Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9207 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat di ruang isolasi dengan demam tinggi 39 derajat celcius, ruam di seluruh area punggung dan leher, kandidiasis oral, serta penurunan berat badan lebih dari 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Hasil tes laboratorium menunjukkan tes ELISA positif dan CD4 rendah. Masalah keperawatan utama pada pasien tersebut adalah ...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Infeksi Oportunistik berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan demam tinggi, ruam di seluruh area punggung dan leher, kandidiasis oral, serta penurunan berat badan yang signifikan.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi Oportunistik: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem imun yang kompeten.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama: Pasien akan bebas dari infeksi oportunistik selama dirawat.
- Indikator hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada demam, tidak ada ruam, tidak ada kandidiasis oral, dan berat badan kembali normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Manajemen Infeksi Oportunistik, yang meliputi pemberian antibiotik, antiviral, atau antifungal sesuai dengan jenis infeksi; pemantauan tanda-tanda vital; perawatan kulit dan mukosa; serta edukasi tentang pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan fokus pada manajemen infeksi oportunistik, pemantauan tanda-tanda vital, perawatan kulit dan mukosa, serta edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9208 | 17 Dec 2024
Klinis : gatal, bibir bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gatal dan bibir bengkak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas yang Berhubungan dengan Respon Tubuh Terhadap Alergi. Diagnosa ini dipilih karena gejala gatal dan bibir bengkak dapat merupakan manifestasi dari reaksi alergi, yang dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Alergi: Pasien dapat mengendalikan reaksi alergi yang dialami.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala gatal dan bengkak bibir dengan efektif.
3. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan fisik yang meningkat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi Pemicu Alergi
- Kaji penyebab alergi yang dialami pasien, seperti makanan, obat-obatan, atau faktor lingkungan.
- Bantu pasien untuk menghindari atau mengurangi paparan terhadap pemicu alergi.
2. Manajemen Gejala Alergi
- Berikan antihistamin atau obat lain yang diresepkan untuk mengurangi gejala gatal dan pembengkakan.
- Aplikasikan kompres dingin atau lotion pelembab untuk meredakan gatal dan iritasi pada kulit.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa gatal.
3. Edukasi dan Konseling
- Jelaskan kepada pasien mengenai penyebab, gejala, dan pengelolaan alergi.
- Bantu pasien mengembangkan rencana tindakan untuk mengatasi serangan alergi di masa mendatang.
- Dorong pasien untuk mengikuti anjuran pengobatan dan melakukan pemantauan secara rutin.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Berkoordinasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai bagi pasien.
- Konsultasikan dengan ahli alergi atau nutrisionis jika diperlukan untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu alergi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mampu mengendalikan reaksi alergi, mengelola gejala gatal dan bengkak bibir dengan efektif, serta merasakan peningkatan kenyamanan fisik.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. -
Article No. 9209 | 17 Dec 2024
Klinis : gatal, bibir bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya Perawat Profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gatal dan bibir bengkak, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penyebab: Alergi, iritasi, infeksi.
Gejala: Gatal, kemerahan, bengkak.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
Definisi: Tidak dapat bernafas dengan mudah.
Penyebab: Obstruksi jalan napas.
Gejala: Bibir bengkak, kesulitan bernapas.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Integritas Kulit
Intervensi: Identifikasi penyebab, beri pengobatan topikal, hindari iritan.
2. Perbaikan Pola Napas
Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, berikan oksigen, buka jalan napas.
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria: Kulit tidak luka, tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Pola Napas Efektif
Kriteria: Frekuensi napas normal, tidak ada sesak.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Anda adalah Kerusakan Integritas Kulit dan Ketidakefektifan Pola Napas. Perawat akan melakukan intervensi untuk meningkatkan integritas kulit dan memperbaiki pola napas. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apakah ada pertanyaan lain? -
Article No. 9211 | 17 Dec 2024
Klinis : DS : Tn.m mengatakan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu , tenggorokan terasa gatal -Tn.m mengatakan dirinya sudah memeriksa diri ke pukesmas setempat tapi belum sembuh DO : Tn.m terlihat batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) yang diperoleh, yaitu Tn. M mengeluhkan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu dan tenggorokannya terasa gatal, serta Tn. M sudah memeriksakan diri ke Puskesmas namun belum sembuh, serta data objektif (DO) yaitu Tn. M terlihat batuk, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), penjelasan singkat untuk diagnosa ini adalah:
SDKI:
- Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- Faktor yang mempengaruhi: Faktor fisiologis, psikologis, obstruksi jalan napas, pengetahuan, dan keterampilan.
SLKI:
- Luaran: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Derajat kemampuan untuk membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- Indikator: Frekuensi batuk, produksi sekret, suara napas, dan kesulitan bernapas.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
- Aktivitas: Identifikasi faktor penyebab, auskultasi suara napas, lakukan terapi fisik, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan edukasi pasien dan keluarga.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi Tn. M adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, dengan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas. -
Article No. 9212 | 17 Dec 2024
Klinis : ketuban pecah dini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Maternal berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Penjelasan:
Ketuban pecah dini (KPD) meningkatkan risiko infeksi pada ibu karena terbukanya saluran kelahiran menyebabkan mikroorganisme dapat masuk dan menginfeksi. Tanpa penanganan yang tepat, hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti korioamnionitis, sepsis, dan bahkan kematian ibu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Maternal - Karakteristik definisi: Kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tidak terjadi infeksi pada ibu
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Observasi tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, dll)
- Pemberian antibiotik sesuai instruksi dokter
- Menjaga kebersihan dan higienis
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan pemantauan ketat, pemberian terapi antibiotik, menjaga kebersihan, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu dengan KPD. -
Article No. 9213 | 17 Dec 2024
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun" adalah:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan (00025)
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Berhubungan: Kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
- Definisi: Kemampuan mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam rentang normal.
- Indikator:
- Intake cairan adekuat (060101)
- Pengeluaran cairan adekuat (060102)
- Tekanan darah dalam batas normal (060103)
- Denyut nadi dalam batas normal (060104)
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (060105)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan (4120)
- Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji intake dan output cairan pasien secara teratur.
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan dan toleransi pasien.
- Atur jadwal pemberian cairan dan monitor efektivitasnya.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan yang optimal.
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Definisi: Pengaturan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk riwayat makan, berat badan, dan kebutuhan nutrisi.
- Berikan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan menelan pasien.
- Bantu pasien dalam makan dan minum jika diperlukan.
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang optimal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Kekurangan Volume Cairan" dipilih karena kondisi pasien dengan kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun, yang dapat menyebabkan asupan cairan dan nutrisi yang tidak memadai. Hal ini dapat berisiko mengakibatkan kekurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Luaran yang diharapkan adalah "Keseimbangan Cairan", dimana pasien dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam rentang normal, dengan indikator-indikator seperti intake cairan adekuat, pengeluaran cairan adekuat, tekanan darah dan denyut nadi dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Cairan dan Manajemen Nutrisi. Manajemen Cairan bertujuan untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan agar tercapai keseimbangan cairan yang optimal. Sedangkan Manajemen Nutrisi bertujuan untuk mengatur asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan pasien, sesuai dengan kemampuan menelan dan kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, sangat penting untuk menentukan kebutuhan cairan dan nutrisi yang optimal bagi pasien. -
Article No. 9214 | 17 Dec 2024
Klinis : cerebral falsy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi cerebral palsy, kode dan deskripsinya adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G80
- Deskripsi: Cerebral palsy
Cerebral palsy (CP) adalah kelompok gangguan perkembangan pergerakan dan postur, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang diatribusikan pada gangguan non-progresif yang terjadi pada perkembangan otak fetus atau bayi. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, kelainan bawaan, trauma, atau asfiksia. Gangguan ini mungkin melibatkan kelumpuhan, spastisitas, diskinesia, atau gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi motorik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.34
- Deskripsi: Fisioterapi dan latihan untuk kondisi neurologis, termasuk cerebral palsy
Prosedur fisioterapi dan latihan untuk pasien dengan cerebral palsy bertujuan untuk meningkatkan fungsi motorik, mencegah komplikasi sekunder, dan memaksimalkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Ini dapat mencakup berbagai intervensi, seperti latihan kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, dan keseimbangan, serta penggunaan alat bantu atau ortosis jika diperlukan. -
Article No. 9215 | 17 Dec 2024
Klinis : cerebral falsy
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cerebral palsy dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terbatas berhubungan dengan perubahan tonus otot dan pola gerakan yang tidak terkoordinasi.
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh yang disengaja, terkontrol, dan terkoordinasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Indikator: Keterbatasan rentang gerak, Keterbatasan kekuatan otot, Kesulitan dalam melakukan koordinasi gerakan.
- Faktor Penyebab: Perubahan tonus otot, Pola gerakan tidak terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan pergerakan tubuh secara mandiri, Pasien mendemonstrasikan peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot, Pasien menunjukkan koordinasi gerakan yang lebih baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi latihan, Pemberian alat bantu, Manajemen nyeri, Edukasi pasien dan keluarga.
2. Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik.
Definisi: Kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
SDKI:
- Indikator: Ketidakseimbangan, Gangguan gait, Riwayat jatuh.
- Faktor Penyebab: Gangguan mobilitas fisik.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari cedera akibat jatuh, Pasien menunjukkan peningkatan keseimbangan dan gait yang lebih baik.
SIKI:
- Intervensi: Pengkajian risiko jatuh, Penggunaan alat bantu, Modifikasi lingkungan, Edukasi pasien dan keluarga.
Penjelasan singkat:
Cerebral palsy adalah kondisi dimana terjadi gangguan pada pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi saat masa perkembangan. Pasien dengan cerebral palsy dapat mengalami perubahan tonus otot dan pola gerakan yang tidak terkoordinasi, sehingga menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko jatuh pada pasien. Perawat berperan dalam memberikan intervensi yang tepat, seperti terapi latihan, penggunaan alat bantu, manajemen nyeri, dan edukasi pasien serta keluarga, untuk meningkatkan mobilitas fisik dan mencegah risiko jatuh. -
Article No. 9032 | 16 Dec 2024
Klinis : stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi stroke.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang disengaja, yang dimanifestasikan dengan keterbatasan rentang gerak, koordinasi, atau kontrol otot.
- Faktor Risiko: Kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan toleransi aktivitas.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Definisi: Penurunan suplai darah ke otak yang dapat menyebabkan gangguan fungsi serebral.
- Faktor Risiko: Penyumbatan aliran darah, spasme pembuluh darah, dan penurunan curah jantung.
3. Gangguan Intergritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor Risiko: Penurunan sensasi, mobilitas terbatas, dan tekanan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien. Diagnosa keperawatan yang dipaparkan di atas merupakan contoh dari SDKI yang sesuai dengan kondisi stroke.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan hasil atau outcome yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kondisi stroke antara lain peningkatan mobilitas fisik, perbaikan perfusi jaringan serebral, dan peningkatan integritas kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan untuk kondisi stroke dapat meliputi latihan rentang gerak, manajemen perfusi serebral, dan perawatan luka.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus mengkaji kondisi pasien secara komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 9033 | 16 Dec 2024
Klinis : diagnosa dan slki siki stroke pada keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi stroke pada keperawatan keluarga.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan sumbatan arteri serebral.
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik akibat stroke.
3. Resiko Jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat stroke.
5. Koping Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan perubahan kondisi anggota keluarga yang terkena stroke.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral: Pasien mendemonstrasikan peningkatan perfusi jaringan serebral yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, fungsi motorik dan sensorik membaik, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
2. Mobilitas Fisik: Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan mobilitas yang ditandai dengan kekuatan otot membaik, rentang gerak sendi membaik, dan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
3. Risiko Jatuh: Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan di rumah.
4. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
5. Koping Keluarga: Keluarga mampu menyesuaikan diri dan mendukung anggota keluarga yang terkena stroke.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Serebral: Intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan serebral, seperti memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi, dan memberikan terapi oksigen.
2. Peningkatan Mobilitas: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan mobilitas, seperti latihan gerak aktif-pasif, latihan keseimbangan, dan alat bantu jalan.
3. Pencegahan Jatuh: Intervensi untuk mencegah risiko jatuh, seperti modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu, dan edukasi bagi pasien dan keluarga.
4. Perawatan Diri: Intervensi untuk membantu pasien melakukan perawatan diri, seperti latihan aktivitas sehari-hari, pemberian alat bantu, dan pendidikan bagi pasien dan keluarga.
5. Dukungan Keluarga: Intervensi untuk membantu keluarga dalam menyesuaikan diri dan mendukung anggota keluarga yang terkena stroke, seperti edukasi, konseling, dan fasilitasi komunikasi.