaan dan implementasi, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan. -
Article No. 19025 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing. Pasien pro operasi pengangkatan rahim
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan perut membesar dan terasa begah, yang merupakan indikasi adanya massa di rahim.
2. Inkontinensia Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan kencing yang tidak terkontrol.
Tanda dan Gejala: Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tidak bisa ditahan, dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Tanda dan Gejala: Pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas-malasan, yang mengindikasikan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang sesuai target yang ditetapkan.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Kontinen
- Pasien dapat menahan kencing sesuai kebutuhan.
- Pasien tidak lagi mengeluhkan inkontinensia urin.
- Pasien dapat tidur tanpa terbangun karena sering kencing.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak lagi merasa malas.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
2. Perawatan Inkontinensia
- Lakukan pengkajian pola berkemih pasien.
- Ajarkan teknik latihan otot dasar panggul (Kegel).
- Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia, seperti penggunaan alat bantu.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi medis yang diperlukan.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan kemampuan fungsional pasien.
- Rancang program rehabilitasi yang bertahap, disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk intervensi yang mendukung peningkatan toleransi aktivitas.
Dengan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri, inkontinensia urin, dan meningkatkan toleransi aktivitasnya, sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 19026 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing. Pasien pro operasi pengangkatan rahim
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Inkontinensia Urin
Pasien mengalami ketidakmampuan untuk menahan kencing, sering berkemih, dan sering terbangun di malam hari karena keinginan untuk berkemih.
2. Gangguan Citra Tubuh
Pasien memiliki massa di rahim dan perut yang membesar, sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan perasaan pasien terhadap tubuhnya.
3. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas-malasan, yang dapat mengindikasikan adanya penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
- Pasien dapat mengontrol berkemih dengan baik
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk mencegah kebocoran urin
- Pasien tidak terbangun di malam hari karena kebutuhan berkemih
2. Gangguan Citra Tubuh
- Pasien dapat menerima perubahan fisik yang terjadi
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan citra tubuh
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan positif terhadap tubuhnya
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat melakukan aktivitas yang disukai tanpa mengalami gejala yang mengganggu
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas secara bertahap
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
- Asesmen faktor risiko inkontinensia urin
- Edukasi mengenai teknik menahan dan memulai berkemih
- Latihan otot dasar panggul (Kegel)
- Pengaturan pola berkemih
- Pemberian bantuan alat bantu untuk mengatasi kebocoran urin
2. Gangguan Citra Tubuh
- Asesmen persepsi pasien terhadap perubahan citra tubuh
- Diskusi mengenai perubahan fisik yang terjadi dan dampaknya
- Terapi kognitif-behavioral untuk meningkatkan penerimaan diri
- Fasilitasi aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri
- Dukungan emosional dan konseling
3. Intoleransi Aktivitas
- Asesmen toleransi dan kapasitas aktivitas pasien
- Intervensi rehabilitatif untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan mobilitas
- Penyusunan rencana aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan pasien
- Pemberian edukasi mengenai manajemen energi dan teknik konservasi energi
- Monitoring tanda-tanda vital dan gejala selama aktivitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan asesmen komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menyusun intervensi keperawatan yang berpusat pada pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai outcome yang optimal sesuai dengan kondisi kesehatannya. -
Article No. 19027 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien mengatakan trauma untuk periksa ke rs karena dahulu pernah dirawat selama 2 bulan dan tidak ada kejelasan dari rumah sakit sehingga pasien jarang untuk periksa ke rs dan hanya mengkonsumsi obat warung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kecemasan" (SDKI). Pasien menunjukkan adanya trauma untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit karena pengalaman buruk di masa lalu, yang dapat menyebabkan kecemasan saat akan melakukan pemeriksaan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tingkat Kecemasan Terkendali: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menandakan tingkat kecemasan yang terkendali, seperti mampu mengidentifikasi sumber kecemasan, menggunakan teknik relaksasi, dan menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
b. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Pasien dapat berpartisipasi secara aktif dalam perawatan kesehatannya, seperti bersedia melakukan pemeriksaan di rumah sakit, mematuhi regimen pengobatan, dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan.
c. Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan: Pasien dapat menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, seperti merasa puas dengan komunikasi dan informasi yang diterima, serta merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
a. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti teknik pernapasan dalam, imagery, dan distraksi, untuk membantu pasien mengurangi rasa cemas.
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang rencana perawatan, untuk mengurangi ketidakpastian dan rasa takut pada pasien.
- Lakukan pendekatan yang empati dan suportif, untuk membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
b. Peningkatan Partisipasi Perawatan Kesehatan:
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatannya.
- Berikan edukasi dan informasi yang komprehensif tentang pentingnya pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang teratur.
- Fasilitasi akses pasien ke pelayanan kesehatan, seperti membantu menjadwalkan dan mengingatkan kunjungan.
- Kolaborasi dengan keluarga atau significant others untuk mendukung partisipasi pasien dalam perawatan kesehatan.
c. Peningkatan Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan:
- Pastikan komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga kesehatan, dengan memastikan informasi yang jelas dan mudah dipahami.
- Tunjukkan empati, perhatian, dan penghargaan kepada pasien selama proses perawatan.
- Libatkan pasien dalam evaluasi dan umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.
- Identifikasi dan atasi kendala atau hambatan yang memengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, sangat penting untuk memahami kondisi pasien secara holistik dan mempertimbangkan aspek psikologis, sosial, dan budaya yang memengaruhi perilaku dan pengalaman pasien. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai hasil perawatan yang optimal.