Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9094 | 16 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2). Buatkan askep sesuai kasus di atas de ngan format sesuai yang telah diajarkan saat kuliah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia dan kelainan pembekuan darah, ditandai dengan hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi.
2. Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan koagulasi, ditandai dengan efusi pleura, asites, dan peningkatan enzim hati.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan tingkat energi dan malaise, ditandai dengan kelelahan dan kelemahan umum.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan
SDKI: Risiko Perdarahan
SLKI: Peningkatan Pembekuan Darah, Pencegahan Komplikasi Perdarahan
SIKI: Pemantauan Tanda-Tanda Perdarahan, Pemberian Produk Darah, Manajemen Perdarahan
2. Gangguan Perfusi Jaringan
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan
SLKI: Stabilitas Hemodinamik, Manajemen Cairan dan Elektrolit
SIKI: Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Cairan Intravena, Manajemen Asites dan Efusi Pleura
3. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Intoleransi Aktivitas
SLKI: Peningkatan Energi, Perawatan Diri
SIKI: Pengkajian Tingkat Energi, Manajemen Kelelahan, Bantuan Perawatan Diri
Dalam kasus ini, pasien mengalami komplikasi dari demam berdarah dengue yang ditandai dengan trombositopenia, gangguan perfusi jaringan, dan intoleransi aktivitas. Perawatan yang diberikan harus berfokus pada pemantauan tanda-tanda perdarahan, stabilisasi hemodinamik, dan intervensi untuk meningkatkan energi dan kemandirian pasien dalam perawatan diri. Evaluasi yang cermat terhadap kondisi pasien sangat penting untuk memastikan pemulihan yang optimal. -
Article No. 9095 | 16 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2). Buatkan askep sesuai kasus di atas de ngan format sesuai yang telah diajarkan saat kuliah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus tersebut. Tone saya akan akademis dan persona saya akan sebagai perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Kontrol Perdarahan
- SIKI: Pemantauan Perdarahan
Penjelasan:
Pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi, serta penurunan jumlah trombosit yang signifikan. Hal ini menunjukkan risiko perdarahan yang perlu dipantau dan dikelola dengan baik.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
- SDKI: Perfusi Jaringan
- SLKI: Peningkatan Perfusi
- SIKI: Pemantauan Perfusi
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala seperti takikardia, nyeri perut, dan penurunan tekanan darah, yang mengindikasikan adanya penurunan perfusi jaringan yang perlu dipantau dan ditingkatkan.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Keseimbangan Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Pemantauan Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami demam tinggi, muntah, dan diare yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan. Selain itu, pemberian terapi cairan intravena juga perlu dipantau untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan.
4. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
- SDKI: Nutrisi
- SLKI: Optimalisasi Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami demam tinggi, muntah, dan diare yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Asupan nutrisi yang adekuat perlu dipantau dan dikelola untuk mendukung pemulihan pasien.
5. Risiko Infeksi
- SDKI: Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue, yang merupakan penyakit infeksius. Risiko infeksi perlu dipantau dan dicegah untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi.
Dalam penerapan asuhan keperawatan, perawat perlu menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien, memberikan intervensi yang komprehensif, dan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pemulihan pasien yang optimal. -
Article No. 9096 | 16 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2). Buatkan askep sesuai kasus di atas de ngan format sesuai yang telah diajarkan saat kuliah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat pagi. Sebagai seorang perawat, saya akan membantu Anda dalam membuat asuhan keperawatan sesuai dengan kasus yang telah Anda berikan. Mari kita bahas satu per satu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Penurunan Hitung Trombosit dan Fungsi Hati yang Terganggu, Ditandai dengan Adanya Hematoma dan Perdarahan Gusi Tanpa Provokasi.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Peningkatan Permeabilitas Kapiler, Ditandai dengan Adanya Efusi Pleura, Asites, dan Penurunan Hematokrit.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Penurunan Hitung Trombosit dan Kelelahan, Ditandai dengan Takikardia dan Nyeri Perut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer:
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan
- Tidak ada tanda-tanda hemoragik
- Kadar trombosit dalam batas normal
- Fungsi hati normal
2. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit:
- Tidak ada edema
- Tidak ada asites
- Tidak ada efusi pleura
- Hematokrit dalam batas normal
3. Toleransi Aktivitas:
- Tidak ada takikardia
- Tidak ada nyeri perut
- Kekuatan otot dalam batas normal
- Tidak ada kelelahan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer:
- Observasi tanda-tanda perdarahan dan hemoragik
- Pemantauan jumlah trombosit
- Pemantauan fungsi hati (enzim hati)
- Kolaborasi pemberian terapi pengganti trombosit jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan
2. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit:
- Pemantauan tanda-tanda dehidrasi dan kelebihan cairan
- Pemantauan asites dan efusi pleura melalui pemeriksaan fisik dan ultrasonografi
- Pemantauan hematokrit dan elektrolit
- Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang intake dan output cairan
3. Toleransi Aktivitas:
- Pemantauan tanda-tanda intoleransi aktivitas (takikardia, nyeri perut)
- Pengkajian kekuatan otot dan tingkat kelelahan
- Perencanaan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Kolaborasi pemberian terapi antipiretik dan analgesik jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam menyusun asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus yang diberikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 9097 | 16 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2). Buatkan askep sesuai kasus di atas de ngan format sesuai yang telah diajarkan saat kuliah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A91
- Deskripsi: Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan/prosedur yang disebutkan dalam kasus.
- Deskripsi: -
Asuhan Keperawatan:
Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Selain itu, pasien juga mengalami hematoma di lokasi venipunktur, perdarahan gusi tanpa provokasi, dan penurunan jumlah trombosit. Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan gejala klinis, pasien didiagnosis dengan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, termasuk suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
2. Pemantauan intake dan output cairan, serta intake nutrisi.
3. Pemantauan perdarahan, seperti hematoma, perdarahan gusi, dan gejala perdarahan lainnya.
4. Pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan hematologi (jumlah trombosit, hemoglobin, hematokrit) dan fungsi hati (AST, ALT).
5. Evaluasi status hemodinamik pasien, seperti tanda-tanda syok (takikardia, penurunan tekanan darah, dll.).
6. Identifikasi faktor risiko penyakit bawaan, riwayat penyakit, dan pengobatan sebelumnya.
Diagnosis Keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
2. Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan demam, muntah, dan diare.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan hati dan efusi pleura.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penyakit.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Pemantauan ketat tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan.
2. Pemberian cairan intravena sesuai indikasi dan pemantauan keseimbangan cairan.
3. Manajemen nyeri dengan pemberian analgesik dan kompres hangat.
4. Pemberian istirahat yang cukup dan aktivitas sesuai toleransi pasien.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit, gejala, dan pencegahan komplikasi.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan pemantauan kondisi pasien.
Evaluasi keperawatan dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan kondisi pasien dan respons terhadap intervensi yang diberikan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah mencegah komplikasi, mempertahankan status hemodinamik yang stabil, dan memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 9098 | 16 Dec 2024
Klinis : Kasus 2: Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2). Buatkan askep sesuai kasus di atas de ngan format sesuai yang telah diajarkan saat kuliah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan
2. Nyeri Akut
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
4. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan
SDKI: Risiko Perdarahan
SLKI: Kontrol Perdarahan
SIKI: Perawatan Perdarahan
Pasien mengalami hematoma di area venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi, serta penurunan trombosit yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya risiko perdarahan yang harus dimitigasi.
2. Nyeri Akut
SDKI: Nyeri Akut
SLKI: Manajemen Nyeri
SIKI: Penatalaksanaan Nyeri
Pasien mengalami nyeri perut ringan dan nyeri tekan pada perut, yang merupakan gejala khas dari demam berdarah dengue pada fase kritis.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
SLKI: Perfusi Jaringan
SIKI: Pengaturan Sirkulasi
Pasien mengalami takikardia dan penurunan tekanan darah, yang dapat mengganggu perfusi jaringan perifer.
4. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Intoleransi Aktivitas
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Aktivitas
Pasien mengalami gejala sistemik yang cukup berat, yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas.
Secara umum, penatalaksanaan keperawatan untuk kasus ini berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital dan komplikasi, manajemen perdarahan, penanganan nyeri, serta peningkatan toleransi aktivitas. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk pemberian terapi cairan, pemantauan laboratorium, dan pengobatan lainnya. -
Article No. 9099 | 16 Dec 2024
Klinis : lemah anggota gerak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot anggota gerak.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan bebas, terkontrol, dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Gangguan Mobilitas Fisik adalah peningkatan kemampuan fisik dalam melakukan pergerakan yang efektif dan efisien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik meliputi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Perawatan Ekstremitas, Terapi Latihan, dan Perawatan Mobilitas.
Persona: Sebagai seorang pakar, saya dapat menjelaskan bahwa lemahnya anggota gerak pasien dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan kekuatan otot, gangguan neurologis, atau kondisi medis lainnya. Diagnosis keperawatan yang tepat dan intervensi yang sesuai akan sangat membantu dalam pemulihan dan peningkatan mobilitas fisik pasien. -
Article No. 9100 | 16 Dec 2024
Klinis : B. PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway Jalan napas paten, tidak ada sumbatan, pasien mampu berbicara. 2. Breathing Pernapasan spontan, RR 22x/ menit, SPO2 94%, pola napas cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, tidak ada sianosis, tidak ada suara napas tambahan. 3. Circulation Tekanan darah 193/152 mmHg, heart rate 100x/menit, CRT < 2 detik, tidak ada perdarahan, tidak ada dehidrasi, turgor kulit kering, nadi teraba kuat, akral teraba hangat. 4. Disability Kesadaran kompos mentis GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks pupil positif, kekuatan otot 5/5/5/5 5. Exposure Suhu 35,6oC, tidak ada jejas, tidak ada edema, tidak ada fraktur, pasien terpasang CAPD di abdomen C. PENGKAJIAN SEKUNDER 1. Sign and symptom Pasien tampak sesak napas dan batuk terus menerus sehingga kesulitan berbicara 2. Allergies Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan 3. Medication Pasien mengkonsumsi obat-obatan dari poli dalam yaitu Spironolakton 25 mg/24 jam, Uperio 25 mg/24 jam, Kalsium karbonat 500 mg/8 jam, Asam folat 5 mg/24 jam, Klonidin 0,15 mg/8 jam, Diltiazem 200 mg/24 jam, Bisoprolol 5 mg/24 jam, Kodein 10 mg/12 jam, KSR 600 mg/8 jam. 4. Past illness Pasien mengalami CKD sejak awal tahun 2024 dan mulai HD on CAPD sejak bulan juni 2024. Pasien rutin kontrol di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi setiap 1 bulan 1x atau setiap obat habis. Pasien memiliki riwayat pungsi pleura 2x. 5. Last meal Pasien terakhir makan nasi, sayur tahu, dan tahu goreng sebelum masuk rumah sakit sekitar pukul 20.00/21.00 WIB 6. Event leading to injury or illness Keluhan sesak nafas dan batuk dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Sesak nafas yang dirasakan membuat pasien tidak bisa tidur berbaring. Pasein juga mengalami mual dan muntah setiap makan yang dialami sejak 1 mingg SMRS. Sejak pasien mulai program HD, BAK yang keluar hanya sedikit. Pasien menahan rasa sesak selama 1 minggu dan setelah merasa sesaknya makin parah pasien langsung pergi ke IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kesadaran : Kompos mentis 2. Penampilan umum : Tampak lemah 3. Antropometri BB : 66 kg TB : 174 cm IMT : 21.8 kg/m2 4. Tanda-tanda vital : TD : 193/152 mmHg HR : 100x/menit RR : 22x/menit SPO2 : 94% Suhu : 36,5oC 5. Pemeriksaan Head to toe Kepala Inspeksi: Tidak terdapat luka, benjolan, atau kelainan bentuk. Rambut berwarna hitam, tampak kering dan persebaran merata Palpasi: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan. Mata Inspeksi: Konjungtiva sedikit pucat; sklera tidak ikterik. Tidak ada benjolan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan di area sekitar mata. Hidung Inspeksi: Tidak ada deviasi septum, sekret (-), epistaksis (-). Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Mulut dan Gigi Inspeksi: Mukosa mulut basah, gusi sedikit pucat Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar saliva atau nyeri tekan. Leher Inspeksi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis, simetris. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar limfe. Dada Inspeksi: Tidak ada deformitas, pergerakan dada simetris. Palpasi: Fremitus taktil normal. Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada. Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru. Auskultasi: Suara napas vesikuler normal, tidak ada suara napas tambahan. Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi abnormal. Palpasi: Iktus kordis teraba di linea midklavikularis, tidak melebar. Perkusi: Batas jantung dalam rentang normal. Auskultasi: Bunyi jantung normal (S1, S2), tidak ada murmur atau gallop Abdomen Inspeksi: Tampak kateter CAPD pada perut, tanpa tanda infeksi atau kemerahan di sekitar kateter. Tidak ada distensi abdomen. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: Timpani di seluruh area abdomen, tidak ada cairan bebas. Auskultasi: Bising usus (+), normal. Ekstremitas Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, deformitas, atau luka. Palpasi: Tidak ada edema perifer, capillary refill time < 2 detik Kaki dan Kuku Inspeksi: Kulit kering, tidak ada luka atau tanda gangren. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit hangat. Balance cairan 3/12/2024 (Pukul 01.45 WIB - 07.21 WIB) I Infus 500 ml N Syringe pump/injeksi 12 ml P Darah 0 U Sonde/makan 0 T Minum 100 ml (cc) TOTAL 612 ml O Urine 0 U BAB 0 T NGT 0 P Muntah 0 U Drain/Perdarahan 0 T IWL 141.4 (cc) TOTAL 141.4 Balance cairan 470.6 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Echo 10/6/2024 Kesan : Dilatasi semua ruang jantung LVH konsentrik Global hipokinetik Fungsi sistolik LV turun LVEF : 29.3 % Fungsi sistolik X Foto Thorax 13/6/2024 Kesan : Cardiomegaly (LV) Pulmo tak tampak infiltrat Efusi pleura kiri X Foto Polos Abdomen 17/6/2024 Kesan : Tube terpasang dari arah lateral hemiabdomen kiri dengan tip berada pada cavum pelvis Gambaran asites Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum Ro Thorax 28/11/2024 Kesan : Gambaran bronkopneumonia relatif sama Efusi pleura kanan (relatif berkurang) Fibrosis pada lapang bawah paru kiri Laboratorium 28/11/2024 Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan HEMATOLOGI Hemoglobin 10.5 g/dL 13.2 - 17.3 Low Hematokrit 33.5 % 32 - 62 Eritrosit 3.53 10^6/uL 4.4 - 5.9 Low MCH 29.7 pg 27 - 32 MCV 94.9 fL 76 - 96 MCHC 31.3 g/dL 29 - 36 Leukosit 6.6 10^3/uL 3.8 - 10.6 Trombosit 324 10^3/uL 150 - 400 RDW 14.2 % 11.6 - 14.6 MPV 8.8 fL 4.00 - 11.00 KIMIA KLINIK Ureum 153 mg/dL 15 - 39 High Kreatinin 13.2 mg/dL 0.6 - 1.3 High Elektrolit Natrium 139 mmol/L 136 - 145 Kalium 5.2 mmol/L 3.5 - 5.0 High Chlorida 97 mmol/L 95 - 105
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya pernapasan cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, dan pasien mengalami sesak napas dan batuk yang terus-menerus sehingga kesulitan berbicara.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan adanya mual, muntah, dan asupan makanan yang kurang akibat sesak napas yang dialami pasien.
3. Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, edema, dan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
a. Pasien dapat bernafas dengan irama normal dan tanpa kesulitan.
b. Pasien dapat batuk secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
c. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Keseimbangan Nutrisi
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b. Pasien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
c. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Keseimbangan Cairan
a. Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang sesuai.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan cairan, seperti edema dan peningkatan tekanan darah.
c. Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Monitoring tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada.
d. Mempertahankan posisi semifowler untuk memudahkan pernapasan.
e. Memberikan terapi farmakologis, seperti bronkodilator dan mukolitik, jika diperlukan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan menyusun rencana pemberian nutrisi yang sesuai.
b. Memantau asupan dan output nutrisi pasien.
c. Memberikan nutrisi enteral melalui sonde atau parenteral jika diperlukan.
d. Mengatur pola makan dan memastikan pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
e. Memberikan antiemetik jika pasien mengalami mual dan muntah.
3. Kelebihan Volume Cairan
a. Memantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah, nadi, dan edema.
b. Menghitung keseimbangan cairan secara ketat.
c. Membatasi asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
d. Memberikan terapi diuretik sesuai dengan resep dokter.
e. Mempertahankan fungsi ginjal dengan pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami pernapasan cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, dan kesulitan berbicara akibat sesak napas dan batuk yang terus-menerus. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami mual, muntah, dan asupan makanan yang kurang akibat sesak napas yang dialami. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya.
c. Kelebihan Volume Cairan: Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, edema, dan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan volume cairan dalam tubuh pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat bernafas dengan irama normal, dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret, dan mempertahankan jalan napas yang paten.
b. Keseimbangan Nutrisi: Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak lagi mengalami mual dan muntah, serta dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Keseimbangan Cairan: Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan cairan, dan dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
i. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen, untuk mengevaluasi efektivitas pernapasan.
ii. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
iii. Mengajarkan teknik batuk efektif dan melakukan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
iv. Mempertahankan posisi semifowler untuk memudahkan pernapasan.
v. Memberikan terapi farmakologis, seperti bronkodilator dan mukolitik, jika diperlukan untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
i. Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan menyusun rencana pemberian nutrisi yang sesuai.
ii. Memantau asupan dan output nutrisi pasien untuk memastikan keseimbangan nutrisi.
iii. Memberikan nutrisi enteral melalui sonde atau parenteral jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
iv. Mengatur pola makan dan memastikan pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
v. Memberikan antiemetik jika pasien mengalami mual dan muntah untuk meningkatkan asupan nutrisi.
c. Kelebihan Volume Cairan:
i. Memantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah, nadi, dan edema, untuk mengevaluasi status cairan.
ii. Menghitung keseimbangan cairan secara ketat untuk memantau intake -
Article No. 9101 | 16 Dec 2024
Klinis : B. PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway Jalan napas paten, tidak ada sumbatan, pasien mampu berbicara. 2. Breathing Pernapasan spontan, RR 22x/ menit, SPO2 94%, pola napas cepat dangkal, tidak ada otot bantu napas, tidak ada sianosis, tidak ada suara napas tambahan. 3. Circulation Tekanan darah 193/152 mmHg, heart rate 100x/menit, CRT < 2 detik, tidak ada perdarahan, tidak ada dehidrasi, turgor kulit kering, nadi teraba kuat, akral teraba hangat. 4. Disability Kesadaran kompos mentis GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks pupil positif, kekuatan otot 5/5/5/5 5. Exposure Suhu 35,6oC, tidak ada jejas, tidak ada edema, tidak ada fraktur, pasien terpasang CAPD di abdomen C. PENGKAJIAN SEKUNDER 1. Sign and symptom Pasien tampak sesak napas dan batuk terus menerus sehingga kesulitan berbicara 2. Allergies Pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan 3. Medication Pasien mengkonsumsi obat-obatan dari poli dalam yaitu Spironolakton 25 mg/24 jam, Uperio 25 mg/24 jam, Kalsium karbonat 500 mg/8 jam, Asam folat 5 mg/24 jam, Klonidin 0,15 mg/8 jam, Diltiazem 200 mg/24 jam, Bisoprolol 5 mg/24 jam, Kodein 10 mg/12 jam, KSR 600 mg/8 jam. 4. Past illness Pasien mengalami CKD sejak awal tahun 2024 dan mulai HD on CAPD sejak bulan juni 2024. Pasien rutin kontrol di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi setiap 1 bulan 1x atau setiap obat habis. Pasien memiliki riwayat pungsi pleura 2x. 5. Last meal Pasien terakhir makan nasi, sayur tahu, dan tahu goreng sebelum masuk rumah sakit sekitar pukul 20.00/21.00 WIB 6. Event leading to injury or illness Keluhan sesak nafas dan batuk dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Sesak nafas yang dirasakan membuat pasien tidak bisa tidur berbaring. Pasein juga mengalami mual dan muntah setiap makan yang dialami sejak 1 mingg SMRS. Sejak pasien mulai program HD, BAK yang keluar hanya sedikit. Pasien menahan rasa sesak selama 1 minggu dan setelah merasa sesaknya makin parah pasien langsung pergi ke IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang. D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kesadaran : Kompos mentis 2. Penampilan umum : Tampak lemah 3. Antropometri BB : 66 kg TB : 174 cm IMT : 21.8 kg/m2 4. Tanda-tanda vital : TD : 193/152 mmHg HR : 100x/menit RR : 22x/menit SPO2 : 94% Suhu : 36,5oC 5. Pemeriksaan Head to toe Kepala Inspeksi: Tidak terdapat luka, benjolan, atau kelainan bentuk. Rambut berwarna hitam, tampak kering dan persebaran merata Palpasi: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan. Mata Inspeksi: Konjungtiva sedikit pucat; sklera tidak ikterik. Tidak ada benjolan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan di area sekitar mata. Hidung Inspeksi: Tidak ada deviasi septum, sekret (-), epistaksis (-). Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Mulut dan Gigi Inspeksi: Mukosa mulut basah, gusi sedikit pucat Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar saliva atau nyeri tekan. Leher Inspeksi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis, simetris. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar limfe. Dada Inspeksi: Tidak ada deformitas, pergerakan dada simetris. Palpasi: Fremitus taktil normal. Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada. Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru. Auskultasi: Suara napas vesikuler normal, tidak ada suara napas tambahan. Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi abnormal. Palpasi: Iktus kordis teraba di linea midklavikularis, tidak melebar. Perkusi: Batas jantung dalam rentang normal. Auskultasi: Bunyi jantung normal (S1, S2), tidak ada murmur atau gallop Abdomen Inspeksi: Tampak kateter CAPD pada perut, tanpa tanda infeksi atau kemerahan di sekitar kateter. Tidak ada distensi abdomen. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: Timpani di seluruh area abdomen, tidak ada cairan bebas. Auskultasi: Bising usus (+), normal. Ekstremitas Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, deformitas, atau luka. Palpasi: Tidak ada edema perifer, capillary refill time < 2 detik Kaki dan Kuku Inspeksi: Kulit kering, tidak ada luka atau tanda gangren. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, turgor kulit hangat. Balance cairan 3/12/2024 (Pukul 01.45 WIB - 07.21 WIB) I Infus 500 ml N Syringe pump/injeksi 12 ml P Darah 0 U Sonde/makan 0 T Minum 100 ml (cc) TOTAL 612 ml O Urine 0 U BAB 0 T NGT 0 P Muntah 0 U Drain/Perdarahan 0 T IWL 141.4 (cc) TOTAL 141.4 Balance cairan 470.6 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Echo 10/6/2024 Kesan : Dilatasi semua ruang jantung LVH konsentrik Global hipokinetik Fungsi sistolik LV turun LVEF : 29.3 % Fungsi sistolik X Foto Thorax 13/6/2024 Kesan : Cardiomegaly (LV) Pulmo tak tampak infiltrat Efusi pleura kiri X Foto Polos Abdomen 17/6/2024 Kesan : Tube terpasang dari arah lateral hemiabdomen kiri dengan tip berada pada cavum pelvis Gambaran asites Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum Ro Thorax 28/11/2024 Kesan : Gambaran bronkopneumonia relatif sama Efusi pleura kanan (relatif berkurang) Fibrosis pada lapang bawah paru kiri Laboratorium 28/11/2024 Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan HEMATOLOGI Hemoglobin 10.5 g/dL 13.2 - 17.3 Low Hematokrit 33.5 % 32 - 62 Eritrosit 3.53 10^6/uL 4.4 - 5.9 Low MCH 29.7 pg 27 - 32 MCV 94.9 fL 76 - 96 MCHC 31.3 g/dL 29 - 36 Leukosit 6.6 10^3/uL 3.8 - 10.6 Trombosit 324 10^3/uL 150 - 400 RDW 14.2 % 11.6 - 14.6 MPV 8.8 fL 4.00 - 11.00 KIMIA KLINIK Ureum 153 mg/dL 15 - 39 High Kreatinin 13.2 mg/dL 0.6 - 1.3 High Elektrolit Natrium 139 mmol/L 136 - 145 Kalium 5.2 mmol/L 3.5 - 5.0 High Chlorida 97 mmol/L 95 - 105
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien tampak sesak napas dan batuk terus-menerus sehingga kesulitan berbicara.
- Data objektif: Pasien memiliki pola napas cepat dangkal, RR 22x/menit, SPO2 94%.
- Faktor terkait: Gagal jantung yang ditandai dengan cardiomegali dan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF 29,3%).
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
SDKI: Keadaan di mana terdapat akumulasi cairan intravaskular, interstisial, dan/atau terkait rongga tubuh yang melebihi volume normal.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien mengalami sesak napas dan edema perifer.
- Data objektif: Pasien memiliki tekanan darah tinggi (193/152 mmHg), CRT < 2 detik, turgor kulit kering, dan terdapat efusi pleura kiri serta asites pada pemeriksaan penunjang.
- Faktor terkait: Gagal ginjal kronik yang membutuhkan dialisis (CAPD).
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan Singkat:
- Data subyektif: Pasien mengalami mual dan muntah sehingga kesulitan makan.
- Data objektif: Pasien memiliki berat badan 66 kg dengan tinggi 174 cm (IMT 21,8 kg/m2), serta laboratorium menunjukkan anemia (Hb 10,5 g/dL).
- Faktor terkait: Penyakit gagal ginjal kronik yang membutuhkan dialisis (CAPD) serta efek samping obat-obatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Resiko Infeksi
SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan Singkat:
- Data objektif: Pasien terpasang kateter CAPD di abdomen, riwayat pungsi pleura 2x, serta laboratorium menunjukkan leukosit normal.
- Faktor risiko: Terpasang alat medis (kateter CAPD) dan riwayat prosedur invasif (pungsi pleura).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Keseimbangan Cairan
3. Status Nutrisi Adekuat
4. Bebas Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Nutrisi
4. Pencegahan Infeksi -
Article No. 9102 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan demam dan batuk, sesuai dengan standar yang digunakan dalam praktik keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan demam dan batuk berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Risiko infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel dan jaringan.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Risiko infeksi:
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
- Tanda-tanda peradangan berkurang
- Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada suara napas tambahan
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan mudah
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Risiko infeksi:
- Kaji tanda dan gejala infeksi (demam, peradangan, dan lain-lain)
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Berikan terapi obat sesuai instruksi medis
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Implementasikan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain)
b. Bersihan jalan napas tidak efektif:
- Kaji pola napas, suara napas, dan kemampuan batuk/ekspektorasi
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspektorasi
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan nebulizer atau humidifier untuk melembapkan udara
- Latih teknik batuk efektif dan ekspektorasi
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko infeksi" dan "Bersihan jalan napas tidak efektif" dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami demam dan batuk. Diagnosa tersebut menggambarkan permasalahan kesehatan yang harus ditangani melalui asuhan keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan mencakup parameter-parameter klinis yang perlu dipantau dan dicapai untuk mengatasi risiko infeksi dan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi keperawatan yang direncanakan bertujuan untuk mencapai luaran tersebut melalui tindakan-tindakan spesifik seperti pengkajian, pemantauan, pemberian terapi, edukasi, dan latihan.
Penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur diharapkan dapat membantu pasien pulih dari kondisi demam dan batuk serta mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 9103 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan batuk berdahak, meliputi:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang memadai dan/atau bertukar gas yang efektif.
- Karakteristik Definisi: Perubahan pola napas, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk tidak efektif.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebih, infeksi saluran napas.
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, sianosis, suara napas tambahan, kesulitan bernapas.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebih, infeksi saluran napas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Irama napas teratur.
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
b. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Tidak ada batuk yang tidak efektif.
- Tidak ada sianosis.
- Tidak ada kesulitan bernapas.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret.
- Aktivitas:
- Lakukan suction pada jalan napas jika perlu.
- Berikan humidifikasi oksigen atau terapi nebulizer.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi, jika diperlukan.
b. Manajemen Infeksi
- Tujuan: Mencegah dan mengelola infeksi saluran napas.
- Aktivitas:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemeriksaan diagnostik dan pemberian terapi antibiotik, jika diperlukan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, etika batuk, dan kebersihan lingkungan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berupa pola napas efektif dan bersihan jalan napas efektif, sehingga dapat memulihkan kondisi kesehatan dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi.