Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11049 | 17 Jan 2025
Klinis : S : Pasien mengatakan nyeri berkruang post tindakan Riwayat Penyakit : HT, Ginjal (HD rutin sudah 2 bulan di RS Bhakti Asih, Rabu dan Sabtu) Riwayat transfusi 2 bag januari 2025 di RS Bakti Asih Riwayat operasi CDL Jugular Kanan 2 bulan yang lalu di RS Bakti Asih Obat : - Amlodipin 1 x 10 mg - Folic Acid 3 x 1 - Candesartan 1 x 8 mg - Allupurinol 1 x 100 mg - Calcium Carbonat 3 x 1 - Tambah darah 1 x 1 O : - Keadaan umum sakit sedang - Kesadaran composmentis, GCS 15 - Terpasang CDL di Jugularis Dextra - thril teraba
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan CDL Jugularis Dextra)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah demikian (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada komplikasi akibat nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: identifikasi karakteristik nyeri, monitoring nyeri, intervensi farmakologis, dan non-farmakologis.
2. Pemantauan tanda-tanda vital
3. Perawatan akses vaskuler (CDL Jugularis Dextra)
Jadi, fokus utama intervensi keperawatan adalah mengelola nyeri pasien, memantau tanda-tanda vital, dan merawat akses vaskuler pasien yang terpasang CDL Jugularis Dextra. Diharapkan dengan intervensi yang tepat, tingkat nyeri pasien dapat berkurang, tanda-tanda vital tetap stabil, dan tidak terjadi komplikasi terkait akses vaskular. -
Article No. 11050 | 17 Jan 2025
Klinis : Bapak Beta dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya setelah mengalami kelemahan tiba-tiba di sisi kanan tubuhnya selama 8 jam terakhir. Pasien mengeluh kesulitan berbicara (cadel) dan mati rasa di tangan dan kaki kanan. Pasien mengklaim tidak ada riwayat trauma kepala. Selain itu, pasien sering merasa haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan telah kehilangan 5 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol selama 10 tahun terakhir, dengan tekanan darah terakhir yang tercatat di rumah sakit adalah 170/100 mmHg. Pasien juga memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 7 tahun tetapi tidak secara teratur memantau kadar gula darahnya. Pasien mengakui sering tidak minum obat yang diresepkan karena merasa lebih baik tanpa obat tersebut. Tanda vital: Tekanan darah: 180/100 mmHg, Denyut nadi: 92 denyut/menit, teratur, Suhu: 36,7 °C, Pernafasan: 20 kali/menit. Pemeriksaan neurologis: Kekuatan otot ekstremitas kanan: 2/5 (hemiparesis) dan ekstremitas kiri: 5/5 (normal). Refleks fisiologis: Normal di sisi kiri, hiperaktif di sisi kanan. Refleks patologis: Babinski (+) di sisi kanan. Gangguan bicara: Afasia motorik ringan. Sensorik: Penurunan sensasi di sisi kanan tubuh. Pemeriksaan penunjang: CT Scan Kepala: Tidak ada perdarahan, area hipodens terlihat di lobus parietal kiri (infark iskemik). Kadar Gula Darah Acak: 278 mg/dL, HbA1c: 9,2% (tidak terkontrol). Profil Lipid: LDL: 150 mg/dL (tinggi), HDL: 35 mg/dL (rendah), Trigliserida: 200 mg/dL (tinggi).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Bapak Beta sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Hemiparesis Kanan
2. Gangguan Persepsi Sensori Berhubungan dengan Penurunan Sensasi Sisi Kanan
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Infark Iskemik Lobus Parietal Kiri
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
5. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Minum Obat
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Hemiparesis Kanan:
SDKI: Kemampuan terbatas untuk melakukan gerakan yang disengaja dan terkontrol pada tubuh atau sebagian tubuh.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan mobilitas fisik.
SIKI: Latihan Pergerakan, Terapi Aktivitas, Mobilisasi.
2. Gangguan Persepsi Sensori Berhubungan dengan Penurunan Sensasi Sisi Kanan:
SDKI: Gangguan dalam persepsi atau interpretasi stimulus sensorik.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan persepsi sensori.
SIKI: Stimulasi Sensorik, Manajemen Nyeri, Perbaikan Persepsi Inderawi.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Infark Iskemik Lobus Parietal Kiri:
SDKI: Penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak yang mengakibatkan disfungsi serebral.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemulihan atau peningkatan perfusi jaringan serebral.
SIKI: Pemantauan Neurologi, Manajemen Stroke, Manajemen Hipertensi.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Berat Badan:
SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.
SIKI: Manajemen Nutrisi, Pemantauan Asupan Nutrisi, Terapi Nutrisi.
5. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Minum Obat:
SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melakukan pengobatan yang diresepkan secara efektif.
SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kepatuhan pengobatan.
SIKI: Edukasi Manajemen Regimen Terapeutik, Monitoring Obat, Peningkatan Kesadaran Diri.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan di atas mencerminkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh Bapak Beta, dan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11051 | 17 Jan 2025
Klinis : badan panas mual muntah pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan: badan panas, mual, muntah, dan pusing.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.75
- Deskripsi: Pemberian obat antiemetik (anti-mual)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi demam atau peningkatan suhu tubuh, yang merupakan salah satu gejala yang Anda sebutkan (badan panas).
2. Kode ICD-9-CM 99.75 (Pemberian obat antiemetik):
- Kode ini menggambarkan tindakan pemberian obat-obatan untuk mengatasi mual dan muntah, yang juga merupakan gejala yang Anda sebutkan.
- Pemberian obat antiemetik dapat menjadi salah satu intervensi medis yang dilakukan untuk mengatasi keluhan mual dan muntah pada pasien.
Secara keseluruhan, kondisi yang Anda gambarkan (badan panas, mual, muntah, dan pusing) dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dan dapat diikuti dengan tindakan pemberian obat antiemetik yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 99.75. -
Article No. 11052 | 17 Jan 2025
Klinis : badan panas mual muntah pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat professional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan gejala badan panas, mual, muntah, dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C.
SLKI: Suhu tubuh normal.
SIKI: Manajemen hipertermia.
2. Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
SDKI: Melaporkan sensasi mual.
SLKI: Tidak ada mual/muntah.
SIKI: Manajemen mual.
3. Vertigo
Definisi: Persepsi palsu tentang gerakan atau rotasi.
SDKI: Melaporkan sensasi berputar atau pusing.
SLKI: Tidak ada vertigo.
SIKI: Manajemen vertigo.
Penjelasan Singkat:
Kondisi dengan gejala badan panas, mual, muntah, dan pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau masalah neurologis. Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah hipertermia, mual, dan vertigo.
Hipertermia menunjukkan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau proses inflamasi. Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk muntah, yang dapat terkait dengan infeksi gastrointestinal atau efek samping obat. Vertigo atau pusing adalah persepsi palsu tentang gerakan atau rotasi, yang dapat disebabkan oleh masalah neurologis atau sistem vestibular.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, memantau tanda-tanda vital, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, dan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mengatasi kondisi ini secara holistik demi pemulihan pasien. -
Article No. 11053 | 17 Jan 2025
Klinis : badan panas mual muntah pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi badan panas, mual, muntah, dan pusing adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali normal: Pasien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal, yaitu 36,5°C - 37,5°C (97,7°F - 99,5°F).
2. Gejala mual dan muntah berkurang: Pasien melaporkan mual dan muntah yang terkontrol atau hilang.
3. Pusing berkurang: Pasien melaporkan pusing yang terkontrol atau hilang.
4. Tidak terjadi komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang dapat timbul akibat hipertermia, seperti dehidrasi, gangguan elektrolit, atau gangguan neurologis.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala:
- Mengukur suhu tubuh, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah secara rutin.
- Memantau tanda-tanda vital sebagai indikator perubahan status kesehatan.
2. Manajemen suhu tubuh:
- Menggunakan metode penurunan suhu, seperti kompres dingin, pemberian obat penurun demam, atau pendingin ruangan.
- Menjaga suhu lingkungan yang nyaman untuk mencegah peningkatan suhu tubuh.
3. Manajemen mual dan muntah:
- Memberikan antiemetik (obat antimual) sesuai instruksi dokter.
- Mengatur asupan makanan dan cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Mengajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengatasi mual.
4. Manajemen pusing:
- Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab pusing, seperti hipotensi, dehidrasi, atau gangguan vestibular.
- Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien, seperti posisi berbaring atau duduk.
- Mengajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengatasi pusing.
5. Edukasi dan dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertermia.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga selama proses perawatan.
Penjelasan rinci:
Hipertermia merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan sistem regulasi suhu tubuh. Gejala-gejala yang muncul, seperti badan panas, mual, muntah, dan pusing, perlu ditangani secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh kembali normal, gejala mual dan muntah berkurang, pusing berkurang, serta tidak terjadi komplikasi.
Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala sangat penting untuk mengevaluasi perubahan status kesehatan pasien. Manajemen suhu tubuh, mual, muntah, dan pusing dilakukan melalui pemberian intervensi spesifik, seperti penggunaan metode penurunan suhu, pemberian antiemetik, dan teknik relaksasi. Edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga juga sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam proses perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat segera pulih dari kondisi hipertermia dan gejala-gejala yang menyertainya. -
Article No. 11054 | 17 Jan 2025
Klinis : mual muntah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan kondisi mual muntah, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena, tidak dikategorikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R11.0 merupakan kode untuk diagnosis "Mual", yang mencakup kondisi mual atau mual dengan muntah. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkodekan keluhan utama pasien yang mengalami mual.
2. Kode ICD-9-CM 99.23 adalah kode untuk prosedur "Pemberian cairan intravena, tidak dikategorikan di tempat lain". Prosedur ini dapat dilakukan sebagai bagian dari manajemen mual dan muntah, untuk menggantikan cairan yang hilang akibat episode muntah dan mencegah dehidrasi.
Dengan menggunakan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai, petugas kesehatan dapat dengan tepat mendokumentasikan dan melaporkan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan kondisi mual muntah pada pasien. -
Article No. 11055 | 17 Jan 2025
Klinis : pasien jatuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang jatuh.
1. Kode ICD-10:
- Kode: W19
- Deskripsi: Jatuh, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak Tersedia
- Deskripsi: Tidak ada kode spesifik untuk jatuh dalam ICD-9-CM Procedure. Penanganan medis yang mungkin dilakukan tergantung pada cedera yang dialami pasien, seperti perawatan luka, imobilisasi, atau pemeriksaan radiologi.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 W19 "Jatuh, tidak ditentukan" digunakan untuk mengkodekan kejadian jatuh yang tidak dijelaskan lebih lanjut. Ini mencakup jatuh yang tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu atau keadaan lingkungan.
- Dalam ICD-9-CM, tidak ada kode spesifik untuk jatuh. Penanganan medis yang dilakukan akan bergantung pada cedera yang dialami pasien akibat jatuh, seperti perawatan luka, imobilisasi, atau pemeriksaan radiologi. Kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis akan disesuaikan dengan tindakan yang dilakukan.
- Pengkodean yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan kondisi pasien, memastikan keakuratan data medis, dan memfasilitasi proses penagihan dan pembiayaan perawatan kesehatan. -
Article No. 11056 | 17 Jan 2025
Klinis : plebitis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I80.1
- Deskripsi: Plebitis dan tromboflebitis vena femoral
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.59
- Deskripsi: Ligasi dan stripping vena lainnya
Penjelasan:
Plebitis adalah peradangan pada dinding vena yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, atau kondisi medis lainnya. Kode ICD-10 I80.1 digunakan untuk mendiagnosis plebitis dan tromboflebitis pada vena femoral. Pada beberapa kasus, tindakan medis seperti ligasi dan stripping vena (kode ICD-9-CM 38.59) mungkin diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Prosedur ini melibatkan pengikatan dan pembuangan bagian vena yang terinfeksi atau terkena trombosis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 11057 | 17 Jan 2025
Klinis : iadp
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "iadp" dapat diinterpretasikan sebagai "Incomplete Abortion with Delayed Presentation". Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O06.1
- Deskripsi: Incomplete abortion, complicated, incomplete abortion with delayed presentation
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.02
- Deskripsi: Suction curettage of uterus
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O06.1 "Incomplete abortion, complicated, incomplete abortion with delayed presentation" menggambarkan kondisi di mana terjadi abortus inkompletus (incomplete abortion) dengan komplikasi dan keterlambatan dalam presentasi ke layanan kesehatan.
2. Kode ICD-9-CM 69.02 "Suction curettage of uterus" menunjukkan tindakan prosedural yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi tersebut, yaitu kuretase vakum (suction curettage) pada rahim untuk mengeluarkan sisa-sisa kandungan.
Dalam penanganan kasus ini, dokter atau perekam medis akan melakukan evaluasi kondisi pasien, pemeriksaan, dan mempertimbangkan tindakan medis yang sesuai, seperti kuretase vakum, untuk menyelesaikan proses abortus yang tidak lengkap dan mengatasi komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 11058 | 17 Jan 2025
Klinis : infeksi aliran darah perifer
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menanggapi kondisi infeksi aliran darah perifer, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A41.9
- Deskripsi: Sepsis, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.93
- Deskripsi: Insersi kateter vena sentral
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A41.9 (Sepsis, tidak dispesifikasi) merupakan kode yang paling sesuai untuk menggambarkan kondisi infeksi aliran darah perifer. Sepsis adalah sindrom respons inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi, dan kode A41.9 digunakan ketika tidak ada spesifikasi mengenai agen penyebab sepsis.
2. Untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait, kode ICD-9-CM 38.93 (Insersi kateter vena sentral) dapat digunakan. Ketika pasien mengalami infeksi aliran darah perifer, pemasangan kateter vena sentral mungkin diperlukan untuk memberikan pengobatan dan pemantauan yang lebih baik.
Catatan: Proses identifikasi dan penetapan kode diagnosis dan prosedur/tindakan medis harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang, seperti dokter atau perekam medis, dengan mempertimbangkan seluruh informasi klinis dan dokumentasi yang tersedia.