Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9293 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien on hd tampak perut membesar, tidak ada edema pada eksermitas mohon buat kan DS dan DO
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak pasien yang terhormat. Izinkan saya sebagai perawat profesional untuk memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan Ginjal dalam Mempertahankan Keseimbangan Cairan.
Penjelasan Singkat:
DS (Data Subyektif):
- Pasien mengeluhkan perut yang tampak membesar.
- Tidak ada keluhan pembengkakan/edema pada ekstremitas.
DO (Data Objektif):
- Pemeriksaan fisik menunjukkan perut pasien tampak membesar.
- Tidak ditemukan adanya edema pada ekstremitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kelebihan cairan yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan di dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan Terpelihara, di mana pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat sesuai kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan, di mana perawat dapat melakukan pemantauan dan pengaturan cairan masuk dan keluar secara ketat untuk mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya kepada saya. Terima kasih. -
Article No. 9294 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi baru lahir, 1 jam yang lalu..setelah IMD dilakukan pengkajian dengan hasil: Apgar Score 8/9. Nadi 110 kali/menit, suhu 37 C, pernafasan 40 kali/menit. Bayi aktif. Tali pusat sdh ditutup dengan kassa. Belum diukurĀ antropometri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi bayi baru lahir yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh Berhubungan dengan Ketidakefektifan Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami perubahan suhu tubuh di luar rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Bayi baru lahir, usia kurang dari 1 tahun, lingkungan yang tidak terkendali, kurang kemampuan untuk mengatur suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengaturan suhu lingkungan, monitoring suhu tubuh, pemberian pakaian yang sesuai.
Penjelasan Singkat:
Bayi baru lahir rentan mengalami ketidakstabilan suhu tubuh karena ketidakefektifan mekanisme pengaturan suhu tubuh. Diperlukan upaya untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam batas normal melalui pengaturan suhu lingkungan, monitoring suhu tubuh, dan pemberian pakaian yang sesuai. -
Article No. 9295 | 18 Dec 2024
Klinis : termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi termoregulasi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi termoregulasi adalah "Hipertermia" atau "Hipotermi". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal, sedangkan hipotermi adalah penurunan suhu tubuh di bawah normal. Kedua kondisi ini berkaitan dengan gangguan dalam proses termoregulasi yang diatur oleh sistem saraf pusat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan termoregulasi, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C)
b. Tanda-tanda vital stabil (frekuensi nadi, respirasi, dan tekanan darah)
c. Tidak ada tanda-tanda komplikasi (misalnya kejang, disorientasi, penurunan kesadaran)
d. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman
e. Pasien dan keluarga memahami faktor penyebab dan cara penanganan gangguan termoregulasi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan termoregulasi dan mencapai luaran yang diharapkan adalah:
a. Pemantauan suhu tubuh secara berkala
b. Pengaturan suhu lingkungan yang sesuai (misalnya penggunaan pendingin ruangan atau selimut)
c. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
d. Pemberian obat-obatan antipiretik atau vasoaktif sesuai resep dokter
e. Perawatan kulit untuk mencegah pembentukan ekskoriasi atau luka
f. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor penyebab, gejala, dan penanganan gangguan termoregulasi
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk penanganan komprehensif
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi antar tenaga kesehatan, diharapkan pasien dapat memulihkan kondisi termoregulasi dan mencapai luaran yang diinginkan. -
Article No. 9296 | 18 Dec 2024
Klinis : Darah tinggi preeklamosia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi preeklamsia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertensi berhubungan dengan peningkatan tekanan darah disertai gejala lain preeklamsia, seperti edema dan proteinuria.
2. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan penurunan aliran darah ke organ-organ vital.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan ke ruang interstisial.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tekanan darah dalam batas normal sesuai usia dan kondisi.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat perfusi jaringan yang terganggu, seperti kerusakan organ.
3. Volume cairan tubuh yang adekuat dan seimbang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, terutama tekanan darah.
2. Pembatasan asupan natrium dan cairan sesuai indikasi.
3. Pemberian obat antihipertensi sesuai resep dokter.
4. Observasi tanda-tanda preeklamsia lainnya, seperti edema dan proteinuria.
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai preeklamsia, pentingnya menjaga tekanan darah, dan gejala komplikasi yang harus segera dilaporkan.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan komprehensif.
Penjelasan rinci:
Preeklamsia merupakan kondisi hipertensi yang terjadi pada kehamilan, disertai dengan gejala lain seperti edema dan proteinuria. Kondisi ini dapat berdampak serius bagi ibu dan janin jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, peran perawat sangat penting dalam memantau tanda-tanda vital, mencegah komplikasi, dan mendidik pasien serta keluarga mengenai penatalaksanaan preeklamsia.
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal, mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk pemberian terapi farmakologis yang tepat.
Dengan penanganan yang komprehensif, diharapkan luaran yang diharapkan dapat tercapai, yaitu tekanan darah yang terkontrol, tidak terjadi komplikasi akibat perfusi jaringan yang terganggu, serta volume cairan tubuh yang seimbang. -
Article No. 9298 | 18 Dec 2024
Klinis : Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi dibuktikan dengan:pada pasien sindroma nefrotik, mohon bantu saya menggambarkan data subjektif dan data obyektif dari keterangan pasien dan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dibuktikan dengan gejala pada pasien sindroma nefrotik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang memerlukan intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan "Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi" sesuai dengan SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan antara lain peningkatan keseimbangan cairan, penurunan edema, dan stabilitas tanda-tanda vital.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan intake dan output cairan, manajemen cairan, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Data Subjektif:
Berdasarkan keterangan pasien dan keluarga, pasien mengeluhkan pembengkakan di seluruh tubuh, terutama di tungkai dan wajah. Pasien juga merasa berat badan meningkat dalam waktu singkat. Pasien mengatakan sering buang air kecil dalam jumlah sedikit.
Data Objektif:
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya edema yang mengumpul di seluruh tubuh, terutama di wajah, tungkai, dan abdomen. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar albumin rendah dan kadar kolesterol tinggi, sesuai dengan sindroma nefrotik. Tekanan darah pasien cenderung tinggi.
Kesimpulan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif, pasien mengalami hipervolemia yang disebabkan oleh gangguan mekanisme regulasi cairan pada sindroma nefrotik. Hal ini ditandai dengan edema yang meluas di seluruh tubuh, peningkatan berat badan, dan perubahan profil laboratorium yang khas. -
Article No. 9299 | 18 Dec 2024
Klinis : Ibu Nina usia 30 tahun didiagnosa mengalami AIDS akibat perilaku seks bebas dengan beberapa teman prianya (astagfirullah). la merasa sangat terpukul atas hal yang dialaminya. Dia merasa bahwa penyakit yang diperolehnya merupakan perbuatan yang menyimpang. Dia tidak dapat memaafkan dirinya, merasa bersalah, jauh dari Tuhan. Sangat ketakutan akan kematian karena beberapa orang yang pernah menjadi pasangannya telah meninggal. Berdasarkan kasus tersebut, penyebab Ibu Nina mengalami distress spiritual adalah: Kehilangan kemandirian Takut kematian Kehilangan kendali Tidak menemukan makna hidup Kehilangan peran dalam keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ibu Nina yang didiagnosa mengalami AIDS.
Diagnosa Keperawatan:
1. Distres Spiritual
Definisi SDKI:
Distres Spiritual adalah ketidakmampuan untuk menemukan makna, tujuan, dan hubungan transenden dalam kehidupan, yang ditandai dengan perubahan dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, atau Tuhan.
Penyebab:
Berdasarkan kasus Ibu Nina, penyebab utama distres spiritual adalah tidak menemukan makna hidup. Ibu Nina merasa bahwa penyakit yang dideritanya merupakan perbuatan yang menyimpang dan tidak dapat memaafkan dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Nina belum menemukan makna hidup yang positif dan transenden dalam situasi yang sulit ini.
Tanda dan Gejala:
- Merasa jauh dari Tuhan
- Merasa bersalah dan tidak dapat memaafkan diri sendiri
- Ketakutan akan kematian
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Fasilitasi penerimaan spiritual
2. Terapi reminiscence
3. Bimbingan spiritual
4. Dukungan spiritual
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Integritas spiritual
2. Penerimaan kondisi kesehatan
3. Harapan
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan Ibu Nina dapat menemukan makna hidup dan kembali dekat dengan Tuhan, sehingga dapat menerima kondisi kesehatannya dan memiliki harapan untuk sembuh. -
Article No. 9300 | 18 Dec 2024
Klinis : Laki-laki, usia 70 tahun, sesak napas. Data pengkajian: composmentis, TD 200/140 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, RR 28 x/menit, SpO2 95%, dan ada edema di ekstremitas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, pasien laki-laki usia 70 tahun dengan keluhan utama sesak napas, memiliki kondisi sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Pola Napas Tidak Efektif
2. Penjelasan singkat:
Pola Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk memelihara pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
3. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
- Pola Napas
- Saturasi Oksigen
4. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Oksigenasi
- Manajemen Hipertensi
Penjelasan dari seorang pakar keperawatan:
Pasien ini mengalami sesak napas dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, yaitu tekanan darah tinggi, nadi yang cepat, frekuensi napas yang cepat, dan saturasi oksigen yang masih dalam batas normal. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada pola napas yang tidak efektif. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif".
Standar Luaran Keperawatan (SLKI) yang terkait adalah Pola Napas dan Saturasi Oksigen, yang perlu dipantau dan ditingkatkan untuk memastikan ventilasi yang adekuat. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi, dan Manajemen Hipertensi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki pola napas, memastikan oksigenasi yang adekuat, serta mengendalikan tekanan darah tinggi.
Pemantauan dan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI sangat penting untuk mengelola kondisi pasien ini secara komprehensif dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 9301 | 18 Dec 2024
Klinis : Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak" adalah:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
Penyebab: Nyeri
Penjelasan: Pasien mengalami keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi yang disebabkan oleh nyeri saat bergerak. Nyeri dapat menghambat kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, sehingga dapat mengganggu mobilitas fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
Definisi: Tingkat pengurangan nyeri yang dialami pasien.
Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien menunjukkan perilaku yang mengindikasikan penurunan nyeri.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri.
2. Mobilitas Fisik Membaik
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menggerakkan anggota tubuh dengan lebih mudah.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih mandiri.
c. Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berpindah tempat.
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat merasakan penurunan tingkat nyeri sehingga dapat meningkatkan mobilitas fisiknya. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah dan mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya terapi panas/dingin, posisi yang nyaman)
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan
2. Peningkatan Mobilitas
a. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak (ROM) secara bertahap
b. Latih pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuannya
c. Evaluasi kemajuan mobilitas pasien dan identifikasi hambatan yang mungkin terjadi
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana rehabilitasi yang komprehensif
Penjelasan: Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengelola nyeri yang dialami pasien serta meningkatkan mobilitas fisiknya. Manajemen nyeri dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri, sedangkan peningkatan mobilitas bertujuan untuk memulihkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang optimal.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak". Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9302 | 18 Dec 2024
Klinis : Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (luka bakar) d.d keluhan nyeri pada luka dengan skala nyeri 6.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi nyeri akut yang disebabkan oleh luka bakar.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Nyeri Akut" yang berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka bakar) yang ditandai dengan keluhan nyeri pada luka dengan skala nyeri 6. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat nyeri menurun: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 2-3 dalam waktu 24 jam.
2. Pasien dapat mengenali dan menggunakan metode nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
3. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan cukup.
4. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengendalikan nyeri.
- Ajarkan pasien teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin/hangat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memaksimalkan penatalaksanaan nyeri.
2. Perawatan Luka:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik sesuai prosedur.
- Berikan perawatan luka yang tepat, seperti pemberian salep, perban, dan perlindungan terhadap trauma.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan pencegahan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar.
3. Manajemen Istirahat dan Tidur:
- Kaji pola tidur dan istirahat pasien.
- Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung istirahat dan tidur pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mengatasi gangguan tidur, jika perlu.
4. Dukungan Aktivitas Perawatan Diri:
- Lakukan pengkajian kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
- Berikan bantuan dan asisten dalam melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan dan dorong pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memaksimalkan kemandirian pasien dalam perawatan diri.
Penjelasan di atas menggambarkan diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi nyeri akut yang disebabkan oleh luka bakar. Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 9303 | 18 Dec 2024
Klinis : Risiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d hasil laboratorium (neutrofil tinggi dan monosit rendah)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan nada akademis dan persona dokter atau perekam medis, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R68.0
- Deskripsi: Risiko infeksi terkait dengan kerusakan integritas kulit, ditandai dengan hasil laboratorium berupa peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah monosit.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan akan tergantung pada penyebab dan gejala yang menyertai, dan dapat mencakup intervensi seperti perawatan luka, antibiotik, atau tindakan lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R68.0 mengacu pada "Risiko infeksi" yang terkait dengan "kerusakan integritas kulit", yang ditandai dengan hasil laboratorium berupa peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah monosit. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ini secara diagnostik.
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini, karena penanganannya akan bergantung pada penyebab dan gejala yang menyertai. Tindakan yang mungkin dilakukan dapat meliputi perawatan luka, pemberian antibiotik, atau intervensi lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien.