Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9197 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Batasan Karakteristik: Takipnea, dispnea, suara napas tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebih.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
- Batasan Karakteristik: Kelelahan, sesak napas saat aktivitas, gejala kelebihan aktivitas.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Batasan Karakteristik: Kehilangan berat badan, penurunan selera makan, kehilangan nafsu makan.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan untuk setiap diagnosa keperawatan. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan kriteria hasil yang diharapkan, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, dengan tujuan untuk memaksimalkan pemulihan pasien dan mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 9198 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien di rawat di Ruang Icu sejak 16 Desember 2024. Pukul 11.20 Wib. Pasien mengatakan mengeluh Mual+ muntah+ setiap diberi makan, keluhan dirasakan sejak kemarin setelah HD, disertai sesak+, demam-, batuk-, bengkak di kaki-. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pasien di rawat di Ruang Icu sejak 16 Desember 2024. Pukul 11.20 Wib. Pasien mengatakan riwayat hemodialisa pada hari selasa dan jumat. Pasien saat ini mengeluh mual dan muntah. Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan badan terasa lemas. Pasien mengatakan nafasnya terasa sesak. Pasien terpasang O2 5lpm dengan Simple Mask. Terpasang IVD di tangan sebelah kanan Nacl 10tpm dan vascon 0,5mcg/kgbb/menit > (syiring pump). Riwayat Kesehatan Dahulu: Pasien mengatakan mempunyai riwayt ginjal 2 tahun terkahir dan hipertensi 3 tahun terakhir. Riwayat Kesehatan Keluarga: Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit serupa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Terapi Hemodialisis
- SDKI: Mual Muntah
- SLKI: Kontrol Mual Muntah
- SIKI: Manajemen Mual Muntah
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Uremia
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Pola Napas Efektif
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
3. Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan Berhubungan dengan Gagal Ginjal
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan Singkat:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Terapi Hemodialisis:
- Pasien mengalami mual dan muntah setelah menjalani hemodialisis.
- Hal ini dapat disebabkan oleh efek samping dari terapi hemodialisis atau akibat gangguan metabolisme yang terjadi pada gagal ginjal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: mengelola mual dan muntah, memantau asupan nutrisi, dan memberikan obat anti-mual jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Uremia:
- Pasien mengeluhkan sesak napas, yang dapat disebabkan oleh akumulasi zat-zat sisa (uremia) dalam darah akibat gagal ginjal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau status pernapasan, memberikan oksigen, dan mengatur posisi yang nyaman.
3. Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan Berhubungan dengan Gagal Ginjal:
- Pasien dengan gagal ginjal berisiko mengalami ketidakstabilan volume cairan, baik kelebihan maupun kekurangan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau intake dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, dan mengatur pemberian cairan sesuai kebutuhan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 9199 | 17 Dec 2024
Klinis : Kepala terasa pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Kepala terasa pusing" dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kepala
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Kepala antara lain:
1. Pasien melaporkan nyeri kepala berkurang
2. Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan akibat nyeri kepala
3. Pasien menunjukkan respon relaksasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Kepala antara lain:
1. Manajemen nyeri: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor intensitas nyeri, dan berikan intervensi farmakologis maupun non-farmakologis untuk menurunkan nyeri.
2. Terapi relaksasi: Berikan teknik relaksasi seperti napas dalam, guided imagery, atau terapi musik untuk mengurangi ketegangan dan stres yang dapat memperburuk nyeri kepala.
3. Edukasi: Berikan edukasi kepada pasien mengenai penyebab, faktor pemicu, dan manajemen nyeri kepala.
Penerapan standar ini diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan keluhan nyeri kepala. -
Article No. 9200 | 17 Dec 2024
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Penyebab: Aktivitas fisiologis yang tidak adekuat, ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan, kurang pengetahuan tentang manajemen hipertensi.
- Gejala: Tekanan darah yang tetap tinggi, edema, sakit kepala, rasa tidak nyaman di dada.
2. Risiko Komplikasi Kardiovaskular
- Definisi: Rentan terhadap perubahan struktur dan fungsi jantung dan pembuluh darah yang dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan.
- Penyebab: Hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok, obesitas, stress.
- Gejala: Perubahan EKG, peningkatan tekanan darah, nyeri dada, dispnea, edema.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Intervensi untuk mengoptimalkan perfusi jaringan dengan mengontrol tekanan darah.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Intervensi untuk meminimalkan risiko perubahan struktur dan fungsi kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Tujuan akhir adalah klien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Tujuan akhir adalah klien tidak mengalami komplikasi kardiovaskular.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Intervensi seperti pemantauan tekanan darah, pemberian obat antihipertensi, edukasi tentang gaya hidup sehat.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Intervensi seperti pemantauan fungsi jantung, pemberian obat kardioprotektif, edukasi tentang manajemen faktor risiko. -
Article No. 9201 | 17 Dec 2024
Klinis : nursing outcome health‑related Physical Fitness
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi health‑related Physical Fitness:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Aktivitas Intoleransi. Aktivitas Intoleransi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari karena keterbatasan fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, sesak napas, atau gejala lainnya.
2. Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
3. Keseimbangan Energi: Keseimbangan antara energi yang dibutuhkan dan yang tersedia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk mengatur, memodifikasi, dan memantau aktivitas pasien agar sesuai dengan toleransi dan kapasitas fisiknya.
2. Fasilitasi Aktivitas: Intervensi untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan dan preferensinya.
3. Edukasi Aktivitas: Intervensi untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas yang aman dan efektif.
4. Terapi Latihan: Intervensi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan koordinasi melalui program latihan yang terstruktur.
5. Pemantauan Tanda Vital: Intervensi untuk memantau tanda-tanda vital pasien selama aktivitas untuk mendeteksi adanya intoleransi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Aktivitas Intoleransi menggambarkan keterbatasan fisik pasien yang menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan, seperti Toleransi Aktivitas, Performa Aktivitas Fisik, dan Keseimbangan Energi, menunjukkan target peningkatan kemampuan pasien dalam beraktivitas tanpa mengalami gejala yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen aktivitas, fasilitasi aktivitas, edukasi aktivitas, terapi latihan, dan pemantauan tanda vital. Melalui intervensi-intervensi ini, perawat dapat membantu pasien dalam meningkatkan kapasitas fisik, mengelola aktivitas secara aman dan efektif, serta mencapai keseimbangan energi yang optimal.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada pasien untuk meningkatkan kesehatan terkait kebugaran fisik. -
Article No. 9202 | 17 Dec 2024
Klinis : Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi "Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya".
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Aktivitas Intoleran". Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya. Aktivitas Intoleran didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan daya tahan fisik".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Tingkat kemampuan individu untuk mentolerir aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berlebih, sesak napas, atau gejala lainnya.
3. Peningkatan Mobilitas: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Aktivitas Fisik: Melakukan pengkajian dan pemantauan terhadap kemampuan aktivitas fisik individu, termasuk durasi, frekuensi, dan intensitas aktivitas.
2. Manajemen Aktivitas: Membantu individu dalam merencanakan, melakukan, dan mengatur aktivitas sesuai dengan kapasitas fungsionalnya untuk mencegah kelelahan berlebih.
3. Pelatihan Aktivitas: Memberikan edukasi dan pelatihan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi individu, seperti latihan peningkatan daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas.
4. Modifikasi Lingkungan: Menyediakan alat bantu atau lingkungan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik individu, seperti kursi roda, alat bantu jalan, atau aksesibilitas lingkungan yang memadai.
5. Manajemen Gejala: Mengelola gejala yang mungkin timbul selama aktivitas fisik, seperti kelelahan, sesak napas, atau nyeri, untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Aktivitas Intoleran" menggambarkan keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya. Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan daya tahan fisik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya akan meningkat, sehingga individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Individu akan memiliki tingkat kemampuan yang lebih baik dalam mentolerir aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berlebih, sesak napas, atau gejala lainnya.
c. Peningkatan Mobilitas: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Aktivitas Fisik: Perawat melakukan pengkajian dan pemantauan terhadap kemampuan aktivitas fisik individu, termasuk durasi, frekuensi, dan intensitas aktivitas, untuk mengetahui tingkat kemampuan dan toleransi individu.
b. Manajemen Aktivitas: Perawat membantu individu dalam merencanakan, melakukan, dan mengatur aktivitas sesuai dengan kapasitas fungsionalnya untuk mencegah kelelahan berlebih. Hal ini dilakukan dengan menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi individu.
c. Pelatihan Aktivitas: Perawat memberikan edukasi dan pelatihan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi individu, seperti latihan peningkatan daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas, untuk meningkatkan kemampuan aktivitas fisik.
d. Modifikasi Lingkungan: Perawat menyediakan alat bantu atau lingkungan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik individu, seperti kursi roda, alat bantu jalan, atau aksesibilitas lingkungan yang memadai, untuk memfasilitasi mobilitas dan aktivitas individu.
e. Manajemen Gejala: Perawat mengelola gejala yang mungkin timbul selama aktivitas fisik, seperti kelelahan, sesak napas, atau nyeri, untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mencegah komplikasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan performa aktivitas fisik, toleransi aktivitas, dan mobilitas individu, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9203 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jabarkan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mengekspirasi secara adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi adekuat
2. Kenyamanan pernapasan
3. Toleransi aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen ventilasi
3. Manajemen dispnea
Pada kasus ini, pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi napas yang tinggi, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung. Hal ini menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen dispnea untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, meningkatkan kenyamanan pernapasan, dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 9204 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi Congestive Heart Failure pada pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu sesak napas dengan frekuensi napas 30 kali per menit, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan dalam membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Respirasi Efektif: Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit) dan tidak terlihat penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Pergerakan Pernapasan: Pasien dapat melakukan pergerakan dada dan abdomen yang simetris saat bernapas.
3. Oksigenasi: Pasien dapat mempertahankan kadar oksigen darah (SpO2) dalam rentang normal (>95%).
4. Kenyamanan Pernapasan: Pasien dapat melaporkan tidak adanya sesak napas dan dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Jalan Napas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, dan irama).
b. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pernapasan.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
d. Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pernapasan, seperti nebulizer, CPAP, atau ventilasi mekanik.
2. Manajemen Kenyamanan:
a. Berikan analgesik atau obat-obatan lain sesuai indikasi untuk mengurangi rasa sesak.
b. Ajarkan teknik pernapasan dalam (deep breathing) dan relaksasi untuk membantu mengatasi sesak napas.
c. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan membantu aktivitas perawatan pasien.
3. Manajemen Aktivitas:
a. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan Congestive Heart Failure. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9205 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis saya terkait kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi napas yang tinggi (30x/menit) serta menggunakan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal (12-20x/menit), tidak terlihat lagi penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada lagi napas cuping hidung. Pasien juga diharapkan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
Intervensi ini meliputi:
a. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Melakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
d. Memposisikan pasien semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
e. Memantau tanda-tanda vital dan oksigenasi pasien secara berkala
2. Manajemen kelelahan
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola kelelahannya, meliputi:
a. Mengkaji penyebab dan tingkat kelelahan pasien
b. Membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
c. Memberikan nutrisi dan cairan yang adekuat
d. Memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
3. Manajemen nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat sesak napas, meliputi:
a. Mengkaji nyeri pasien secara komprehensif
b. Memberikan analgesik sesuai resep
c. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah "Bersihan jalan napas tidak efektif" karena adanya gejala sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung pada pasien. Luaran yang diharapkan adalah "Bersihan jalan napas efektif", yang ditandai dengan frekuensi napas normal, tidak ada lagi penggunaan otot bantu pernapasan, dan pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sesak napas.
Untuk mencapai luaran tersebut, beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain manajemen jalan napas (pemberian oksigen, suction, latihan pernapasan), manajemen kelelahan (mengatur aktivitas dan istirahat, nutrisi), serta manajemen nyeri (pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi). Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif pada pasien. -
Article No. 9206 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 32 tahun, dirawat di RS dengan keluhan diare dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluh hari ini diare sudah 5 kali dari pagi, feses cair dan berbusa. Paien merasa lemas, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun. Masalah keperawatan adalah...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Defisit Volume Cairan
Definisi: Penurunan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
Tanda dan Gejala: Diare, muntah, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun, rasa haus, lemas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Kulit, membran mukosa dan turgor kulit kembali normal
c. Tidak ada tanda dehidrasi
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang adekuat dalam waktu 2-3 hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit, dan membran mukosa
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat
2. Manajemen Diare
- Pantau frekuensi, jumlah, dan karakteristik diare
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antidiare, jika perlu
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare
3. Manajemen Mual dan Muntah
- Pantau tanda-tanda dan frekuensi mual dan muntah
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiemetik, jika perlu
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen mual dan muntah
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Defisit Volume Cairan" dipilih karena pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang berlangsung selama 3 hari. Tanda-tanda yang muncul, seperti diare, muntah, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun, serta rasa lemas, menunjukkan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh.
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, dengan indikator tanda-tanda vital dalam batas normal, kulit, membran mukosa, dan turgor kulit kembali normal, serta tidak ada tanda dehidrasi. Target tercapainya luaran ini adalah dalam waktu 2-3 hari, karena kondisi pasien yang cukup akut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Cairan, Manajemen Diare, dan Manajemen Mual dan Muntah. Manajemen Cairan bertujuan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien. Manajemen Diare dan Mual Muntah bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala yang menyebabkan kehilangan cairan. Kolaborasi dengan dokter sangat diperlukan untuk memastikan pemberian cairan, elektrolit, dan obat-obatan yang tepat.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat dalam waktu 2-3 hari.